" buruan naik, keburu gue tinggal nih" ucap cowok itu tak sabar
Aya tersadar dari lamunannya, dan langsung naik ke jok belakang motor. Tanpa pikir panjang, pemilik motor langsung melaju menuju sekolah SMA Bangun Bangsa.
" Eh, lu sekolah sini juga ?" tanyanya ketika cowok itu memarkir motornya di parkiran SMA Bangun Bangsa
" Hm" jawabnya singkat dan langsung pergi meninggalkan Aya sendirian.
" Eh, itu kenapa sih ? kok pada liatin gue ? emang pakaian gue ada yang salah ?" batin Aya penasaran saat ia menyadari bahwa ia sekarang mendadak menjadi pusat perhatian.
Seperti halnya idol yang baru turun menuju red carpet, cowok itu mendapatkan tatapan tatapan berbinar dari siswi siswi sekolah SMA Bangun Bangsa
" Ohh, jadi bukan gue, tapi dia toh. Eitss, kok perasaan gue ga pernah liat tuh cowok di sekolah ini ya ? apa gue terlalu banyak di kelas ? tau ah, ga penting juga sih" batin Aya saat mengetahui pusat perhatian yang sebenarnya.
***
" Ya, lu tahu nggak ?" tanya Esa, deskmatenya Aya begitu antusias
" Kagak" jawabnya dengan flat face
" ih, lu mah nggak asik, gak kayak biasanya lu kayak gini, biasanya kan lu sangat tertarik perihal hotnews. Ya kan ? ngaku aja deh....." goda Esa yang berharap mood sahabatnya ini bisa kembali.
" Badmood gue, lagi PMS." Ketusnya sambil membolak balikkan novel yang tengah ia baca.
"Terserah lu aja deh. Btw, PR Matematika udah ?" tanya Esa dengan nada mengejek, karna ia tau, temennya yang satu ini nggak pernah ngerjain PR Matematika, katanya sama aja ngerjain atau enggak, nggak bakalan di nilai juga kok.
" Emang ada PR ?" tanyanya penasaran, secuek cueknya ia pada matematika. Ia masih berpikir tentang masa depannya buat ngebanggain orang tuanya.
" Ada sayangg, dan sekarang bakal dikoreksi"
" Entar dulu deh gue kerjain, lagi mager. Palingan ujung ujungnya nanti ga jadi di koreksi. Yakin deh" ucap Aya mantab tanpa keraguan sedikitpun.
" Elo ? Mau ngerjain matematika ? demi apa mbak ?" nada meragukan Esa mulai menggema di telinga Aya, tapi emang bener sih. Aya paling anti yang namanya ngerjain matematika. Menurutnya, matematika di SMA membuatnya merasa menjadi orang bodoh. Padahal, waktu SMP, Aya sangat menyukain pelajaran matematika dan bisa dikatakan ahli.
" Nanti gue minjem catetannya boleh kan neng cantik ?" manjanya yang membuat Esa sempat bergidik geli karna sifat aneh dari sahabatnya ini.
***
Bel istirahat sudah terdengar, Aya dan Esa memutuskan untuk pergi cuci muka dulu sebelum ke kantin, tujuannya supaya mereka tampak lebih segar dan rasa kantuknya bisa hilang.
Esa dan Aya duduk di bagian kantin paling pojok sambil menunggu pesanan dan bercerita satu sama lain, mulai dari kejadian Aya tadi pagi, hubungan Esa yang hampir kandas, sampai tukang sayuran pun tak luput dari pembicaraan asik mereka.
"Hey, penunggu tukang ojek. Gue duduk sini" suara yang terdengar tak asing itu membuat Aya menoleh untuk memastikan dugaannya.
Raut muka Aya bertanya tanya kenapa cowok itu mau duduk disini ?
Berhubung kepekaan cowok itu sangat tajam, dia tau apa yang di maksud oleh cewek di depannya itu. " udah nggak ada kursi kosong lagi, lo liat kan ? lagian tadi pagi lo udah gue boncengin."
Aya hanya manggut manggut membiarkan cowok itu duduk di bangku kantin bersamanya dan menghiraukan puluhan tatapan penasaran yang tengah memperhatikan mereka bertiga.
" Kakak, kak Vino ya ?" tanya Esa penasaran, pasalnya ia tadi denger dari teman sekelasnya kalau ada anak baru, cowok kelas 11.
"Iya, gue Vino" jawab Vino disertai uluran tangannya, memperkenalkan diri dan di balas ramah dengan Esa.
"Bushet dah, nih kakak kelas ganteng amat sih, terbuat dari apaan coba ?" batin Esa memuji kakak kelas yang sekarang duduk di depannya.
Setelah perkenalan singkat mereka, akhirnya pesanan mereka datang dan mereka senyap sejenak menghabiskan makanan mereka masing masing
" oh ya kak, aku tinggal dulu ya, nitip Aya, jangan sampai di apa apain," pinta Esa sambil pergi karena dia dipanggil Bu Mega diruangannya. Vino hanya mnegacungkan jempol sebagai jawabannya.
Awkward.
" Vin, Eh maksudnya Kak Vin"
" napa ?"
" Temen kamu mana ?" tanya Aya dengan polos. Memang begini, Aya terlalu polos dan juga blak blakan.
"Ciyee, manggil gue pakek "kamu" " goda Vino mencoba untuk mencairkan suasana yang sempet awkward tadi.
" Sebagai adik kelas yang baik, aku harus sopan pada kakak kelas, ya kan ?" sombong Aya disertai senyuman manis
"Dedek yang baik" puji Vino sambil menepuk nepuk pelan kepala Aya yang disertai dengan senyuman bangga.
" Temen kamu mana Vinooo ?" ualang Aya satu kali lagi, dia penasaran kenapa Vino ke kantin sendirian, biasanya kan cowok kalo ke kantin suka bareng bareng, kayak boyband korea.
"Tau tuh, di hari pertama gue masuk dia malah ga masuk, emang buaya, dasar temen"
" What ? Temen kamu buaya ? emang buaya bisa sekolah ?" Aya terkejut dengan wajah polosnya.
Mendengar respon dari Aya, Vino langsung tertawa. "Kok masih ada orang spesies kayak dia" batin Vino sambil meredakan tawanya
"Ya kagak ada lah, lo pikir ini sekolah kebun binatang ? Buaya itu cuman sebutan aja kali" jawab Vino masih sedikit tertawa. " Oh ya, lo pake 'lo' 'gue' aja biar ngerasa lebih deket." Pinta Vino dengan sedikit smirknya.
"Ehm okee deh, gue duluan ya Vin, udah mau masuk nih." Aya pamit setelah membayar makanannya. Tak lupa juga ia melambaikan tangan pada Vino disertai senyuman manisnya (lagi).
Vino terdiam sejenak
Lucu
Please vomment ya ❤❤
KAMU SEDANG MEMBACA
BRAVERY
Teen Fiction"Andai cinta tak datang seenaknya, pasti aku bisa memilih untuk tidak mencintaimu" -Aya "BODOH", hanya itu kata yang ada di otak Avas saat ia menyadari bahwa ia telah jatuh cinta pada sepupunya sendiri, Aya. Apakah keduanya akan bersatu ? Ataukah ma...