"Aku jatuh cinta"
Masih sore, sinar matahari memantulkan cahayanya pada air danau lembut, berkilauan. Pemandangan yang biasa disuguhkan bagi pengunjung kafe di atas bukit itu. Terutama dua orang gadis berpredikat pengunjung satu-satunya disana, cuaca cerah sore hari yang tenang tanpa awan dan segelas white coffe memang paling cocok dipadukan dengan anak-anak muda yang ada di masa labilnya.
Sarah tetap tersenyum tipis sambil memandangi ke luar jendela sambil bertopang dagu. Mempertahankan posisinya, wajah rupawan itu sedari tadi mengalihkan pandangannya, berusaha tidak menatap langsung sepasang mata coklat yang menatapnya.
"APA!!!"
Suasana hening di kafe pecah begitu saja...
Iris kecoklatan itu kian membulat saja, diiringi binar binar yang semakin banyak. Suara melengking seperti ini memang sering didapat Sarah dulu, rutin 2 kali sehari saat 8 tahun yang lalu belum membuatnya terbiasa juga saat ini. Sekali lagi, Sarah harus menutup lubang telinganya kuat- kuat, menghalangi akses gelombang suara frekuensi tinggi masuk kedalam gendang telinganya.
" Woi, santai!" Sarah meninggikan suara, mengimbangi lengkingan tajam-apa- yang dikeluarkan sahabat lamanya. Baru saja kemarin mereka bertemu, temannya ini tidak berubah juga.
" Ya iya itu nanti saja, sekarang siapa dan bagaimana?"
Sarah kembali ke posisi normal, dengan tanpa melihat sahabatnya, dia membuka mulut mulai berbicara.
"Aku tidak tau, tapi dia itu keren, pemberani, dan tinggi mungkin?"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Darling Sarah
Teen FictionHari ini Sarah kehilangan semuanya, ia memahami apa itu rasa sakit, Esok Sarah menemui potongan kebahagiaan, Esoknya lagi semuanya menghilang, kehilangan jauh lebih menyakitkan kurasa.