Dentingan itu semakin keras membuat bulu kuduk ku berdiri. Harusnya memang daria awal aku tidak menggambar piano itu kalau tahu akibatnya seperti ini.
"Lihatlah pianomu" entah dari mana bisikan itu sehingga jantungku berdetak 2 kali lebih cepat
Dan anehnya mengapa kedua kakiku menuju piano itu ?Dan seperti perkiraan. Seorang gadis duduk disana memainkan pianonya dengan handal. Bukankah yang ada di rumah ini hanya aku dan papa ? Mengapa ada dia ?
Seketika permainan pianonya berhenti. Tampak jelas jari-jarinya dilumuri oleh darah. Sehingga alhasil rasanya ingin mati.
Bisa dilihat dari gerak-geriknya ia menoleh kepadaku dan BOOM
Wajahnya setengah hancur. Giginya retak. Matanya mau copot. Pemandangan mengerikan itu berhasil membuatku hampir muntah. Dan parahnya lagi,ia mendekatiku!Aku tidak takut kalau dia akan membunuhku. Yang aku takutkan hanya satu : penampilannya! Menakutkan dan menjijikan.
Dia mendekat dan mendekat. Jari-jarinya mulai terasa di kulitku sehingga rasanya ingin mati. Kasar sekali.
Senyumannya mulai terlihat. Senyuman termengerikan. Dan kini aku tahu bahwa ia akan melakukan sesuatu yang tidak-tidak dan—
"Nau kamu belum tidur ?"
"B-belom"Dan ketika aku menoleh. Gadis itu sudah tidak ada
KAMU SEDANG MEMBACA
Piano
KorkuMarlene Hawari Skenteleta,pemenang kejuaraan piano di Berlin,Jerman tahun 1978 dikabarkan terbunuh dan mayatnya dimasukkan ke dalam sebuah piano. Namun rahasia akan selalu terungkap pada waktunya. Naura Ardhika Julia perlahan mengungkap rahasia itu...