.
"Kau sudah dengar? Sagita kelas 11 IPA D meninggal kemarin... katanya bunuh diri"
"Benarkah? Bukanya kecelakaan? Kamu tahu darimana?"
"Aku tetangganya, beda satu blok, entah sih tapi menurut yang lihat dari tempat kejadian dia emang sengaja melompat ke jalan saat mobil lewat"
"Wah... kenapa bisa ya.."
--"Permisi...."
Pembicaraan kedua gadis barusan terpotong oleh seorang perempuan dengan jepitan merah yang baru saja datang. Wajahnya antara terkejut dan heran, "yang barusan.. soal meninggal itu beneran?"
"Kamu nggak tahu?" tanya gadis pertama. "Lagipula kau..."
"Aku Kira kelas IPS"
"Oh, pantes kami nggak kenal" balas gadis kedua, "ya, baru saja kemarin, kenapa?"
"B-bukan apa-apa! Terimakasih!"
DRAP.DRAP.
Sementara kedua gadis itu saling pandang menatap kepergiannya. Gadis berjepit merah. Kirara Anindya, menggenggam erat-erat buku bersampul putih yang ia bawa. Ia berlari kembali menuju kelasnya. Ia memang berniat bertemu Sagita yang disebut-sebut tadi tapi ternyata... siapa sangka?
Kira menghentikan larinya, dan kakinya terhenti di depan tempat istirahat kesayangannya. Perpustakaan. Tempat ia menemukan buku bersampul putih ini.
Satu pertanyaan kini melanda otaknya. Bagaimana ia mengembalikan buku kepada orang yang sudah mati?
.
Jarum detik di perpus rasanya berjalan lebih lambat dari biasanya. Setelah jam istirahat tadi ia izin ke UKS tapi entah kenapa ia malah berada disini. Kira tak bohong, ia benar-benar sakit, kepalanya pusing, mungkin sisa demam karena flu kemarin. Untuk alasan itu pula ia tak jadi mengembalikan buku ini dan tak tahu apa-apa soal meninggalnya Sagita.
Sebenarnya ia tak meminjam buku ini. Kebetulan saja saat itu saat sedang berada di perpustakaan buku ini tertinggal di meja. Jangan tanya dirinya, kau tak seharusnya membaca buku milikmu sendiri dan meninggalkannya di perpustakaan karena buku itu nanti akan disangka milik perpustakaan. Kira kebetulan saja memungut buku yang sudah diberi nama oleh pemiliknya ini.
Sebersit pemikiran terlintas di benaknya.
"Kalau kemarin aku mengembalikkan buku ini, adakah yang berubah?"
DUKKK.
Sebuah suara terdengar dari sudut perpustakaan, terdengar seperti benturan. Kira menggeser posisinya untuk mengecek keadaan, ia pikir ia hanya sendirian disini.
Agak sedikit ke pojok, di bagian rak buku pengetahuan umum ia melihat siluet dua orang yang sepertinya baru datang lewat pintu perpustakaan yang ada di sisi satunya.
"Kumohon! Lakukanlah!" suara perempuan terdengar jelas di telinga Kira.
"Kau yakin ingin meminta hal ini?" kali ini suara laki-laki. Tunggu dulu, apa yang dimaksud 'Lakukan'?
"Pliiiisss! Ini bayarannya!"
Bayaran? Ini jangan-jangan.... Kira segera saja langsung berjalan dengan hati-hati ke tempat yang lebih tersembunyi, memerhatikan dalam diam, ...Kisah cinta terlarang di perpustakaan?! Ya ampun aku belum cukup umur untuk melihat yang seperti ini..
"Bayaranmu kemahalan, cukup lima ribu aja" balas si laki-laki diiringi sura gesekkan uang kertas.
"Lima ribu? Tapi kan-"
KAMU SEDANG MEMBACA
Cras Nunquam Scire
FantasiKira ingin mengambalikkan sebuah buku putih kosong milik seseorang. tapi bagaimana caranya ia mengembalikkan buku itu jika pemiliknya sudah meninggal? --Dan ia baru tahu, kalau di kelas sebelahnya ada orang aneh yang mengaku sebagai penyihir ...