Day 3

29.2K 3.1K 363
                                    

Sena tidak bisa fokus bekerja. Tubuhnya benar-benar diserang pegal yang hebat. Belum lagi perlakuan kasar yang Sehun berikan membuat rasa nyeri itu semakin menjadi.

Chanyeol menatapnya sebentar, lalu fokus kembali dengan pekerjaannya.

"Kau kenapa, Sena?" tanya Chanyeol dengan suara beratnya yang khas. Sena menggeleng dengan lemah.

"Aku baik-baik saja" jawabnya lirih. Chanyeol berdiri lalu menghampirinya. Sena berhenti memilah berkas lalu menatap bosnya itu.

"Biarkan aku melihat lukamu" ucap Chanyeol tegas. Sena masih bergeming. Chanyeol menyingkirkan meja dihadapannya lalu berlutut. Dia melepas syal yang dipakai Sena dengan pelan.

Chanyeol cukup terkejut dengan beberapa hickey yang lebih terlihat seperti bekas luka. Sehun tidak main-main. Dia benar-benar mabuk jika sudah seperti ini.

"Dia gila!" gerutu Chanyeol, "Bahkan Hyunhee pun tak pernah kuperlakukan seperti ini!"

Perkataan Chanyeol malah membuat hati Sena semakin sakit. Dia mengambil kembali syal yang tengah dipegangnya lalu membelitkannya kembali.

"Aku tak apa. Sungguh"

"Pulanglah. Beristirahatlah dulu. Kau perlu menenangkan dirimu"

Sena terdiam. Chanyeol tersenyum seraya menepuk pundaknya pelan.

"Apa perlu ku antar?"

"Jangan!" seru Sena dengan cepat. Chanyeol mengangguk.

"Baiklah"

Sena berdiri lalu membungkuk. Dia segera keluar dari ruangan Chanyeol. Beruntung lelaki itu mengerti keadaannya. Dengan cepat dia melewati kantor Sehun. Dia tidak mau Sehun mengetahui bahwa dia pulang lebih awal daripada biasanya.

Jadi Sena menelpon seseorang.

"Ya?"

"Lay? Bisa bantu aku?"

"Tentu saja! Ada apa?"

"Jemput aku di depan perusahaan Oh Corp. Cepat!"

"Baik"

Sena mencari tempat agar tidak diketahui oleh suaminya. Dia memilih berjongkok di pinggir jalan yang tertutupi pepohonan. Setelah sepuluh menit mobil Trevita milik Lay mulai terlihat. Dia segera masuk.

"Ada apa denganmu?" tanya Lay. Sena memasang seat belt lalu menyandarkan tubuhnya pada kursi.

"Biarkan aku istirahat, Lay. Bawa aku kemana saja asal jangan ke rumah"

Lay mengangguk mantap. Dia tau tempat yang harus dituju.

***

Sudah dua jam Sena menangis sesegukan. Lay memesan minum lagi. Kini mereka berada di hotel berbintang lima. Lay membiarkan Sena menangis sepuasnya dalam pelukannya.

"Shh tenanglah" ucap Lay lirih. Seorang pelayan hotel datang mengirimkan minuman pesanan Lay. Lay memberikannya pada Sena.

"Minumlah dulu"

Sena menerimanya. Lay mengelus punggungnya.

"Hei lihat ini"

Sena menengadah. Lay menunjukan kotak musik yang terbuat dari kaca. Dia memberikannya pada Sena.

"Untukku?" tanya Sena seraya terisak. Lay mengangguk.

FXXK IT!✅ [Sudah Diterbitkan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang