Sepuluh

8.7K 1K 69
                                    

“Taman Malam Yudistira. Aku tidak peduli kau datang atau tidak, aku akan menunggu”

Kalimat tersebut adalah sebuah kalimat rancu yang sangat tidak efektif. Tidak ada indikasi dibagian mana tepatnya si ‘aku’ ini akan menunggu, untuk alasan apa si ‘aku’ ini menunggu, dan untuk menambah ke absurdan kalimat, pukul kapan tepatnya si ‘aku’ ini akan menunggu.

Dan Naruto tentunya, sebagai salah satu makhluk ciptaan Tuhan paling tolol, berdiri tepat didepan air mancur Taman Yudistira hanya berselang satu jam setelah jam mata kuliah selesai.

Ada batasan mengenai kebodohan seseorang, dan Naruto menyadari dirinya sedang berdiri di kategori puncak. Kata-kata Sasuke seperti minyak tanah yang berhasil mengobarkan api didalam dirinya. Singkatnya, kata-kata Sasuke berhasil membuat jiwa sejati Naruto merasa tertantang.

Naruto menengok jam besar dibelakangnya yang terbuat dari batu dan semen. Semen yang digunakan pasti kualitas tinggi karena jam tersebut terlihat kokoh menjulang ditengah kolam air mancur. Jarum jam menunjuk jam 5 sore, yang artinya sudah sekitar 3 jam Naruto tiba ditempat ini.

Sialan, kalau tahu begini aku pulang dulu ganti baju. Naruto mengetuk-ngetukkan sepatunya pada hamparan batu sikat dibawahnya, disemen apik dengan bentuk pola-pola yang cantik. Setelah bersusah payah menyakinkan Gaara bahwa dia akan baik-baik saja, dia masih ingat bagaimana wajah Gaara sebelumnya, nyaris seperti tersakiti, dan sekarang Naruto berdiri disini nyaris sia-sia.

Mungkin ini salahnya karena terlalu bersemangat hingga tanpa menahan diri langsung datang kemari, tapi bagaimanapun Sasuke juga bersalah karena tidak menyebutkan pukul berapa tepatnya dia akan menunggu disini.

Naruto menghela nafas sambil pandangannya melirik sekeliling. Tempat ini walaupun bisa dikatakan merupakan jantung dari taman Yudistira, anehnya merupakan spot paling sepi disini. Bukan tanpa alasan Naruto memilih berdiri disini, jika nanti dia memilih saling bunuh dengan Sasuke setidaknya mereka tidak akan ramai penonton.

Air mancur dibelakang Naruto berbentuk bulat lonjong dengan sebuah jam raksasa ditengahnya seperti pulau, disekeliling sana berderet belasan pohon cemara yang tersusun beraturan, membuat tempat ini nyaris seperti hutan.

Sekarang tampaknya Naruto tak akan terkejut jika menyusuri pohon-pohon disini dan menemukan pasangan yang sedang bercinta, demi apapun tempat ini terlalu terisolasi!

Kepalanya bergerak kekiri, menuju jalan setapak yang tak begitu lebar, kemudian semakin kekiri, lalu Naruto berhenti. Seluruh tubuhnya mematung. Sekelebat dia melihat bayangan hitam melintas didepannya. Naruto mengerjap-ngerjapkan matanya.

Apa itu Sasuke?

Naruto menggerakkan hidungnya untuk membaui aroma tubuh Sasuke, tapi dia tak bisa membaui apapun. Sekarang jantung Naruto berdetak sangat cepat. Rasa takut dan penasaran merebak keseluruh tubuhnya. Matanya berkilat, sekali lagi mengubah pupil menjadi warna keperakan sedangkan kukunya mulai memanjang membentuk cakar-cakar yang mengerikan. Sekarang dia siap untuk menbabat habis tubuh Sasuke jika dia muncul dari balik batang pohon.

Naruto siap

Dia benar-benar siap.

“Kau sedang apa?”
Naruto tersentak terkejut, langsung memutar tubuhnya dan mengayunkan cakar tajamnya kearah sosok dibelakangnya. Tetapi sosok itu lebih tangkas, dengan sigap mengangkap pergelagan tangan Naruto dan memutar tubuh si kuning sehingga sekarang mereka bertatapan.

Bibir Naruto merekah saat mengetahui siapa yang berdiri didepannya “Kau!”

Sosok itu balik menatapnya, “Aku”

ALPHA MARKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang