Aku menyesap teh yang hampir dingin dengan memandang tetes air hujan yang kini hanya menyisakan gerimis. Otakku beku tak mampu berpikir, bahkan aku masih merasakan debarjantungku yang berirama cepat, membuat aliran darahku memompa dengan cepat karena terkejut.
Aku masih tidak percaya dengan apa yang aku dengar, mencoba tak peduli, tapi hati kecilku berkata kalau yang aku dengar itu benar, aku masih mendengar dengan jelas apa yang di katakannya."Kemarin ada yang nyariin loe, Ya ?"
"Siapa ? " tanyaku sambil melihat kearahnya.
"Kalau gak salah namanya Bintang. Loe kenal ?'' dia balik bertanya dengan tatapan yang sudah aku pahami, yaitu kepo maksimal khas seorang Laras.
"Bintang '' gumamku mencoba mengingat-ingat tapi hasilnya nihil, aku tak mampu mengingat apapun .
"Oh iya hampir lupa dia juga ngasih ini, katanya takut loe lupa sama dia soalnya udah lama loe berdua gak ketemu.'' Dia mengeluarkan sebuah kartu nama dari dalam tasnya.
"Langit Bintang Timur " saat itulah seperti ada yang menghantam kepalaku, menyadarkanku, harusnya aku sudah tau saat Laras menyebut namanya, karena hanya aku yang memanggilnya dengan nama itu, ternyata butuh sepuluh tahun untuk aku bisa melupakan semua rasa sakit, cinta, kecewa, yang aku rasakan untuk seorang Langit Bintang Timur. Lantas untuk apa lagi dia mencariku, pertanyaan itu yang terus berputar di otakku berulang-ulang, membuat aku marah kedatangannya mengingatkanku lagi tentang semua kenangan buruk yang selama ini aku kubur jauh dalam ingatan juga hatiku.
"Katanya loe di suruh ngubungin dia'' ucap Laras lagi sambil beranjak pergi. Aku hanya mendengus mendengar kata-kata Laras. Dia pikir siapa dia memerintahku seenaknya, aku bahkan tidak sudi untuk bertemu apalagi kalau harus menghubunginya, tanpa pikir panjang aku meremas kartu nama dan membuangnya ke tempat sampah, bagiku dia sudah jadi kenangan yang mesti aku buang jauh-jauh.
Weekend seperti ini yang aku tunggu, setelah lelah bekerja akhirnya aku bisa berlibur. Mungkin acaraku hari ini ingin tidur setelah sarapan untuk merilekskan otak yang tegang selama lima hari bekerja.
Drrrrrtttt Drrrrtttt
Dengan enggan aku meraih Hp saat ada panggilan masuk, menampilkan nama Laras di sana, tumben pikirku Laras menghubungiku di akhir pekan seperti ini.
"Ada apa menghubungiku ? '' tanyaku tanpa basa basi
".........."
"Buat apa ? Kan gue dah bilang kalau gue gak kenal "
"........"
"Mo ngapain loe kerumah ? "
"........"
"Terserah loe deh,Ras'' jawabku sedikit ketus, jujur saja moodku sedikit berantakan saat Laras membahas tentang aku yang belum juga menghubungi Bintang, bahkan dua hari yang lalu dia datang ke kantor, dengan tegas aku menolak untuk bertemu, alhasil aku mendapat ceramahan panjang lebar dari seorang Larasati membuat kupingku panas, tapi aku tetap tak bergeming, mengacuhkannya, aku lebih rela mendengarkan ceramah panjangnya dari pada harus menemui Bintang.
Aku masih ingat dengan kata-katanya di akhir ceramahnya "Kenapa loe gak mau ketemu sama dia ? Kasih gue alasan biar gue gak maksa loe buat ketemu sama dia?''tanyanya"Nanti, gue pasti cerita sama loe"
"Kapan ?''
"Yang jelas bukan sekarang. Kapan-kapan'' jawabku lalu pergi
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Masa Lalu
ChickLitAda segenggam rindu, setangkup cinta, Tapi.... Ada sakit, marah, benci Saat.... Masa lalu itu hadir kembali dalam hidupku.