TWO| Berry iseng

43.6K 2.5K 265
                                    

TWO| Berry iseng

Jadi, itu yang namanya Kuki Keci. Murid kelas satu yang melompati kelas dua saking pinternya. Smart, ya? Kayaknya itu aja nggak cukup untuk memenuhi kriteria kakak ipar yang Berry idamkan, bukan dalam artian yang sebenarnya. Maksudnya, Berry kepengin punya kakak ipar itu yang baik, nggak petakilan, dan yang penting nggak aneh. Dan apa itu? Dari informasi yang Berry dapat dari Reno, Kuki Keci atau yang sering dipanggil Keci itu, suka bawa raket nyamuk ke mana-mana.

Dan, Berry juga baru tau kalo dia bukan korban pertama yang pernah ditabok Keci pake raket itu. Berry jadi ngeri sendiri ngebayangin kalau seandainya nih, nanti kalo dia punya keponakan—anak Keenan dan Keci—dihinggapi nyamuk, mungkin nggak sih Keci bakalan nabok anaknya pake raket nyamuk? Atau Berry yang terlalu berlebihan?

Intinya, Berry nggak puas ama modal pinter yang Keci punya. Dia mau lebih  deket ama tuh cewek, untuk mencari tahu kelebihan dan kekurangannya untuk jadi kakak ipar dari seorang Berry Aberial yang tampan dari wilayah rumah dan tetangga.

Berry memasuki kelas sambil memerhatikan satu per satu wajah teman barunya di kelas tiga. Sebenarnya nggak baru-baru juga sih, sebagian udah dia kenal dan itu juga cewek-ceweknya yang bohai aja. Kan udah dibilang, bukan Berry namanya kalo gaul ama anak-anak cupu nggak eksis. Jadi ceritanya, Berry itu terkenal deh di sekolah karna ketengilannya dan kegantengannya yang nggak seberapa. Dan ada lagi nih yang bikin cewek-cewek ngiler setiap ngeliat doi, Berry sering buka baju di kelas kalo kepanasan. Perut kotak-kotaknya bener-bener nggak nahan.

“Lo yang namanya Kuki Keci?” tanya Berry pada cewek berambut ikal cokelat yang duduk tenang di meja paling belakang dekat jendela. Satu tangannya memegang raket nyamuk, satunya lagi mengetuk-ngetuk meja.

“Hem, iya, gue Kuki Keci. Salam kenal?” jawabnya sambil mengulurkan tangan pada Berry. Berry melirik lima jari yang di jari manisnya terselip cincin putih, persis seperti yang dipakai Keenan. Atau cuma kebetulan? Nggak tau kenapa Berry jadi bertanya-tanya, tanpa mau menyambut uluran tangan Keci yang masih di udara. Merasa cowok di depannya nggak merespon, Keci menarik tangannya.

“Bisa dibilang gue anak baru di sini, gue kelas akselerasi, dari kelas satu langsung naik ke kelas tiga. Mohon bantuannya, ya?” kata Keci ramah, suaranya begitu lembut dan terdengar riang.

“Lo mau pamer?” tanya Berry ketus. Kedua alis Keci terangkat otomatis, cepat-cepat dia menyela.

“Bukan, nggak gitu. Kasih tau aja sih,” jawabnya pelan dan ntah kenapa dia merasa malu. Padahal, dia sama sekali nggak maksud pamer.

“Yau dahlah ya,” kata Berry lalu menarik kursi di sebelah Keci. “Umur lo berapa?”

“Lima belas, tapi, bulan depan nanti enam belas tahun. Lo?” tanyanya dengan senyum manis, kedua lesung pipinya langsung terlihat.

“Delapan belas.”

“Kalo gitu, aku manggil kamu kakak, ya? Nama Kakak siapa?” tanya cewek itu mulai beraku-kamu. Keci selalu bicara seperti itu dengan orang yang lebih tua darinya, meskipun setahun di atasnya.

Berry melirik Keci dengan satu alis terangkat. “Lo nggak kenal gue?”

“Huh? Nggak, makanya mau kenalan kan biar kenal gitu, hehehe.”

“Lo nggak kenal gue?!” Berry nggak percaya ini. Yang dia tahu semua cewek, dari kelas satu sampe kelas tiga nggak ada yang nggak kenal seorang Berry Aberial.

“Dibilangin nggak juga,” jawab Keci agak bete.

“Eh, kok marah sih?” kata Berry sengaja meninggikan suaranya.

Keci RomanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang