1 [Revisi]

2.1K 69 6
                                    







Hal yang sangat menyebalkan ialah ketika sudah pasang alarm tapi tetap aja telat. Mungkin akibat kelelahan sebagai seorang pelajar kali ya?

Dan itulah yang dirasakan gadis ini. Sebut saja Candylla, gadis berambut pendek ini begitu riwet mengeringkan rambut selehernya dengan hairdryer ia sudah lengkap dengan seragam sekolahnya.

Pintu kamarnya terketuk tanda malaikat maut sebentar lagi akan tiba. Eits, bukan malaikat maut sungguhan tapi ya gitu. Geraldo, atau biasa disapa Aldo ini tuh malaikat mautnya Dylla. Cowok itu risih banget, paling malas telat dan Dylla adalah orang yang sering membuatnya telat.

Lagi. Pintu kamar Dylla kembali diketuk, gadis itu mengambil nafas dan menghembuskannya perlahan. "bentar Do" ucap Dylla dengan suara yang dilembutkan, mana tau kan Aldo luluh.

"satu menit" suara datar pria itu menusuk ketelinga Dylla, gadis itu bergidik takut. Aldo adalah makhluk yang menakutkan.

Kalau ada yang bertanya-tanya siapa Aldo? Dia tuh sepupunya Dylla, tinggal serumah karena orang tua Aldo yang tinggal diluar negeri, baru setahun sih Aldo melipir kerumahnya.

Aldo ini kalo dilihat-lihat mukanya beh, cewek-cewek udah kayak minta dinikahin saking gantengnya tuh cowok.

Tapi jangan bahas kegantengan Aldo dulu deh, mending liat Dylla yang menyisir asal rambutnya, memperbaiki poninya dan bergegas mengambil tas, ia takut ditinggal Aldo.

***

"Non sarapan" teriak pembantunya namun Dylla menggeleng dan melirik Aldo dengan ekor matanya seakan memberi kode.

"makan!" titah pria dingin dengan wajah tampan itu.

"nanti telat" Dylla menatap Aldo takut, cowok itu emang dinginnya kelewatan sih.

"terserah" dengan cepat Dylla mengambil roti bakar memakannya satu gigitan dan menghabiskan susunya. Gadis itu berlari mengejar Aldo yang sudah duluan dimobil.

***

"dorrrr" Dyan mengagetkan Tya yang terlihat membaca buku. Namun gadis itu malah tak kaget sama sekali.

Dyan mendengus dan menaruh tasnya disamping Tya, gadis itu duduk dengan wajah kesalnya menatap Tya.

"lo tuh kalo sehari gak belajar bisa mati kali ya?" Dyan mulai bermonolog tanpa menoleh kearah Tya, Dyan malah membuka ponselnya dan mulai berselancar disana.

Tya menutup bukunya dan membuka kacamata bacanya, gadis itu menatap Dyan "kenapa lo?"

"ckk kok gue sebel ya sama lo!" Dyan menatap Tya sengit, namun gadis itu malah menatap Dyan bingung.

Dyan pasrah dan menghela nafas panjang "sumpah gue kesel banget sama lo!! Kenapa kemarin gak datang pas gue modeling?"

"gue lupa" Tya memasang wajah yang begitu menyesal.

Dyan mendengus dan mengibaskan tangannya dihadapan Tya "udahlah"

"kenapa kalian?" tanya Dylla yang baru saja tiba, gadis itu menaruh tasnya dimeja yang berada didepan Tya dan Dyan.

Namun tak ada dari keduanya yang mau menjawab, Dylla pun langsung paham "oh, pasti masalah kemarin? Aduhhh, jangan berantem dong, elah masalah itu doang. Lagian Dyan kan menang"

Tya menatap Dylla berbinar "serius lo?" dan diangguki saja oleh Dylla.

Dan dengan semangatnya Tya memeluk Dyan mengucapkan selamat. Dyan pun melupakan kekesalannya pada Tya. Hanya sesederhana itu memang.

"nah kalo akur kan enak" Dylla tersenyum.

***

Upacara. Nah itu yang malesin kalo setiap hari senin. Tapi mau gak mau, suka gak suka ya harus dilakuin kan. Apalagi pagi ini terik matahari bukan main bersinarnya. Panasnya banget-bangetan.

Dylla mengetatkan topi yang dipakainya, bajunya juga sudah mulai basah karena keringat. Tya mah enak berlindung dibalik badan Yani yang gede. Kalo Dyan mah biasa aja, kan gadis itu model, jadi udah biasa olahraga. Lah apa hubungannya (?) entahlah.

Krusuk-krusuk mulai terdengar setelah amanat pembina upacara, pasti kalo ada yang juara lomba, ya ada anak yang disetrap karena telat. Dan jadi omongan para guru.

"nah iya, kamu" tunjuk Pak Kepala Sekolah yang hari ini jadi pembina upacaranya pada cowok yang kayaknya telat.

"kalian jangan tiru dia ini ya, kamu juga! Kamu itu ketua tim basket loh, harusnya memberi contoh yang baik, ini malah telat. Baju kamu kenapa keluar? Mau sekolah apa gegayaan sih kamu" dengan kesalnya kepala sekolah menjewer cowok yang bernama Andino itu.

"aduh..aduh sakit Pak, elah, malu dong saya dilihatin pacar saya itu Pak. Awwww...ampun" Andino mengusap telinganya yang dijewer Pak Waryo. Cowok itu melirik kearah Dylla yang barisnya paling depan dan dengan tak tau malunya ia malah menaikturunkan alisnya menggoda.

"kamu kurang point 5" tegas Pak Waryo dan menyuruh Andino untuk menghadap tiang bendera dan hormat disana.

"laki lo tuh Dyll malu-maluin" kekeh Dyan pelan. Namun Dylla tak menyahut, gadis itu terus menunduk dengan topi yang sudah menutupi mukanya. Dyan pun menyerngit dan menyenggol bahu Dylla yang berdiri tepat disebelahnya.

"kenapa sih lo diem aja? Malu?" Dylla menggeleng pelan, gadis itu menetralisir rasa pusingnya.

Dyan bergidik saja, mungkin Dylla malu, batin Dyan. Namun tak lama Dyan memekik karena badan Dylla yang tumbang disebelahnya.

Andino yang melihat kejadian itu langsung berlari tanpa peduli panggilan dari guru-guru yang mengawasinya, cowok itu mengangkat tubuh Dylla dan berlari begitu saja menuju UKS.

***

Tya duduk diatas ranjang Dylla yang masih belum sadarkan diri. Sedangkan Dyan masih mengomeli Andino agar pria itu pergi.

"sana deh No" Dyan mengusir Andino untuk kesekian kalinya, namun cowok itu masih bergeming ditempatnya.

Andino dan Dyan serempak menghela nafas. "nanti kalo dia sadar, kabarin gue" akhirnya cowok itu mengalah dan pergi meninggalkan UKS.

Dyan bergedik dan melihat Tya yang masih berkutat dengan bukunya. Gadis itu benar-benar, maniak belajar.

"ini pasti gara-gara gak sarapan. Yakin gue. Udah tau kondisi lemah, hari senin, upacara, masih aja gak sarapan" omel Dyan pada Dylla yang belum sadarkan diri.

"karena dia juga berdirinya di depan banget, pas sinar matahari" ujar Tya dan diangguki saja oleh Dyan.

Sekitar lima belas menit kemudian, Dylla akhirnya sadarkan diri. Kepalanya pusing dan perutnya sangat mual.

"makanya, udah tau punya maag, masih aja gak sarapan" oceh Dyan tapi gadis itu menyerahkan segelas teh hangat pada Dylla.

"gue telat, takut ditinggal Aldo" jawab Dylla pelan, mukanya masih sangat pucat.

"elah si batu es tuh songong amat sih, tungguin sarapan apa salah---"

"udah gue suruh kan lo sarapan?!" suara khas dingin itu menghentikan ucapan Dyan, gadis itu hanya memutar kesal matanya.

Dylla menunduk takut, Aldo ini kalo marah suka lost control soalnya "maaf, gue yang salah"

"lo gak usah ngomel, udah gue marahin dia tadi. Sana gih lo, anak teladan masa gak masuk kelas" ada nada menyindir diakhir ucapan Dyan, membuat Aldo mendengus dan berlalu.

"aneh, selalu aja dengerin apa yang lo bilang" desis Tya pelan dan dapat didengar oleh Dyan.

"udah deh, biarin aja. Lagian bagus dong" Dyan mengibaskan tangannya. "udah Dyll, lo jangan takut, dia gak akan apa-apain lo, gue jamin"

Dylla hanya tersenyum, dan mengangguk mengiyakan.

***

Annoying Boys in Love [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang