Mencintai seseorang terkadang itu adalah hal yang bahagia, namun aku fikir, mencintai seseorang yang mencintaiku, itu jauh lebih bahagia. Dia kekasihku, jelas aku katakan, dia kekasihku! Aku baru sadar, kau hadir ke bumi, mungkin hanya untuk membuatku bahagia atau memang kau diciptakan hanya untukku? Mungkin saja, karena itu harapanku.
“Apa harapanmu?” Tanya Rangga yang duduk di sebelahku.
“Bersamamu” balasku menatap nya.
“Bila aku pergi?” Tanya Rangga balik menatapku.
“Tidak, itu tidak mungkin. Karena tuhan menciptakanmu, untukku” jawabku penuh percaya diri.Rangga hanya tersenyum mendengar jawabanku, dia kekasihku. Hal yang selalu aku lakukan sehabis pulang kuliah, makan bersama dengan Rangga, atau langsung pulang dan berbincang sejenak di rumahku. Aku duduk berhadapan dengannya sore ini, dengan dua gelas coklat hangat dan beberapa cemilan di hadapan kami. Rangga, dia memiliki banyak cara agar aku terus mampu mencintainya. Entah, aku tak mengerti caranya, namun yang aku tau, aku selalu mencintainya.
“Coba kau tebak, apa yang aku inginkan?” tanya Rangga menatapku.
“Mmm.. wafle? Ice cream? Atau mungkin, moccacino?”.
“Bukan, coba tebak lagi” mintanya.
“Ahh, Rangga jangan membuatku bingung”
Rangga tertawa kecil melihat sikapku yang berusaha keras berfikir.
“Ah… kamu, padalah aku hanya menginginkan kamu saja” balas Rangga tersenyum.
“Kamu ini” tersenyum, tersipu malu.Rangga hanya tersenyum sambil melontarkan beberapa pertanyaan kepadaku. Aku selalu bahagia mendengar suaranya, apa lagi melihat matanya, seolah ingin aku lihat setiap saat, tak ada alasanku untuk bisa berpaling darinya, mana mungkin aku bisa berpaling? Bila dia sudah mengunci segalanya dariku. Hah, Rangga… bagaimana bisa, tuhan menciptakan pria sepertimu? Begitu sempurna bagiku.
“Nadia, untuk apa kita berpacaran?” Tanya Rangga sambil meminum coklat hangatnya.
“Kau membuatku untuk berfikir lagi” balasku sedikit kesal.
“Coba jawab pertanyaanku” mintanya.
“Untuk apa kita berpacaran? Menurutku langkah awal untuk sebuah hal yang lebih serius”
“Bukankah kita berpacaran untuk putus?” Tanya rangga mengejutkanku.
“Apa maksudmu?” Tanyaku menatapnya tajam.
Rangga tersenyum, lalu menjawab pertanyaanku.
“Bukankah seseorang menjalin hubungan untuk berpisah? Ujung ujungnya pacaran apa? Putus kan? Kalau gak putus ya mungkin pisah karena keadaan atau takdir, atau mungkin juga ujung ujungnya pacaran adalah sebuah pernikahan, dan tua bersama” jelas Rangga panjang lebar. Aku pun hanya diam mendengarkannya. Rangga pun melanjutkan pembicaraannya.
“Dan kita akan berujung di pernikahan, lalu tua bersama” ucapnya yang membuat bibirku terus tersenyum.
Aku hanya tersipu malu mendengar ucapan Rangga, dia terus menggodaku, membuatku terus tersenyum.Jam pun menunjukan pukul 8 malam, ya beginilah anak kuliahan, selalu disibukan dengan tugas. Aku duduk di meja belajarku sambil mengerjakan satu persatu tugas, setelah semua tugas terselesaikan, aku pun berbaring di atas tempat tidurku, aku pun meraih HP yang tak jauh dariku.
“Semangat bidadari kecilku” sebuah pesan singkat dari Rangga. Aku membacanya berulang ulang, bibirkupun tak hentinya tersenyum. Gila? Tidak, aku waras kok. Tapi ini kebahagiaan besarku, memiliki Rangga. Aku pun membalas pesannya, dan seperti biasa, aku selalu dibuat bahagia olehnya walau hanya sekedar di pesan atau vidio call saja.
“Sampai kapan kita akan bersama?” Tanyaku dalam pesan.
“Sampai waktu memisahkan, tapi percayalah, waktupun takkan tega memisahkan kita” balasnya.
“Aku menyayangi Tuhan, sungguh aku mencintaiNya. Karena dia mempertemukanku denganmu, tolong jangan pergi” mintaku.
“Tuhan menghadirkanku ke bumi untuk menemanimu, untuk hidup bersamamu, percayalah, aku akan sukses dan segera melamarmu dan membuatmu bahagia, karena hidup dengan cinta itu tak akan memenuhi kebutuhanmu. Aku akan selalu membuatmu bahagia, aku mencintaimu”. Membaca balasan dari Rangga membuatku untuk terus berusaha lebih keras untuk selalu membuatnya bahagia bersamaku, dia tak pernah membiarkanku terluka, bahkan untuk menangis pun ia tak pernah membiarkan itu.Bila ada Rangga Rangga lainnya di luar sana, yang memiliki prilaku yang sama, aku jamin mungkin hanya beberapa saja, karena aku sangat beruntung memilikinya. Seorang pria yang mampu meluluhkanku begitu pula dengan keluargaku, Rangga hanya harus menyelesaikan S2 nya saja. Untuk bekerja? Jangan ditanya, ia telah memiliki 3 cafe. Dan itu semua ia rintis bersama denganku dari nol, mungkin aku hanya membantu mengusulkan desainnya dan selebihnya ia yang lakukan. Bagiku dia seorang pria idaman, bertanggung jawab, berpendidikan, tak memiliki keberanian untuk melukai hati perempuan, dia berkata “aku mencintai ibuku, bila aku melukai hati perempuan atau aku melecehkan perempuan, sama saja aku melecehkan atau aku melukai hati ibuku”. Aku percaya, bumi telah merestui hubunganku, waktu pun takkan tega memisahkanku, mungkin aku sebagai manusia hanya mampu berencana namun tetap saja keputusan ada di tangan sang pencipta, tugasku hanya berharap, berusaha, berdoa, selebihnya aku serahkan kepada-Nya.