Mobil Audi putih yang dikendarai Sid terparkir dipelataran rumahnya. Ia keluar dari mobilnya dengan terburu-buru melangkahkan kakinya masuk kedalam rumah sambil salah satu tangannya yang terbebas melonggarkan kemeja yang melekat ditubuhnya dengan membuka dua kancing atasnya.
Ketika sampai didepan pintu kamarnya dilantai dua, ia langsung membuka pintu tersebut. Sebelah alis hitam dan senyum disudut bibirnya terangkat ketika menemukan sosok wanita dengan kimono tidurnya terduduk di sofa, asik menatap langit malam lewat jendela basar ruang tidurnya.
"Hey" Sapa Sid menghampirinya dan mengecup puncak kepala wanita itu sambil mengelus rambutnya pelan.
Tubuh besarnya direbahkan disamping Talia yang tidak lepas menatapnya. Sid menarik napas panjang agar oksigen yang masuk kedalam tubuhnya bisa membantu mengobati lelahnya.
Jemari halus wanita itu kemudian mengelus rahang tegas Sid, membuat Sid-nya memejamkan mata menikmati sentuhannya.
"Bisa jelaskan mengapa dirimu pulang sepagi ini?" Tanya Talia lirih"Sedikit masalah di jalan pulang" Jawab Sid singkat
"Masalah, masalah yang perlu kau selesaikan dan tidak bisa kau tinggalkan?" Tanya Talia berkerut kening. Masalah seperti apa yang membuat Sid-nya bisa mengabaikannya. Karena dia tahu ketika pria dihadapannya sudah membuat janji dengannya, sesibuk dan sepenting apapun urusannya, pria itu akan tetap memilihnya
"Bukan hal yang penting, tapi cukup merepotkan" Jawab Sid lagi
"Tapi kau..." Ucapan Talia terputus ketika akan bertanya lebih jauh mengenai masalah yang Sid hadapi ketika pria itu melanjutkan kata-katanya
"Aku ingin waktuku sekarang hanya untuk membahas kita, bukan yang lain" Jelasnya, tangan besarnya meraih tangan mulus Talia yang masih mengelus rahangnya, membawanya ke bibirnya lalu mengecupnya
"Kita?" Tanya Talia dengan tatapan tidak percaya
"Kita yang seperti apa? Ibu dan anak tirinya maksudmu?" Tanya Talia lagi pada Sid-nya.
"Ayolah" Bujuk Sid, ia tahu wanitanya sedang kesal, ketika wanita dihadapannya mulai membahas statusnya sekarang.
"Sid!" Sergah Talia ketika pria itu mulai mendekatkan tubuh besarnya padanya lalu menciumi sekitaran cuping telinga dan lehernya.
"Hmm" gumam Sid sembari menikmati harum khas wanitanya, Lavender.
"Bisa bersihkan tubuhmu dulu sebelum memelukku? Aku tidak menyukai bau-bau pasien yang menempel di tubuhmu" Gerutu Talia mencoba menjauhkan tubuh besar itu, ketika Sid tak kunjung mengehentikan ciumannya.
Sid berhenti menciuminya. Ia kembali menegakkan tubuhnya lalu memandang wanitanya. Nampak kimono yang dipakai Talia sedikit berantakan memamerkan belahan dadanya.
"Padahal aku sudah memakai parfum"Talia memutar bola matanya, membenarkan letak kimononya yang berantakan akibat ulah anak tirinya.
"Aku bukan wanita yang mudah dikelabuhi, parfum mahalmu sama sekali tidak membantu""Begitu?" Ucap Sid mengendus, menaikkan satu alisnya lalu bangkit dari duduknya menuju kamar mandi.
Sementara Sid membersihkan tubuhnya, Talia yang masih terduduk disofa, dikejutkan dengan notifikasi yang masuk ke handphone milik anak tirinya yang diletakkan diatas meja nakas. Sempat ingin mengabaikan notifikasi itu namun rasa penasaran yang menyelimuti dirinya terlalu kuat sehingga ia pun bergerak menuju meja nakas untuk mengambil handphone itu.
Talia tanpa ragu menempelkan jemarinya di layar handphone yang meminta kode sidik jari sebagai sandinya. Sid memang sengaja menyimpan sidik jarinya dan Talia untuk dapat mengakses handphonenya. Itu merupakan salah satu hal kecil yang Sid berikan pada Talia, karena memang pria itu sudah memberikan segalanya padanya. Segalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEMONIAC
RomanceApa aku juga harus berpura-pura gila? atau aku memang sudah gila dalam permainan cintamu? Apa ini yang disebut Cinta gila? atau gila karena Cinta? Sid Artha Wiraatmaja Mengapa kau pergi? mengapa kau kembali setelah membuatku hampir gila? Mengapa...