Part 1

435 11 5
                                    

Konon katanya dari berita yang saya dengar, dahulu sekitar tahun 1934, terdapat seorang anak perempuan berusia kurang lebih delapan tahun bernama Kinar yang teringin sekali bisa belajar di sekolah dan menuntut ilmu seperti layaknya anak-anak biasa, namun karena kekejaman pemerintah Jepang saat itu, membuatnya harus pasrah. Ibu Kinar selalu mewanti-wanti agar Kinar tidak akan pernah belajar demi kebaikannya sendiri, karena jika Jepang mendengar jika ada warga Indonesia yang belajar pasti mereka akan langsung menembak mati orang itu.

Singkat cerita suatu hari saat ayah dan ibu Kinar ditahan oleh Jepang, ia belajar di depan rumah. Nah saat itu juga kebetulan ada tentara Jepang yang sedang berpatroli. Tak segan tentara itu mengangkat senjatanya dan langsung mengarahkannya ke arah Kinar belajar. Kinar yang melihat langsung berkata, "Om mau tembak aku?. Tembak saja. Setelah mati pasti aku nggak akan belajar lagi kok".

"Duooorr", suara tembakan berbunyi. Seketika Kinar meninggal di tempat dalam keadaan darah yang masih bercucuran.

64 Tahun kemudian

Untuk mengenang keberanian Kinar dalam menuntut ilmu, rumah Kinar yang sudah rata dengan tanah, dibangun oleh pemerintah daerah menjadi sebuah bangunan sekolah menengah pertama, sekolah sangat besar sekali. Disini dihuni kurang lebih delapan ratus murid yang menimba ilmu disini. Bangunan sekolah yang dibangun diatas rumah Kinar ini masih diselimuti oleh aura mencekam saat malam hari tiba. Dan dari kabar yang beredar arwah Kinar yang ingin sekali bisa sekolah, sering menampakkan diri bahkan kata teman-teman yang memiliki penglihatan mata batin arwah Kinar kerap berjalan-jalan di area sekolah.

Di hari Jumat tengah malam,  teman-teman saya yaitu Dito, Krisna dan Fadil yang rumahnya bertetanggaan dengan sekolah ini, mendengar suara perempuan minta tolong dari dalam sekolah, kebetulan saat itu mereka belum tidur. Mereka keluar rumah untuk mencari sumber suara itu, Dito, Krisna dan Fadil bertemu di depan sekolah, "Hei, Kris, Dil. Kalian juga ada disini?", tanya Dito.

"Ya, To, gue dengar suara teriakan minta tolong dari sekolah. Gue keluar rumah kebetulan Fadil juga dengar suara teriakan itu. Akhirnya kita pergi bareng untuk ngecek ke dalam sekolah. Loe juga ngedenger suara itu, To?", jelas dan tanya Krisna.

"Ya, kira-kira siapa ya, tengah malam gini teriak minta tolong, dari dalam sekolah lagi. Apa mungkin ada penculik di dalam?", duga Fadil.

Mereka bergegas masuk ke sekolah sebelum penculiknya kabur dan mereka juga berniat menjadi pahlawan untuk menyelamatkan korban-korban para penculik itu supaya mereka bisa dipuji teman-teman besok, "Ayo cepat masuk!. Nanti keburu penculiknya kabur, tapi kalian jangan berisik ya!", suruh Dito.

"Ya, To", jawab Krisna dan Fadil.

Mereka mindik-mindik masuk ke sekolah sampai akhirnya di lobby sekolah, Dito memutuskan untuk berpencar karena area sekolah yang luas, "Kris, Dil, kita berpencar ya. Gue ke ruang kelas tujuh, loe Kris ke ruang kelas delapan dan loe Dil, loe ke ruang kelas sembilan. Oke?".

"To, jangan berpencar dong, To. Gua takut", pinta Fadil.

"Udah ah nggak ada apa-apa. Nanti kalau ada apa-apa loe teriak aja, pasti gue sama Krisna langsung datang", kata Dito meyakinkan Fadil.

Sambil menelan ludahnya sendiri, Fadil mencoba berani, "Oke deh, tapi bener loh ya kalau gue teriak kalian harus langsung dateng".

"Ya ya", jawab Dito dan Krisna.

Mereka mulai masuk dan berpencar, Dito dan Krisna mulai menjauh dari Fadil. Namun, saat mereka masuk ke dalam sekolah, suara teriakan perempuan tadi tidak terdengar lagi. Fadil yang berjalan sendirian badannya bergemetar sendiri, "Aduh nih badan jangan gemeter gini dong, bikin gue tambah takut aja. Ihhh udah diem".

Tiba-tiba karena Fadil asyik dengan badannya yang gemetar, ia tak melihat jalan dan akhirnya ia pun terjatuh terpeleset, "Aduhhh, apes banget sih gue. Badan baru diem gemetar sekarang jatuh lagi, tapi gue kepeleset apa yah kok kayak ada kulit pisang".

Sisi Lain Cerita Anak SekolahanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang