Manusia itu lebih mudah percaya pada rumor daripada fakta, karena itulah hati mereka mudah dipengaruhi –Park Jinyoung-
Manusia itu terlihat seperti kaca yang terlihat keras namun sangat rapuh, sekali mereka hancur maka sulit untuk mengembalikannya seperti semula –Im Jaebum-
Pada akhirnya semua orang akan meninggalkanmu, bahkan bayanganmu pun pergi saat cahaya menghilang –Mark Yi En Tuan-
Saat kau mendengarkan perkataan orang mengenai dirimu, saat itulah kau kehilangan jati dirimu –Wang Jackson-
Memang lega setelah mengungkapkan perasaan padamu, namun ketakutanku adalah kau yang terbebani akan perasaanku –Kim Yugyeom-
Chapter 1
àß
Arloji di pergelangan Jinyoung menunjukkan pukul 07.25 yang artinya waktu kurang 5 menit lagi hingga bel masuk sekolahnya akan berbunyi. Jinyoung tidak biasanya datang di waktu yang mepet, salahkan saja alarm nya yang tidak berbunyi karena handphone nya yang mati lowbat karena lupa di charge setelah telponan dengan sahabatnya.
"Sialan! tidak seharusnya dia menelpon ku tengah malam. Bukankah dia tahu hari ini adalah hari pertamaku masuk". Jinyoung terus saja mengumpat selama perjalannya menuju gerbang sekolahnya. Dia sangat marah dengan sahabat baiknya itu. Apakah sahabatnya itu tidak tahu adanya perbedaan waktu korea dan Amerika. Tentu saja Jinyoung tidak akan marah kalau sahabatnya itu mengerti jinyoung harus sekolah paginya. "Akan kupastikan untuk memukul kepalanya nanti saat dia pulang". Jinyoung mulai menenangkan dirinya saat dia sudah mencapai gerbang sekolahnya dan memasang headsetnya.
Saat Jinyoung berjalan di koridor, beberapa siswa mulai bergunjing. Semua siswa di Seungri Academy tahu siapa itu Park Jinyoung. Awalnya Jinyoung dikenal karena parasnya yang manis sebagai pria, namun satu bulan setelah penerimaan siswa baru di Seungri Academy semua siswa mulai membicarakannya. Wajahnya memang manis namun karakter dingin, ketus dan angkuh benar-benar membuat nya menjadi tokoh antagonis bagi orang lain. Sejak awal Jinyoung masuk seungri Academy, ia tidak memiliki teman dekat atau sahabat. Tidak seorangpun mampu meruntuhkan dinding dingin yang Jinyoung ciptakan tidak terkecuali Kim Yugyeom, seorang siswa yang sejak tingkat menengah pertama mengaku mengagumi Jinyoung. Bahkan Yugyeom rela belajar keras agar bisa masuk kelas akselerasi sehingga bisa masuk Seungri Academy bersama Jinyoung.
"Jinyoung Hyung! Kenapa kau sangat terlambat?" Kim Yugyeom satu-satunya penghuni kelas 1C yang dengan ceria selalu menyapa Jinyoung meskipun diacuhkan oleh Jinyoung. Jinyoung memasuki kelasnya dengan tenang mengacuhkan bermacam-macam tatapan penghuni kelas yang menyerbunya, menuju bangku pojok belakang dekat dengan jendela yang menghadap langsung dengan lapangan basket. Duduk disamping Yugyeom.
Jam pertama hari ini adalah sejarah, pelajaran yang sangat dibenci oleh Jinyoung karena dia harus menghapal kejadian-kejadian dimasa lalu. "Hyung, bagaimana keadaanmu? Kenapa kau melarangku menjengukmu? Kau tahu Hyung, aku sangat khawatir denganmu. Kau tidak membalas satupun pesanku. Setiap aku bilang akan mencari mu di seluruh rumah sakit, baru kau balas pesanku itu pun ancaman kau akan bunuh diri kalau aku lakukan hal itu."
"Bisakah kau diam Gyeom? Pelajaran sejarah ini sudah membuatku cukup pusing, ditambah mendengarkanmu yang terus saja bicara rasanya kepalaku mau pecah."
"kau pusing Hyung? Baiklah aku akan bilang ke lee saem."
Belum sempat Jinyoung melarang, Yugyeom sudah berteriak memecah konsentrasi belajar siswa kelas 1C.
"Saem, Jinyoung hyung bilang kalau dia pusing. Bolehkah saya mengantarnya ke UKS?"
"ya Kim Yugyeom. Kau mau mati?," bisik Jinyoung.
"Jinyoung apa benar kepalamu sakit?," Lee saem memastikan keadaan Jinyoung.
"Hanya sedikit pusing saem."
"Kalau begitu biarkan Yugyeom mengantarmu ke UKS."
Yugyeom segera membawa Jinyoung keluar kelas. Namun tidak membawanya ke UKS melainkan menuju atap. "Hyung, kurasa kau butuh udara segar,"Yugyeom membuka percakapan saat dia lihat raut muka jinyoung yang protes saat dia diseret menuju atap. "Tungulah sebentar disini, aku akan ke kantin dahulu, oke". Yugyeom langsung saja melesat meninggalkan Jinyoung tanpa menunggu jawaban dari Jinyoung.
"Dasar anak itu, ternyata mengantarku ke UKS hanya alasan agar dia bisa kbur ke kantin." Jinyoung mencoba menikmati angin yang berhembus diatap. Sesaat dia hamper terlelap, sampai suara handphone nya berbunyi tanda pesan masuk.
"jie kukirimkan lagu ciptaanku, dengarkan ppali!" ternyata pesan dari sahabatnya yang sedang berada di sebrang benua. Segera jinyoung membalas pesan itu.
"hyung, bukankah tengah malam disana? Apa kau begadang lagi untuk menciptakan lagu?". "Apa si bodoh benar-benar menjaga pola tidurnya, lihat saja bahkan ini sudah hamper fajar disana", gerutu jinyoung. Handphone Jinyoung berbunyi lagi tanda pesannya dibalas.
"yak! Apa kau tahu inspirasi malam yang sunyi dan hanya suara alam yang terdengar. Come on, dengarkan ppali! Setelah itu kau tahu kan harus apa"
"Yah si bodoh dan inspirasi malamnya yang tidak kalah bodoh." "ne ne nunim -_-", balasnya. Jinyoung segera memasang headset nya dan memutar lagu yang dikirim sahabatnya. Matanya terpejam menhayati irama dari lagu tersebut. Tubuhnya bangkit dan mulai bergerak mengikuti irama lagu. Ya Jinyoung memang sangat pintar dance, dia bahkan mampu membuat koreografi. Jinyoung merasa dance lah yang mampu membuatnya merasa bebas dan bahagia.
"tring!" handphone jinyoung berbunyi lagi membuatnya menghentikan tariannya, sebuah pesan dari sahabatnya. "aku tahu kau sangat bersemangat. Tapi jangan lupakan kondisi tubuhmu. Kau baru saja keluar dari rumah sakit. Pikirkan cederamu". Jinyoung tersenyum membaca pesan dari sahabatnya. Sahabat jinyoung itu benar-benar tahu seperti apa dirinya. Jari-jarinya segera menari mengetik pesan balasan untuk sahabatnya.
"cepatlah kembali, aku benar-benar merindukanmu hyung J". Jinyoung tersenyum sangat damai, senyum manis yang hanya sahabat Amerikanya tahu karena tidak pernah diperlihatkannya pada orang lain bahkan pada seorang Kim Yugyeom yang selalu mengikutiny kemanapun. Tapi tanpa dia sadari ada dua pasang mata yang memandanginya sejak tadi dan bahkan terpesona melihat senyumannya.
"Tentu saja kau harus menyimpan senyumanmu hyung, bisa-bisa sainganku menjadi semakin banyak jika mereka lihat kau terus tersenyum seperti itu".
"seseorang yang bahkan matanya selalu terlihat berduka itu, apa yang membuatnya tersenyum begitu indah?. Benar-benar seperti malaikat".
àß
Chapter 1 END
Jeng jeng jeng.... Nugu nugu nugu?
Siapa ya kira-kira orang yang telah terpesona sama senyum Jie seperti saya?
Duuuuh jie emang manis-manis savage bikin penasaran para seme
Dengan segara kekurangan dan kelebihan dimohon kritik yang mampu membangun keahlian menulis saya. Karena ini adalah karya pertama yang berani saya publish, biasanya sih dibaca sama temen aja hahahaha.
Karya ini dipersembahkan kepada para JJP shiper, markjin Shiper, Jackjin Shiper dan Yugjin shiper dan saya sendiri yang selalu berambisi meng-uke-kan jinyoung
KAMU SEDANG MEMBACA
Red Ribbon
FanfictionPita merah yang mengubungkan setiap takdir manusia. Akankah pita kita membentuk suatu simpul yang indah ? atau simpul yang rumit dan penuh rintangan?