#3

61 4 0
                                    

"itu yang jalan di depan kita. Cewek yang rambutnya berwarna coklat", Yuri menunjuk gadis yang tak seberapa jauh di depannya.

"ooh itu. Dia anak baru di kelas XII, pindahan dari San Fransisco. Kenapa?", tanya Taeyeon.

"ah, bukan apa-apa kok. Namanya siapa?", Yuri benar-benar penasaran dengan gadis itu.

"gak tau. Sekalipun kelasnya di sebelah kelasku, teman-teman satu kelasku pun gak ada yang tau namanya. Kata teman sekelasnya, cewek itu pendiem banget. Hampir gak pernah denger dia ngomong. Dia cuma ngomong kalo ada guru yang kasih pertanyaan sama dia", jelas Taeyeon.

"ooh gitu ya. Emang udah berapa lama dia pindah disini?", tanya Yuri kembali.

"udah hampir seminggu ini sih. Kenapa sih nanya-nanya mulu?", Taeyeon bertanya balik. Ia heran, sebelumnya Yuri tidak pernah menanyakan hal sedetail ini tentang seseorang.

"hahaha...bukan apa-apa Taeee. Ya udah, ayo berangkat. Traktir aku makan ya nanti, sebagai imbalan udah nemenin ke mall".

"hmmm...iya deh".

Yuri segera menuju tempat parkir untuk mengambil motornya, sementara Taeyeon menunggunya di depan gerbang sekolah. Ketika Yuri akan keluar dari tempat parkir, ia melihat gadis berambut cokelat itu sedang bersandar pada tembok, sepertinya sedang menunggu seseorang. Ia berhenti sejenak untuk melihat wajah cantik namun berkesan dingin itu.

"cantik banget. Sapa gak ya? Tapi aku takut. Dia kakak kelas lagi. Tapi pengen nyapa. Tapi, aduh. Kenapa jadi gugup gini sih", Yuri memukul helmnya sendiri.

"yaaaa, Yuri-ah!! Lama banget sih. Palli. Aku pengen cepet main game nih", tiba-tiba Taeyeon berteriak dari kejauhan.

"astaga, ini biji kacang ijo ganggu aja sih. Iya bawel !!!", sahut Yuri.
Teriakan Yuri membuat gadis itu menoleh padanya.

Ketika Yuri menoleh kembali ke arah gadis itu, tatapan mereka kembali bertemu. Namun kali ini Yuri memberanikan diri untuk tetap menatapnya, gadis itu hanya melihatnya dengan datar.
Yuri berusaha memberikan senyuman terbaiknya, senyuman yang selalu bisa meluluhlantakkan hati semua siswa maupun siswi di sekolahnya itu. Tapi reaksi mengejutkan terjadi, gadis itu malah melengos dan kembali menatap smartphone-nya.

"what?!! Aku dicuekin?? Beneran nih dicuekin? Baru kali ini nemu cewek begini. Tatapannya dingin banget lagi", Yuri keheranan dengan kejadian itu. Selama ini ia tidak pernah sekalipun diabaikan seseorang. Yuri pun memilih segera menghampiri Taeyeon sebelum teriakannya memecahkan gendang telinganya.

"kamu kenapa manyun begitu?", tanya Taeyeon ketika Yuri sudah berada di sampingnya.

"gak apa-apa kok. Kajja", Yuri segera melajukan motornya dan membelah jalanan ibukota.

*keesokan harinya*

Lapangan basket siang ini terasa lebih ramai dari biasanya. Namun bukan karena kehadiran Yuri yang berada disana. Yuri sedang berada di ruang guru untuk menemui pelatihnya. Namun tiba2,

"PRAAANGG!!!", sebuah bola basket menghantam kaca jendela ruang guru hingga pecah. Yuri yang berada tepat di samping jendela terkejut.

"omo!! Siapa yang ngelakuin ini?!", Yuri mengambil bola basket yang tak jauh dari tempatnya berdiri.

"omo! Yuri-ah, tangan kamu!", tiba-tiba sang pelatih memegang lengan Yuri. Seragamnya sobek dan terdapat bercak merah yang terus menyebar.

"omo!!", Yuri baru menyadari bahwa lengannya tergores akibat pecahan kaca.

"Yuri, kamu berdarah. Kajja, kita ke UKS", pelatih itu mengajak Yuri ke UKS. Beberapa siswa yang melihat kejadian itu, segera ricuh.

"omo, Yuri kenapa tuh? Seragamnya jadi merah. Apa itu darah? Kyaaaa!!", para siswi pun berlarian menghampiri lalu mengerubuti Yuri dan sang pelatih.

To be continued....

Comeback HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang