Bab 2 - Upacara Pernikahan
Karya ini dilindungi oleh undang-undang hak cipta no. 28 tahun 2014. Segala bentuk pelanggaran akan diselesaikan menurut hukum yang berlaku di Indonesia.
Duduk terisak di depan meja rias yang terbuat dari kayu, Bendara Raden Ajeng Dayang Sumbi membiarkan para dayang memandikan juga merias wajahnya, beberapa pelayan lainnya merias ruangan itu untuk menjadi kamar pengantin, ranjang yang berasal dari bulu angsa telah ditutupi kain bersih, berbagai jenis bunga beraroma menyegarkan, ditaruh pada pot yang berada di atas meja dan sudut ruangan yang dekat dengan lemari pakaian.
Tidak ada yang dapat menolong dia, termasuk ibundanya. Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Harya sejak seminggu lalu telah pergi ke negara tetangga untuk melakukan kunjungan persahabatan, mempercayakan urusan dalam keraton kepada Sang Permaisuri.
Tidak lama terdengar suara pintu terbuķa, gadis itu menoleh, menemukan ibundanya berdiri, bernapas tersengal-sengal menatap gadis itu.
"Ibunda!" teriak Dayang Sumbi bangkit, terisak, berlari ke arah Bendara Raden Ayu Putri Laras, "tolong Ananda!"
Selir kesayangan Penguasa Keraton yang masih berparas elok pada usia ketiga puluh lima memeluk putri bungsunya, berwajah pilu, wanita itu meratap. "Malang sekali nasibmu, mengapa kau bisa sembarangan bersumpah, anakku?"
"A-aku hanya bercanda," jawab Dayang Sumbi terbata, "Kanjeng Bendara Raden Ayu kejam sekali meminta Ananda menikahi seekor binatang."
Bendara Raden Ayu Putri Laras tidak dapat berkata apa-apa, perintah Permaisuri tidak dapat dibantah. "Bersabarlah, Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Harya akan kembali bulan depan, kita dapat memintanya untuk membatalkan pernikahan terkutuk ini."
"Tapi Ibunda! Ananda akan menjadi olok-olokan penghuni Keraton dan masyarakat," ujar Dayang Sumbi dengan mata berkaca-kaca, "Ananda malu."
Menghela napas, Bendara Raden Ayu Putri Laras berucap, "Ini adalah kesalahan dirimu sendiri, Ibunda tidak dapat menolong, selesaikan riasanmu dan penuhi sumpahmu."
Air mata kembali turun membasahi pipi gadis cantik itu, berjalan lunglai, Dayang Sumbi kembali duduk, menyelesaikan riasannya.
*****
Jaka, masih dalam wujud hewan, berjalan masuk ke kamar yang diperuntukan untuk tamu Keraton, duduk di atas lantai, dirinya memerhatikan isi ruangan.
Tidak berbeda dengan kamar tidur pada umumnya, sebuah ranjang, meja kecil dan sepasang kursi dari kayu, dan sebuah lemari dekat dengan jendela.
Belum selesai pemuda itu mengamati kamar, pintu kembali terbuka, dan masuklah permaisuri diikuti beberapa dayang. Kedua mata wanita itu mengamati sosok Jaka yang masih berwujud seekor anjing. "Jadi, inikah calon suami Bendara Raden Ajeng Dayang Sumbi?"
"Betul, Kanjeng Bendara Raden Ayu," jawab salah satu dayang dengan hormat.
Menyeringai, wanita itu berjalan mendekati Jaka. "Siapa nama anjing ini?"
"Kami tidak tahu, sepertinya dia anjing liar."
Tergelak, permaisuri menundukkan kepala, kedua mata hitamnya membalas tatapan binatang yang mendongak ke arah dirinya. "Namanya Tumang."
Jaka menarik napas, manusia di depannya telah memberikan nama lain untuknya. Namun, itu tidak masalah, keinginan pemuda itu untuk mendapatkan Dayang Sumbi, telah mengaburkan akal sehatnya.
Menegakkan tubuh, Kanjeng Bendara Raden Ayu berseru, "Carikan wali untuk anjing ini! Pernikahan yang akan mereka lakukan harus sah secara adat dan agama!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bisikan Surgawi: Kisah Tangkuban Perahu [End]
FantasyPenguasa Bawanapraba, meminta Jaka, salah satu panglimanya yang memiliki kekuasaan atas hewan di Bumi untuk mencari kepingan kristal miliknya yang pecah dan tersebar di Bumi Nusantara. Dalam pengembaraannya, Jaka pun memakai wujud seekor anjing hita...