See You Again

197 13 0
                                    


Otabek membenarkan posisi tali tas yang tergantung di bahunya, lalu mempelajari barisan informasi jam penerbangan internasional yang ditampilkan pada sebuah layar televisi LED. Penerbangan lanjutannya ke Almaty dijadwalkan akan tiba di Narita pada pukul 19.40 JST. Lima jam dari sekarang.

Menurut informasi yang didapatnya ketika ia memesan tiket pesawat dari Seoul ke Almaty, transit di Narita hanya selama setengah jam. Ia tidak membaca e-mail soal keterlambatan pesawat sampai pagi itu—beberapa jam sebelum pesawatnya di Seoul berangkat—dan sekarang, tidak ada yang bisa ia lakukan.

Sembari mendesah, Otabek memunggungi layar televisi dan menatap ruang kedatangan internasional Narita. Di sekitarnya, tampak beberapa wajah familier penumpang yang satu pesawat dengannya. Mereka pun kelihatannya tidak tahu apa yang harus dilakukan.

Tidak jauh darinya, terpampang poster dan stand brosur yang mengiklankan tur kota oleh Narita untuk penumpang transit. Menurut tulisan di poster, tur itu hanya memakan waktu tiga jam. Namun untuk Otabek—dan, ia asumsikan, beberapa penumpang yang satu pesawat dengannya—yang memiliki passport Kazahkstan, ia tidak bisa keluar dari bandar udara Narita tanpa mengurus dokumen visa di imigrasi.

Dan saat ini—rasanya ia tidak ingin melalui itu semua. Lagipula, entah butuh berapa lama untuk mengurus dokumen semacam itu di tempat.

Memastikan kacamata hitamnya masih terpasang di wajah, ia berjalan meninggalkan kerumunan yang bercakap-cakap dengan campuran bahasa Rusia dan Kazakhstan. Bukannya ia bicara sombong, tapi wajahnya dikenal di mana-mana di Kazakhstan. Terutama sesudah ia menerima tawaran endorsement merek-merek populer di Kazakhstan beberapa tahun belakangan. Sesuatu yang sesungguhnya memunculkan dua reaksi yang saling berlawanan di dalam dirinya.

Di satu sisi, ia menghargai fans dan para pendukungnya yang menginginkannya sebagai atlet murni. Namun di sisi lain, jujur saja, ia mendapatkan uang tambahan dari endorsement. Figure skating adalah olahraga yang membutuhkan uang—membayar tiket pesawat pertandingan internasional, biaya pelatih, biaya komposisi musik, desain kostum, dan belum lagi bila ia meminta seseorang untuk membuatkan koreografi. Sebagai atlet, pemasukannya hanya datang bila ia memenangkan pertandingan. Karena itulah Otabek melakukan semua ini. Untuk memenuhi keperluannya dan, Otabek tahu pasti, begitu ia gagal mencetak prestasi sebagai atlet, Kazakhstan akan memalingkan punggung padanya.

Pikiran itu selalu membuat lidahnya terasa pahit.

Teman-temannya di Kazakhstan seringkali mengatai Otabek manusia negatif. Namun menurutnya, ia adalah realis. Otabek mengerti mereka mendukungnya, tapi pada akhirnya ... mereka tidak mengerti tekanan yang ia rasakan.

Setelah berjalan sedikit, ia melihat papan signage toilet dan tanpa banyak pertimbangan, Otabek berbelok ke sana.

Terakhir ia lama menunggu penerbangan lanjutan di Jepang adalah setahun lalu, bersama dengan pelatihnya. Saat itu, selagi menunggu penerbangan lanjutan dari Narita ke Incheon, pelatihnya menyeret Otabek ke lounge VIP dan memaksanya beristirahat. Alasan utamanya karena hari itu adalah sehari sebelum pertandingan ISU Challenger Series, yang sejak tahun itu mulai diadakan juga di Korea. Kali ini pun, Otabek ke Korea untuk mengikuti pertandingan yang sama. Namun pelatihnya memutuskan untuk membiarkannya pulang lebih dulu karena ingin mengajak istrinya ke Pulau Jeju.

Sehabis ia ke toilet, mungkin menghabiskan waktu di lounge bukan ide buruk. Setidaknya ia bisa tidur di sofa.

Otabek masuk ke dalam kubikel toilet dan menggantungkan tasnya di balik pintu. Di dalam toilet sepi. Sesuatu yang tidak biasanya terjadi untuk bandar udara internasional sesibuk Narita. Selain Otabek, hanya ada satu orang lain di kubikel yang bersebelahan dengannya. Dari dalam kubikelnya, ia mendengar suara pintu kubikel sebelahnya dibuka, diikuti langkah kaki menuju ke wastafel dan bunyi air mengalir.

See You AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang