Kenangan

72 4 0
                                    

Kenangan

Banyak sekali kenangan kami selama kami masih bersama, tapi aku hanya akan menceritakan sebagian saja yang paling teringat di otakku. Ada hal yang paling aku ingat ketika dia meminta nomor teleponku yang pada saat itu dia tidak memiliki HP samasekali. Bahkan sesampainya dirumah dia bisa menelponku karena dia meminjam HP, entah HP siapa aku lupa. Bahkan temannya berkata bahwa, saat aku memberikan nomor teleponku dan menuliskannya ditangan kirinya. Dia menutupi tangannya dengan plastik agar nomor teleponku tidak luntur dari tangannya dan itu membuatku tersenyum-senyum sendiri dengan kekonyolannya itu.
Lalu kenangan pada saat di kebun teh, dengan sengaja aku iseng dan menakuti dia. Aku meminta pisau maupun senjata tajam lainnya padanya, wajahnya terlihat memelototiku. Aku mengambil obeng yang ada di motornya, dia menarik obeng itu dari tanganku dan aku berkata "haha! Tenang dong siapa juga yang mau bunuh diri? Ge-Er amat sii" dia berkata "Emang buat apa?" , aku tersenyum dan menyuruhnya berbalik arah untuk tidak melihat apa yang sedang aku lakukan. Aku hanya iseng mengukir namaku dan namanya di pohon. Mungkin ini terkesan alay, tapi aku hanya ingin tempat itu menjadi salah satu tempat yang tidak akan pernah kami lupakan selamanya bahwa kami berdua pernah bersama-sama. Setelah selesai, aku perlihatkan padanya. Dia tersenyum dan mencubit pipiku dan ini yang paling aku suka darinya, dia tak pernah berani bersikap mesum bahkan untuk memelukku.
Sikapnya yang sangat baik dan tidak berani macam-macam kepada perempuan. Itulah yang membuat aku semakin nyaman bila didekatnya. Tidak seperti kebanyakan anak muda di zaman sekarang, yang berpacaran selalu memamerkan kemesraanya bahkan lewat sosial media. Bila saja semua pemuda bersikap seperti dia, mungkin saja aku bisa berselingkuh! Tapi tentu saja tidak, aku hanya bercanda.
Dia tidak banyak bertingkah, dia bukan anak artis yang terkenal. Tapi karena keramahannya lah yang membuat orang-orang bisa mengenalinya. Bahkan dia pun terlihat akrab dengan bapak-bapak yang saat itu ada didaerahnya, tetapi cukup jauh dari rumahnya. Bukan hanya bapak-bapak, bahkan anak-anak dan ibu-ibu pun selalu heboh bila aku tengah di bonceng oleh Rifki. Aku hanya heran mengapa satu daerah itu bisa mengetahui bila aku adalah kekasihnya Rifki. Saat itu aku melewati jalan Kp.Cihideung dan ada ibu-ibu bersama anaknya menunjuk kami lalu berkata "Aduh si Medun sama Yolan" kami hanya tersenyum malu lalu melanjutkan perjalanan.

Past Memories In 2016Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang