9 Tahun lalu

40 5 0
                                    

9 tahun lalu dan hari hari selanjutnya...

**

Hiks...

Dingin, suasana normal malam hari bagi sebagian orang, tapi tidak untuk seorang gadis berumur 7 tahunan yang terduduk menangis sendiri dibawah pohon rindang di tengah hutan. Malam yang mencekam itu cukup untuk membuat Sarah kecil ketakutan, terpisah dari Kak Langit di tengah hutan bukan hal menyenangkan sama sekali untuk Sarah yang ceria. Senyum yang biasanya terpampang di wajahnya kini berganti dengan mata sembab, pipi merah basah, dan bibir ranum yang menekuk kebawah, benar-benar ekspresi yang terbalik mengingat betapa hiperaktifnya Sarah. Dia berpikir ini malam paling buruk, ini lebih buruk daripada saat Resa memasukkan ulat bulu ke baju dalamnya.

Walaupun sudah membawa kunang-kunang keinginannya yang tadi ditangkap dengan Kak Langit, tetap tidak bisa menghentikan tangis gadis itu.

#

"Kakak, aku mau kunang-kunang!"

"Sama papa nanti aja, kakak nggak mau."

"Nanti aku tidur! Aku mau sekarang! Aku berangkat sendiri loh! Dadah!"

"Hei, malam lho ini! Jangan pergi sendiri! Sarah! Ahh! Tunggu!"

"He? Kakak ikut, nanti tangkapin ya!"

"He... Jangan lepaskan tangan kakak!"

"Kak! Itu kunang- kunangnya ke sana, tangkepin! Yang itu soalnya lebih ijo cahayanya kak!"

"Bentar! Nah, adek bawa ini ya!"

"Aku? Nanti kalo ini tak bawa kunang kunangnya semua mati gimana?"

"Adek di hantuin. Tunggu disini, jangan kemana mana! Kakak nanti balik lagi."

#

"Kakak nggak balik balik! Huwaaa!!"

"Aku mau kakak sekarang! Aku nggak mau kunang kunang lagi!"

Kresek...kresek...

"Hiks...apa itu?"

Kresek...kresek...

"S-siapa?"

Seorang anak laki-laki seumuran Sarah kecil menjembul dari balik semak- semak. Cahaya kunang kunang dan cahaya bulan purnama di malam itu membantu penglihatan Sarah. Sepasang iris sewarna madu, rambut pendek lurus, dan pakaian tidur lengkap dengan atributnya samar samar dapat dilihat Sarah dari anak itu.

"Hei! Kamu nggak mau kunang kunang? Aku mau! Aku boleh memintanya?"

Bukannya menjawab, Sarah mengeratkan pelukannya pada botol berisi kunang-kunang miliknya itu, menggelengkan kepalanya cepat menandakan tidak boleh. Sarah berpikir anak laki- laki itu adalah seorang antagonis yang suka mengambil barang orang tanpa permisi. Meski sudah meminta, Sarah tetap tidak percaya, meminta kan bukan permisi!

"Milikku! Pergi!" Kata Sarah ketus.

"Nanti tak kasih tau jalan ke sawah!"

Sekarang Sarah berpikir dia adalah seorang politikus jahat yang ngasih janji palsu buat dapet keuntungan, uang haram, jangan sampai terhasut! Eh?

"Milikku!"

"..."

"B-baiklah, T-tapi bawa aku ke rumah!" Kata Sarah setengah ragu, ia sudah menimang-nimang.

"Nah! Nanti itu buat aku ya!"

'mama, saya terhasut!'

Tidak menjawab, Sarah menatap kosong ke depan, memikirkan tindakan tidak terpujinya tadi. Sementara anak tadi hanya memandangi kagum botol ditangan Sarah, membentuk huruf -o- pada bibirnya.

My Darling SarahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang