[FMJ] Part 7 : Dang It!

197 16 1
                                    

"Masa saat ini, memberikanku bayangan tentang masa depan yang akan ku jalani nanti."

****

"Hyung, kapan kau pergi ke Daegu untuk menjemput orang tuamu?" tanya Taehyung sambil melahap camilan yang ia pegang dengan mata separuh fokus pada televisi.

Yoongi yang sedang sibuk bergelut dengan ponselnya menoleh pada Taehyung sambil sejenak berpikir, "Bagaimana bisa aku melupakan hal itu?!" ujarnya sambil sedikit menaikkan nada suaranya.

"Heol! Pernikahanmu sebentar lagi, aku saja sudah siap menyusulmu. Memangnya hal apa yang kau pikirkan sampai hal yang penting saja lupa." timpal Hoseok lalu lompat dan duduk di sofa tepat di sebelah Taehyung.

Yoongi terdiam, dan ia mendesahkan nafasnya ke udara juga menurunkan badannya. Ia seperti tidak siap meninggalkan dunia ini, dunia gemerlap yang menjadi saksi bahwa ia telah sukses menjadi idol. Masalahnya, umur Yoongi saat ini bukanlah hal main-main, ia sulit memilih untuk bertahan atau membangun kehidupan baru. Tetapi manusia memang seperti itu, karena kisah di kehidupan ini tak hanya 1 dan tak hanya tentang kesuksesan karir. Tapi Tuhan menciptakan lawan jenis, untuk menjadikannya jodoh di kemudian hari.

****

Yeoja itu menyesap caramel macchiato, minuman kesukaan yang barusan dia pesan. Sambil meneguk minuman itu, Kyle teringat tentang suaminya, sepertinya dia sudah rindu. Lalu seketika dia memutuskan untuk membuka ponselnya dan terlihat pula di sana, bahwa Jimin telah mencoba menghubunginya tapi tidak sengaja tak terangkat karena Kyle sedang menyetir tadi.

"Jadi suamimu dulunya seorang idol?" tanya Jinyoung sambil terkekeh. Rasanya dia sedikit meremehkan Jimin yang memang kenyataannya dulu ia menghasilkan uang dan berkarya lewat televisi. Tetapi apa salahnya, jika saat ini saja dia merupakan CEO di perusahaan ayahnya.

Kyle tak menjawab karena fokusnya teralihkan oleh ponsel itu, dia sedikit khawatir dengan suaminya.

"Kyle-ssi?" namja itu mencoba menyadarkan Kyle dari lamunannya.

"Eoh? Maaf. Aku ke toilet sebentar," katanya sembari berdiri dan berjalan cepat menuju toilet.

Padahal tidak ada niat untuk buang air, hanya saja ia ingin menelfon suaminya itu. Kyle cemas, dan takut jika Jimin akan marah padanya. Karena memang begitulah sifat Jimin yang sebenarnya, jika orang lain merasa dirinya penting untuk orang itu. Maka hargailah waktunya, setidaknya dia telah berusaha dan menghabiskan menit-menit berharganya hanya untuk menelfon dan sekadar ingin tahu bagaimana keadaan orang tersebut di sana. Maksud Jimin seperti itu.

"Ah! Bagaimana bisa? Tuhan maafkan aku." ujar Kyle sambil mendengus, dan ia terus memohon di dalam hatinya. Tiga kali ia menelfon Jimin, dan tidak ada jawaban sama sekali.

"Halo."

Kyle membesarkan matanya, ia sangat besyukur Jimin bisa mengangkat telfonnya kali ini. Dia berharap Jimin tidak marah, dan dia pun berharap Jimin akan menemuinya beberapa hari lagi. Ya! Semoga itu terjadi.

"Ah, yeobo-ya! Maaf aku tidak mengangkat telfonmu, tadi aku sedang menyetir. Kau apa kabar? Bagaimana dengan Baekyo?"

"Dia baik-baik saja. Ah, aku sedang rapat. Nanti kita sambung lagi, ya, maaf sayang. Jaga dirimu baik-baik di sana, aku merindukanmu."

Kyle menurunkan bahunya sambil menghela nafas ke udara. Sedikit menyebalkan karena Jimin saat ini menjadi lelaki super sibuk. Tapi tak apa, yang penting Jimin tidak marah dan anaknya di sana baik-baik saja.
Dan Kyle berharap, mereka akan segera bertemu.

Dengan perasaan bersalah, Kyle menghampiri meja tadi dan ia memilih untuk pamit pulang pada Jinyoung.

"Jinyoung-ssi, maaf aku mendadak ada urusan. Jadi aku harus pergi sekarang, terima kasih," katanya lalu pergi meninggalkan Jinyoung yang belum mengucapkan sepatah katapun.

Dengan gelagas Kyle berjalan keluar dari cafe itu, begitu satu langkah lagi ia akan benar-benar keluar dari cafe itu. Ia merasa sesuatu menahannya untuk pergi, sesuatu memegang lingkar tangannya. Kemudian ia berbalik, melihat siapa lagi yang menghadangnya saat ini.

"Jinyoung-ssi? Waeyo-a? Apa ada barangku yang tertinggal?" tanya Kyle, ia mengerucut kedua alisnya ke tengah. Mata Kyle turun ke bawah, melihat tangan Jinyoung yang masih memegangi tangannya itu ia sedikit risih. Dan saat itu juga Jinyoung menyadari kejanggalan tersebut, dan dengan bergemetaran ia melepaskan tangan Kyle.

Jinyoung terbelangap, ia terbata-bata saat akan berbicara. "uh? Tidak ada, Kyle-ssi. Hanya saja ... bisakah kita bertemu lagi? Lebih sering dari ini?" tanya nya.

Kyle memicingkan matanya, "apa maksud anda, Jinyoung-ssi? Dan untuk saat ini, tolong biarkan aku pergi. Anda tidak akan pernah tahu urusanku," ujar Kyle, lalu bergegas meninggalkan Jinyoung dengan sejuta imajinasi di otaknya saat ini. Langkah kakinya mulai diperbesar, ia benar-benar tidak ingin diganggu hari ini.

Hingga sesampainya di dalam mobil, ia pun menyalakan ponselnya yang tadi terdengar seperti berbunyi. Ia kini mencoba mengotak-atik isi di dalam ponselnya, dan melihat apa penyebab dari ponselnya berbunyi tadi.

Ia mengetuk satu pesan dari papan notif, "EOH?" gumamnya. Dan kini, Kyle pun memulai membaca sebuah mail yang masuk.

"Selamat Siang, Kyle-ssi.

Apa kabar? Sebenarnya aku sangat sibuk saat ini, jadi aku tidak bisa menulis mail ini lebih panjang untukmu. Mungkin kau akan mengerti setelah kau membuka kiriman yang disandingi dengan mail ini, terima kasih.

 Mungkin kau akan mengerti setelah kau membuka kiriman yang disandingi dengan mail ini, terima kasih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tertanda,

Hoseok.

"Omo?! Hoseok-ssi?!"

-----

Yuhuw. Pertama kali update lagi nih, hihi. Semoga suka ya, plisplisplis banget vote sm comment terus ya! Love u guys🐣🐣

DECADE ▪ BTS FanfictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang