Aku yang Jatuh Cinta pada Boneka

41 4 0
                                    

[\]

"Dasar Banci!"

Kata-kata itu keluar dari mulut mereka. Kupingku rasanya sakit sekali, dan mungkin ini tidak seberapa dibanding Jingga. Jingga, dia hancur.

Jingga, boneka kecil berbentuk kelinci yang sangat imut. Tapi kini kepalanya putus.

Mereka mulai pergi, gerombolan anak cowo dan cewe dari kelasku. Aku bangun dan mengambil Jingga yang sudah rusak. Melihatnya dengan fokus. Ah untunglah hanya kepalanya yang putus, masih bisa dijahit.

Aku menggenggam Jingga dan memasukannya ke dalam kantongku, tidak mau kulihat mereka mengejek aku dan Jingga.

Bel berbunyi. Aku memantapkan langkahku menuju kelas, tidak peduli bisikkan orang-orang yang ku lewati.
Mereka pasti membicarakanku, Aris si laki-laki banci yang suka bermain boneka. Begitupun ketika aku sampai di kelas. Suasana mencekam dan tatapan jijik menyambutku.

Ayolah Aris, kamu harus sabar. Tinggal satu pelajaran lagi dan kamu bisa memperbaiki Jingga.

Pelajaran kali ini Sosiologi. Sangat sangat membosankan. Guru itu hanya berdongeng di depan kelas, membaca tanpa henti dengan suara yang pelan.
Ku lihat kanan dan kiri, banyak murid yang tertidur. Aku memberanikan diri merogoh Jingga dari kantongku. Dengan sembunyi-sembunyi, aku melihat Jingga yang tertutupi oleh meja.

Jingga, boneka kecil yang mempertemukanku dengannya. Dia yang kutemui pada tanggal 17 April, dia yang tidak ragu mendekatiku.

[\]

17 April 2013

Aku berjalan pulang. SMP ku hanya berjarak 500 meter dari rumah, cukup berjalan kaki untuk pulang pergi.

Siang ini matahari sedang terik-teriknya. Aku melonggarkan dasiku dan membuka satu kancing seragam. Cukup lega rasanya.

Sambil mencari jalan yang teduh, tiba-tiba telingaku menangkap sesuatu,

"BRAKKK!!!"

Hanya dengan suara itu, mataku dengan cepat menoleh kebelakang. Perempuan dengan seragam SMP yang jatuh dari motor, itulah keadaan yang kulihat sekarang. Dengan refleks, aku langsung berlari kearah perempuan itu. Mengangkat motor yang menimpanya dan duduk berlutut agar tinggiku sama dengan dia.

"Kamuーgak papa?"

Itulah kata pertama yang kuucapkan saat bertemu dengan dia. Dia hanya mengangguk, tapi wajahnya meringis kesakitan. Aku langsung membopong dia duduk di bawah pohon. Dengan sigap aku mencari air dan hansaplast dari tasku.

"Sini lukanya dibersihin dulu," Ucapku sambil menyiram air ke betisnya dan menempelkan hansaplast bergambar imut. Saat ini juga, aku merasa dadaku berdegup kencang.

"Sip selesai, luka doang jangan nangis dong," Lanjutku sambil tersenyum menatap wajahnya. Dia cantik juga ternyata.

Dia pun membalasku dengan tersenyum dan berkata, "Makasih..."
Entah mengapa, aku merasa bangga telah membantunnya. Apalagi saat dia tersenyumー

Aku bergegas untuk pergi meninggalkannya. Tiba-tiba, "Eh tunggu dulu!"

Suara perempuan itu lagi. Hatiku berharap ini bukan adegan ftv yang asisten rumah tanggaku sering tonton. Aku membalikkan badan, "kenapa?"

"Errrr... boleh duduk dulu?" Pintanya. Aku menuruti dan duduk di bawah pohon bersamanya. Perasaanku sedikit canggung ketika duduk.

Perempuan itu membuka pembicaraan, "Nama kamu siapa?". "AーAris, kamu?" Jawabku kembali bertanya. Aneh rasanya bicara pakai aku kamu ke cewek yang baru kenal. "Aku Syaura. Makasih udah bantuin, kamu mau aku balas apa?" Ucapnya membuat aku berpikir.

Aku yang Jatuh Cinta pada BonekaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang