0.2

17 2 0
                                    


"Enghh.. Maaf sebelumnya. Tapi, bisa ga kita berdua ngobrol sebentar dulu?. I mean ada yang pengen gue jelasin sekaligus minta maaf atas insiden kemarin" ucap pegawai cafe.

Entah mengapa aku hanya mengiyakan ucapan pegawai cafe itu. Ah rese, padahal kan gue kesel banget sama dia!.



***



Sekarang, aku sedang berada di back yard-nya Sweecafe. Sudah 10 menit berlalu, kami hanya diam dan duduk saling berhadapan. Tatapan sinis aku lemparkan kepada pria itu. Sedangkan pria itu hanya tertunduk, tak berani menatapku. Cih, dasar!.

"Cepetan kek!, lo mau ngomong apaan? Udah 15 menit gue di sini ga ada faedahnya" sungutku. Aku sudah jenuh dengan kondisi ini.

Pria itu menghela napas sebelum berbicara. Kek idup lo berat aja deh mas.

"Sebelumnya gue mau minta maaf sebesar-besarnya karena udah maki-maki elo di cafe" ucap pria itu sambil meringis. Sepertinya ia tahu kesalahannya. "Kemarin itu, gue baru pertama kalinya turun tangan di cafe punya bokap gue. Jujur, gue reflek aja. Gue tahu, ga seharusnya gue memperlakukan pelanggan gue kayak gitu. Apalagi setelah gue observasi sama pegawai gue, elo pelanggan yang sering dateng ke sini. Gue minta maaf bangettt. Gue ngerti, lo pasti gedeg banget. Sorry" jelas pria itu.

"Wow. Anak pemilik cafe ternyata. Belagu amat" sindirku. Aku belum puas dengan klarifikasinya tadi. Aku ingin tahu, sampai mana batas kesabarannya.

"Nama lo siapa?" tanya dia.

Aku mendelik. Bukannya menjawab perkataan aku, dia malah menanyakan hal lain.

"Lah? Ngapain nanya nama gue?"

"Daripada tegang gitu kan. By the way, gue Dipta" Dipta tersenyum sambil mengulurkan tangannya.

"Gue Alea" jawab aku sambil mengabaikan uluran tangannya.

"Demi menembus kesalahan gue, lo bisa pesen apa aja. Gratis"

"Sumpah lo?! Eh, tapi gue maafin lo ya. Soalnya nyebelin"

"Sumpah!. Gue tau memaafkan itu ga mudah. Cuma orang sabar dan baik hati yg mudah memaafkan" ejek Dipta. Secara tidak langsung ia mengatakan bahwa aku orang yang tidak sabar dan jahat.

"Taikkkkkk!!"

"Hahahahahaha"

Melihat Dipta tertawa, tanpa sadar aku tersenyum. Dipta itu happy virus. Disaat dia bahagia, orang lain pun akan turut merasakannya. Apasih Lea, dia itu nyebelin!.



***



Pada akhirnya, aku memesan cheesecake dan coffee ice. Tentu pesanan itu aku dapat secara cuma-cuma. Dipta masih setia duduk dihadapanku sambil memainkan smartphone-nya.

"Senyum mulu keknya daritadi. Cewek lo yaaa?" ucapku sambil menyendokkan potongan cheesecake ke dalam mulutku.

"Yaela, punya cewe aja kaga. Eh lo kelas berapa dah? Gue masih SMA juga sih"

"Kelas 11, lo?"

"Wuih samaan!, gue di Jaya Bhakti. Lo?"

"Gue Pelita"

"Anak gaol Pelita lo yaaa"

"Anjir, enggalaaa. Tau juga lo ya, disana banyak cogan dan cecan hitz"

"Wkwkwk lo kan cecannya. Jadi... Lo udah maafin gue nih?"

"Berhubung lo orang lumayan asik, gue maafin deh" aku sebenarnya adalah orang yang sulit memaafkan. Tetapi, sepertinya Dipta pengecualian setelah orang tuaku.

"Bagus. Habis dari sini lo mau kemana???"

"Mau ke toko buku dulu, mama nitip buku resep makanan"

"Ada-ada aja nyokap lo mah. Yaudah sini gue anter"

"Sampe rumah ya???" aku langsung semangat karena dapat tebengan gratis sehingga aku bisa berhemat. Hidup ini perih coy, mau ketemu suami (oppa) harus pake duit.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 20, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

WRONG Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang