"halo, ada orang? Disini butuh bantuan, darurat!", ucap pelatih Yuri sambil melongokkan kepalanya.
"akkhh...udah pak, saya gak apa-apa kok", rintih Yuri yang berusaha ia tahan. Ia tidak ingin pelatihnya khawatir, namun darah tak henti-hentinya mengalir.
"tapi Yuri, lengan kamu....", tiba-tiba seseorang keluar dari pintu tempat penyimpanan obat.
"ah, syukurlah. Kamu yang jaga hari ini ya? Tolong, ini lengan Yuri butuh dijahit. Darahnya terus keluar", sang pelatih menunjukkan luka pada lengan Yuri.
"t...tapi saya bukan...", ucap siswi itu.
"arraseo. Saya tinggal dulu, mau menertibkan siswi-siswi yang berada di luar pintu UKS. Mereka ricuh sekali. Tolong ya", pelatih itu meninggalkan Yuri dan siswi itu sendirian.
"hhuufff...padahal aku bukan anak PMR. Ya udah lah, kajja", gadis itu mengajak Yuri masuk ke dalam. Namun Yuri masih diam saja. Ia tercengang.
"kenapa diem aja? Cepet sini". Yuri segera tersadar dari lamunannya ketika lengannya terasa semakin perih.
"ah..n...ne", Yuri mengangguk dan mengikuti gadis itu.
"buka bajunya!"
"eh, kok buka baju?", tanya Yuri yang terkejut dengan permintaannya.
"udah cepet buka!"
"t...tapi aku susah buka sendiri", gadis itu mengerti maksud Yuri.
Karena luka di tangan kanannya itu, Yuri kesulitan menggerakkan lengannya. Gadis itu pun membantunya membuka kancing demi kancing seragam Yuri lalu melepaskannya. Kini tubuh bagian atas Yuri hanya mengenakan bra sport hitamnya.
"tiduran!", suruh gadis cantik itu.
Yuri hanya bisa menurut. Gadis itu meninggalkan Yuri beberapa saat untuk menyiapkan alat-alat untuk menjahit luka Yuri. Setelah semuanya sudah siap, gadis itu segera memakai sarung tangan karet dan mulai menjahit luka Yuri. Yuri terus menatap wajah gadis cantik di hadapannya saat ini. Gadis misterius yang selalu membuatnya penasaran karena tatapan dinginnya. Gadis pertama yang mengabaikannya.
"Yuri, Kwon Yuri", ucap Yuri.
"mwo?"
"namaku Kwon Yuri. Nama kamu siapa eon?", tanya Yuri setelah mengumpulkan seluruh keberaniannya.
"sudah selesai. Aku pergi dulu", gadis itu meletakkan alat-alatnya dan berniat meninggalkan Yuri. Tapi Yuri mencegahnya.
"tunggu dulu. Kamu tega ninggalin aku sendirian disini eon? Nanti kalau aku kenapa-kenapa lagi gimana?", Yuri menggenggam pergelangan gadis itu menggunakan tangan kirinya.
Setelah berpikir beberapa saat, gadis itu pun berbalik."hmm...aku balikin ini dulu, tunggu bentar".
Yuri tersenyum girang mendengar jawabannya. Beberapa menit kemudian, gadis itu kembali menghampiri Yuri dan menarik kursi di dekat ranjang tempat Yuri berbaring lalu mendudukinya.
"eonni belum jawab pertanyaanku", Yuri bangkit dan duduk di tepi ranjang.
"...."
"eonni"
"apa?"
"duh, galak bgt"
"...."
"astagaaaa. Eon"
"apaan sih?"
"eonni belum jwb pertanyaanku tau"
"pertanyaan apa?"
"nama eonni siapa?"
"...."
"ah sudahlah. Percuma kayaknya aku nanya", Yuri hendak berbaring lagi.
"Jessica"
"mwo?", Yuri kembali duduk.
"namaku Jessica. Jung Jessica", gadis itu menjawab dengan tatapan yang dingin.
"ooh, Jessica eonni ya. Hmmm...hari ini lagi jaga ya? Aku kira hari rabu gak ada yang jaga. Biasanya kan gitu", ucap Yuri berusaha membuka obrolan.
"aku bukan petugas disini", jawab Jessica tanpa menatap wajah Yuri.
"mwo?? Lah terus kenapa ada disini? Kenapa bisa jahit luka?", Yuri dengan spontan melihat lengannya yang telah dijahit dan diperban dengan sempurna.
"aku kesini karena mau minta obat sakit kepala. Dan aku bisa jahit luka karena dulu aku pernah jadi anak PMR"
"oooh gitu. Eonni lagi sakit?"
"hmmm"
To be Continued....
KAMU SEDANG MEMBACA
Comeback Home
FanfictionJika itu inginmu, pergilah sejauh mungkin. Dan bila Tuhan memang telah menggariskan namamu dalam hidupku, aku yakin kamu akan kembali pulang. J. Genre : Yuri, Drama, Romance, GirlxGirl