2# Pemaksaan

4 2 0
                                    

Bel pulang sudah berbunyi sejak lima menit yang lalu tetapi sampai sekarang aku masih dikelas dengan raka. Kenapa aku masih dikelas? Ini semua gara gara raka.

"Misii dong gue mau pulang"

"Enggak"

"Lo apa apaan sih, gue mau pulang tau!" kesalku, karena sedari tadi aku tidak bisa pulang karna raka tidak berdiri dari tempat duduknya, sehingga aku tidak bisa keluar kecuali gue naik meja.

"Ada syaratnya" ucapnya santai

"Yaudah apa syaratnya buruan"

"Lo balik sama gue"

"Whats?! Gue balik sama lo? ENGGAK!" protes ku tidak terima.

"Yaudah, kalo gitu lo gak boleh pulang"

"Ok, fine gue pulang sama lo" pasrahku dengan sangat tidak senang

"Gitu dong dari tadi" jawabnya seraya tersenyum

"Tapi sebelum kita pulang lo temenin gue makan dulu" lanjutnya

"Heh?! Kan perjanjiannya cuma lo pulang sama lo" kesalku

"Gue nggak ngerasa punya janji sama lo" ucapnya enteng.

Gue mau yang melihatnya hanya bisa menepuk dahiku. Aku bisa pasrah dan menuruti permintaannya. Huh mana katanya Most Wanted SMA Garuda yang dingin sama semua orang, lah ini buktinya resenya minta ampun.

Akhirnya, gue membuntuti raka dari belakang menuju keparkiran motor. Untung cakep kalo jelek udah gue pites tuh kepalanya. Sudah sampai diparkiran motor raka pun mengambil motornya yang ada diujung, tidak sampai lima menit ia mengeluarkan motornya.

"Buruan naik"

"Sabar napa sih! Dasar pemaksaan"

"Penganggan yang kuat"

"Gak!" acuhku, kiranya gue nggak tau apa kalo dia cuma modus doang.

"Yaudah jangan salahin gue kalo lo jatoh"

Gue pura pura gak tau apa yang barusan ia ucapkan. Dan setelah itu...

"Aaaaaa!!" teriakku tiba tiba saat motor yang raka kendarai melaju begitu kencang sehingga membuat tubuhku hampir jatuh kebelakang.

Gue menepuk pundah raka dengan sekuat tenaga membuat dirinya meringis kesakitan.

"Adawww, sakit bego" protesnya padaku namun tidak ku tanggapi.

"Lagian sih elo bawanya kayak setan" kesalku mencubit pinggangnya

"Aduhh, iya iya. Mangkanya pegangan dong biar gak jatuh" balasnya masih dengan mengendarai motor.

"Kalo enggak ya enggak, maksa banget sih"

"Iya iya bawel"

--

Setibanya di cafe yang tidak jauh dari rumahku raka mematikan mesin motor teesebut dan gue turun dengan dibantu raka.

Kami pun masuk kedalam ruangan cafe tersebut, rasa dingin saat memasuki cafe tersebut dan aroma aroma makanan yang disediakan. Banyak pengunjung yang sedang bersantai ria menikmati suasana cafe yang begitu simple tetapi sangat menarik, mulai dari meja dan kursinya, warna cat tembok yang kelihatan sangat cocok, dan masih banyak lagi.

Hingga akhirnya aku dan raka memilih tempat duduk yang hanya berisi dua kursi dan satu meja dipojok sebelah kanan. Raka pun memanggil sang pelayan untuk memesan makanan setelah itu pelayan tersebut menjauh dari meja tempat duduk kami. Tidak ada percakapan yang mulai antara aku dan raka.

Hening.

Itulah keadaan sekarang hingga makanan sampai pun tidak ada yang akan memulai percakapan duluan. Hingga akhirnya gue mulai bosan dan mengawali percakapan duluan.huh

"Ehmm, tumben lo diem? Biasanya lo rese"

"Gue nggak rese lo nya aja yang terlalu lebay nganggep gue rese" balasnya dengan masih menyantap makanannya

"Gue lebay? Mana ada sejarahnya seorang Alyasa putri lebay lo aja yang rese" balasku sinis

"Serah"

"Buruan dikit napa sih makannya! Lama banget" ucapku kesal karna setelah ini gue mau tidur tiduran dikamar tanpa ada yang mengganggu

"Salah sendiri lo gak makan, jadinya kan lo harus tungguin gue selesain makan"

Gue gak membalas ucapannya lagi karena mungkin gue sudah lelah berdebat dengannya yang nggak ada abis abisnya


Sweet Then Bitter (On Hold)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang