Empat

14.8K 1.5K 137
                                    

Halo,  merupakan suatu tantangan untuk tetap menulis suatu cerita dan menyelesaikannya, tapi penulis akan senantiasa menyelesaikan yang satu ini untuk para prmbaca😊

Terimakasih atas segala dukungan kalian dan jangan lupa untuk selalu tinggalkan jejak.

Chapter mulai disini akan mulai agak klise jadi penulis harap kalian mempersiapkan diri.

Lagu song of durin ini selalu menemani penulis dan rasanya...  Sangat...  Yah,  kalian mungkin akan menyukainya.

Selamat membaca!.
.
.

Dari : Nenek Tsunade

Datang kerumah Namikaze sekarang. Cepat!

Nah, ini baru namanya masalah diatas masalah. Ada apa lagi sehingga dia mendapat panggilan darurat seperti ini?

Naruto sedang sangat lelah, mental dan fisik, dan dia hanya ingin menatap ranjangnya. Menghirup kuat-kuat aroma pengharum kamar apartemennya lalu melompat keatas ranjang. Tapi dia selalu tahu bahwa mengabaikan perintah nenek Tsunadenya hanya akan membawa rasa sakit. Sialnya dia tak punya pilihan.

Jadi Naruto memutar kembali kunci apartemennya lalu berbalik kearah tangga.

Perjalanan kerumah orangtuanya cukup jauh, tapi karena Naruto melamun sepanjang perjalanan di kereta, tiba-tiba dia sudah berdiri didepan gerbang raksasa kediaman Namikaze. Naruto menghela nafas, mempersiapkan segenap jiwa dan raganya sebelum memasuki mansion megah tapi tradisional itu.

“Apa maksudnya ini?!”

Naruto menatapi satu persatu sosok manusia didalam ruangan itu. Mulai dari nenek Tsunade, ayahnya, lalu ibunya. Lalu meja didepannya, atau lebih tepatnya, foto yang tergeletak diatas meja.

Foto Sasuke.

Naruto menatap tiga orang dewasa didepannya meminta penjelasan. Setelah lama diam akhirnya Tsunade, yang berdehem beberapa kali sebelumnya angkat bicara.

“Dia kan orangnya?” kata Tsunade tanpa emosi, dia menatap foto didepannya lalu kembali menatap Naruto, “alpha yang menandaimu 9 tahun lalu”

Terkejut. Naruto tak pernah berpikir bahwa orangtuanya akan tahu masalah Sasuke. Lalu dia menggeram, “Kalian memata-mataiku?” tanyanya tak percaya.

Tak ada satupun yang terlihat ingin menjawab. Tanpa sadar dia meremas bagian pinggir kausnya.

“Bukan, bukan dia” suaranya lebih bergetar dari yang Naruto inginkan. Dia mengumpat dalam hati.

Minato menatapi putranya iba, “Naruto—“

“Tidak” potong Naruto ketus, dia lalu menunduk, “kita sepakat tak akan pernah membicarakan ini lagi”

“Kita tak pernah sepakat” Tsunade menanggapi.

Naruto merasakan rahangnya mengeras. Ini diluar perkiraan, sangat diluar perkiraan. Lalu dia mengangkat wajahnya, walaupun hampir yakin bahwa air matanya sudah menggenag di ujung.

“Bisakah kita lupakan saja masalah ini?” kata Naruto memohon. Tapi saat itulah Kushina langsung berdiri, “Tidak!”

Wanita yang dari tadi itu diam, mempelototi anaknya. Dadanya naik turun karena menahan marah, “Orang itu” dia menunjuk foto Sasuke, “adalah orang brengsek yang membuat anakku menderita dan aku tak akan membiarkannya!” teriaknya histeris.

Minato maju berusaha menenangkan tapi Kushina langsung mendorongnya menjauh. Dia menatap lurus kearah Naruto, “Dia akan membayar semuanya”

“Ini masalahku!” Naruto akhirnya tak kuat untuk tidak berteriak, “dan aku berharap untuk melupakannya”

ALPHA MARKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang