Sid mengendarai mobil audi putihnya sambil berbicara dengan seseorang diujung telepon.
"Sayang, maaf aku tidak mengabarimu, ini memang tugas mendadak" Ucapnya merasa bersalah pada Talia karena ia tidak mengabari kekasih hatinya itu bahwa ia harus menghadiri acara penting diluar kota.
"Iya sayang, aku sedang dalam perjalanan pulang" Jawabnya lagi ketika Talia menginginkannya pulang.
"Tunggu aku dirumah, sekitar empat puluh lima menit lagi aku akan sampai" Sid berkata untuk membujuk Talia yang tengah merajuk diujung telepon.
Senyum Sid mengembang ketika Talia akhirnya luluh dan memaafkan kesalahannya. Sambungan telepon pun terputus. Sekarang yang harus dilakukannya adalah melajukan mobilnya lebih cepat agar ia sampai dirumah lebih awal.
Smarphone yang berada digenggaman tangan kirinya yang akan ia taruh di daan dashboard mobilnya tiba-tiba saja terlepas dari genggamannya.
"Sial!" Umpatnya ketika benda yang sangat penting itu terjatuh.
Sambil mengemudikan mobilnya ia mencoba merogoh bagian bawah mobilnya mencari smarphone itu dengan sebelah tangannya. Ketika ia kehilangan konsentrasinya Sid tak sadar jika didepannya sebuah mobil sedang melaju kearahnya dengan kecepatan kencang.
"Brengsek!" Umpatnya kembali begitu terkejut dengan mobil dihadapannya yang sudah semakin dekat. Ia pun lantas membanting stir untuk menghindari tubrukan.
Brak!
Namun usahanya sia-sia bagian kanan mobil audi putihnya tetap mengenai mobil yang berada dihadapannya. Seketika kedua mobil itu pun berhenti di jalan yang sepi itu.
Sid segera keluar dari mobil miliknya dan membanting pintu mobilnya menghampiri mobil merah dihadapannya.
"Suruh supirmu,keluar" Sid berusaha tenang
"Tolong, selamatkan aku, didalam, tolong" driver itu keluar dari mobilnya dengan wajah ketakutan. Sid tersenyum sinis menggelengkan kepalanya
"Jangan bersandiwara untuk lolos dari masalah ini, lihat apa yang diperbuat supir anda pada mobilku!"
"Tolong kemari sebentar saja" driver itu masih berusaha membujuk Sid.
"Ada apa?" Tanya Sid kemudian karena melihat wajah ketakutan pria itu. Sepertinya ada yang tidak beres pikirnya.
"Saya takut non Gia..."
"Gia?" Sid lantas mengerutkan kening mendengar satu nama itu. Namun ia segera menepis prasangka wanita bernama Gia yang dimaksud dalam otaknya.
"Nona Gia tidak sadarkan diri" pria itu lantas membuka pintu mobilnya dan memperlihatkan wanita yang sedang pingsan didalam kursi kemudi.
Apa dunia terlalu sempit sehingga Sid harus bertemu wanita aneh ini lagi. ketika ia melihat siapa sosok Gia yang di maksud driver itu. Sungguh Sid sangat malas berurusan lagi dengan wanita ini.
"Saya seorang driver yang sedang disewa nona Gia untuk mengantarkannya"
"Kemana?" Pertanyaan itu tiba-tiba saja terlontar dari bibir Sid. Ia sama sekali tidak menyadari apa yang ia ucapkan barusan.
"Apa anda mengenal wanita ini?" Tanya driver itu yang menatap Sid penuh harap. Rasanya driver itu juga sudah lelah berlama-lama dengan Gia.
"Saya menjemputnya disebuah mall, ia sedang kabur dari para bodyguardnya dan ingin pergi keluar kota. Lalu tiba-tiba ia kehilangan kendali ketika ia meneriaki nama tunangannya"
"Tunangan? Axel?" Astaga, lagi, mengapa bisa-bisanya bibir sialannya mengeluarkan pertanyaan yang membuatnya terlihat mengenal sosok wanita yang tengah pingsan itu. Sungguh tindakannya barusan sangatlah bodoh.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEMONIAC
RomanceApa aku juga harus berpura-pura gila? atau aku memang sudah gila dalam permainan cintamu? Apa ini yang disebut Cinta gila? atau gila karena Cinta? Sid Artha Wiraatmaja Mengapa kau pergi? mengapa kau kembali setelah membuatku hampir gila? Mengapa...