Aiyra Sybilla POV
Pasti kalian juga bertanya, apa kami pernah berebut cowok? Atau mungkin mencintai cowok yang sama? Atau mungkin cowok yang kusukai lebih suka adikku? Yaps, jawabannya adalah separuh separuh.
Pertama, kami tak pernah berebut cowok. Selera kami beda. Ara sangat suka cowok yang usianya 5 tahun di atasnya, dewasa, dan bukan aparat negara. Sedangkan, aku lebih suka cowok sebaya dan harus aparat negara. Ya, aku tergila-gila pada aparat negara terutama tentara sejak jadi anak papa. Menurutku mereka itu keren banget dengan seragamnya. Mereka masih muda tetapi sudah mengabdi pada negara. Dan lagi mereka pasti dewasa dan bisa menampung semua kemanjaanku.
Kedua, kami pernah mencintai cowok yang sama. Namanya Noah, teman sekelas Amirra. Adik kelasku. Jadi waktu itu Ara masih kelas 1 SMA dan aku kelas 3 SMA. Dia punya teman bernama Noah. Entah kenapa kami bisa suka pada cowok yang hobi main basket itu? Mungkin karena Noah punya pesona yang menurut anak SMA keren. Tapi itu sudah lama kok. Sekarang, kami tak pernah seperti itu. Sebab saat itu Amirra menolak perasaan Noah ketika menyatakan cinta di lapangan basket. Otomatis membuatku gagal sebelum berkembang. Ara tak mau terjebak cinta segitiga dengan kakaknya sendiri.
Ketiga, pernah ada cowok yang kusukai lebih suka pada adikku. Kuingat dia bernama Vino, teman sekelasku di kampus. Vino terpesona akut pada Ara ketika tahu Amirra menjemputku. Apa yang aku lakukan saat itu? Mendepak Vino atau memarahi adikku? Salah semua! Jawabannya adalah Vino dilabrak Amirra dengan judes dan galak. Amirra tak suka Vino merusak persaudaraan kami. Huu, adikku sungguh manis di balik sikap judesnya.
"Senang ya kita bisa makan bersama kayak gini," ungkap mama bahagia sambil menyendok nasi goreng telur sosis, masakan legendaris keluarga yang enak sekali.
"Bener Mam. Apalagi kalau mama nyuapin Baby A!" kataku manja yang diikuti wajah aneh Amirra.
"Aiyra, kamu sudah besar gak usah kayak anak bayi," celetuk papa yang membuatku pias.
"Ih papa. Kata papa, sebesar apapun Aiyra tetap jadi anak bayi papa," kataku sambil cemberut.
"Iya-iya, tapi gak semanja itu Nak," ucap papa pelan.
"Siap salah, Pa," ucapku pias sambil menyendok nasi goreng.
"Loh, Ara kok gak semangat makannya?" tanya mama lembut. Aku melirik Si Judes.
"Malas Mam. Gak nafsu. Udah mual dengerin suara Kak Aiyra," duh, nih judes ya! Gak bisa banget lihat kakaknya seneng. Kemudian terdengar suara tawa geli papa dan mama. Hem, sabarrr.
"Tuh denger sendiri kan, Kak? Adeknya mual gegara kakaknya," celetuk papa yang membuatku harus mengelus dada.
"Gak terasa ya Pa, anak-anak udah besar. Kayak baru kemarin mama melahirkan mereka," ucap mama yang membuat suasana berubah.
"Iya Mam, udah besar dan dewasa. Sebentar lagi sudah siap menikah. Papa harus mulai hunting lelaki baik buat mereka," hem, sikap protektif papa mulai lagi.
"Married? Maaf ya papa, mending Ara sekolah dulu sampai tinggi. Amirra gak mau mengulang nasib mama dan papa. Apaan tuh terjebak dalam perjodohan," ceplos Ara yang tidak sependapat denganku. Aku malah ingin menikah muda.
"Emangnya kenapa Dek? Kan malah asyik nikah muda. Gak terjebak pacaran kayak kakakmu tuh!" celetuk mama. Ih mama, suka bener deh ngomongnya! Hiks.
"Ya udah kalau gitu nikahin kakak duluan aja. Jangan sampai Ara yang jadi percobaan," tolak si judes lagi. Iya sih, dalam segala hal Amirra selalu didahulukan. Sebab ya itu tadi, dia jauh lebih dewasa dariku. Contoh dalam hal membawa mobil.
"Tenang aja Dek. Gak usah emosi dulu," goda papa santai sambil menyesap teh manis.
"Pa, Aiyra nikah duluan juga gak apa-apa," kutawarkan diriku dengan suka hati papa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suddenly in Love (SIL Reborn)/END/Dreame/Innovel
RomanceSiapapun yang berniat sadur ulang, jiplak ide, ataupun copas dan aksi kriminal lainnya, silahkan go away. Dilarang keras untuk membaca coretan saya. 😈 Termasuk haters yang pengen atau niat intip2 saja, minggir ya...please! 😂😂 Bagi Aiyra, jatuh ci...