4, Nona Peramal di Stasiun

274 25 17
                                    

[Ingat Kira, kamu harus ingat.

Ada penyihir di kelas sebelah yang menghapus ingatanmu. Dan cowok itu....

Hutang 5 RIBU RUPIAH]

.

.

#Chapter 4.

SMP dan SMA Negeri Hanacaraka terletak di bagian selatan sebuah stasiun kota yang menhubungkan daerah Jabodetabek. Cukup dekat karena gemuruh kereta masih bisa terdengar jelas dari dalam kelas. Anak-anak selalu diingatkan untuk pulang ke rumah melalui jalur yang aman dan dibuat pula jembatan layang yang agar bisa lewat tanpa menyebrangi rel kereta mengingat ada beberapa kasus yang pernah terjadi.

Bunyi sirene khas yang terdengar ketika kereta api lewat menambah ramai suasana di area stasiun siang itu. Tentu itu juga berlaku pada sebuah kios makanan kecil yang lumayan padat pengunjung. Sebenarnya Kira datang kemari hanya untuk menukarkan kupon risoles yang entah kenapa bisa ada di kantung rok seragamnya, harusnya sih ada sisa uang jajan di sana tapi sebagai gantinya ia malah mendapat kupon itu. Rasanya aneh bagaimana ia tak mengingatnya, apa mungkin Kira memungutnya di suatu tempat?

"Kiraa!"

Seorang gadis dengan rambut dikuncir kuda dan kacamata memanggilnya dari arah kios itu. Gadis perpustakaan yang ditemuinya beberapa hari yang lalu. Ah tunggu— kenapa ia bisa tahu?

"Hai Elli" bahkan Kira menyebutkan namanya secara otomatis.

"Kamu datang untuk tukar kupon? Pasti belum pernah coba kann, risoles buatan mamaku terbaik, kusarankan yang rasa sandwich ayam, eh tapi kamu juga harus ikut antri"

Setelah Elli kembali fokus ke pekerjaannya, Kira mengikuti antrian di belakang sambil kembali merenung. Pandangannya terarah ke langit biru di atas atap kios-kios stasiun, tadi malam sepertinya ia bermimpi terjatuh ke langit, cukup aneh bagaimana ia sendiri menyebutnya 'jatuh' alih-alih 'terbang', seakan langit itu ada di bawah kakinya. Tapi sepertinya ini tak ada hubungannya dengan bagaimana ia bisa mendapat kupon risoles gratis.

"Silahkan!" Elli berkata ceria saat Kira telah maju ke depan. Di meja counter itu ada daftar menu jenis-jenis risoles yang disediakan.

Butuh jeda beberapa saat sebelum Kira memutuskan, "Kalau gitu yang jagung manis ini, pakai kupon gratis ya"

"Kamu pilih yang manis? Nggak yang asin?"

"Hmm... habis jarang ada risol yang manis" Kira memberi alasan."Kenapa memang?"

"Bukan, bukan, lucu aja kalian beli risol yang sama"

Kira menaikkan alis, "Siapa?"

"Siapa lagi? Kemarin kan kalian kuberi kupon gratis itu bersama"

Mendadak siluet seseorang berambut hitam pendek muncul di benak Kira, "Aksara?"

Elli mtersennyum sembari menyodorkan pesanan Kira, "Yep, Kayaknya cowok itu memang suka yang manis-manis, dia nggak mau rasa yang lain"

Lagi-lagi, kenapa ia bisa tahu? seingatnya ia bahkan tak pernah berbicara langsung baik dengan Elli maupun dengan Aksara sebelumnya.

"Ngomong-ngomong soal Aksara" Elli berkata lagi setelah menyadari antrian di belakang Kira kosong, memberinya kesempatan untuk mengobrol sejenak, "Ternyata aku pernah melihatnya sebelum kita bertemu di perpustakaan, malah sering"

"Lihat di mana?"

"Aku cuma baru tahu itu Aksara, sebenarnya aku sering melihatnya di stasiun sini," gadis berkacamata itu tampak mengingat-ingat, "Dia sering mondar-mandir bawa kardus besar, perkakas tua, atau setumpuk barang yang aneh-aneh deh pokoknya, jadi kayaknya dia punya toko di sekitaran sini"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 10, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Cras Nunquam ScireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang