FIVE| Keenan

27.8K 1.9K 111
                                    

FIVE| Keenan....

You can fall from the sky, you can fall from a tree, but the best way to fall is... in love with me...*just kidding ;)

Keci tersenyum simpul membaca pesan dari Keenan yang dikirim tiga jam yang lalu. Beberapa hari ini, cowok itu memang rajin mengajaknya ngobrol lewat chatting. Keci nggak merasa terganggu sih, hanya saja kesan yang ditangkapnya Keenan seolah berusaha mendekatkan diri padanya.

Sweet banget kata-katanya kak :) :D

Heiii, kemana aja kamu??? Kok tumben baru ol jam segini???? :( :'(

Iya, tadi main dulu sih pulang sekolah kak...

Sepulang dari sekolah tadi, Berry nggak langsung mengantarnya pulang, melainkan mengajaknya ke timezone. Lucu rasanya mengingat saat-saat dia dan Berry berebut untuk memasukkan bola basket ke ring. Apalagi saat Berry main permainan dance, dia kelihatan lincah banget. Juga saat mereka main motor balap, pokoknya hari ini Keci seneng banget.

Main? Sama... pacar? :O

Keci mengulum senyum. Berry kan belum pacarnya, jadi....

Temen kak... :)

Temen apa temeeeeen?

Keci mengerutkan dahinya bingung. Kenapa Keenan mendadak kepo gini? Ah, udahlah nggak usah di balas. Memangnya dia siapa harus tau semua tentang Keci? Lagian, cowok itu kan cuma temen di dunia maya aja, jadi... nggak perlulah tau apapun tentang Keci.

Kuki? Hei? Kamu masih disana?

Keci menonaktifkan obrolannya lalu bergegas mengganti baju. Langkahnya berhenti untuk melihat boneka beruang kecil yang berhasil mereka dapatkan dari permainan di timezone tadi. Boneka itu ditaruhnya di atas tumpukan novel-novel. Keci juga sempat melihat amplop putih yang ada di baris ketiga. Amplop itu....

Ketika tangannya bergerak untuk menyentuh ujungnya, getaran dan nada ponsel membuatnya segera melompat ke tempat tidur.

"Halo?"

"Hai, ntar malem... kemana?"

Keci mengulum senyum, susah rasanya mengendalikan otot-otot bibirnya untuk nggak tersenyum setiap mengingat Berry. "Nggak kemana-mana, kenapa?"

"Hemmm, jalan yuk?"

"Ke... mana?"

"Kemana yaaaaa? Maunya kemana?"

"Nggak tau, kan kamu yang ngajak, hemm?"

"Hahaha, yaudah ntar malem gue jemput, ya. Eh, makasih ya by the way, udah mau nemenin siang tadi?"

Keci menggeleng-geleng sambil jambakin rambut. "Iya, sama-sama."

"Muah."

"Ap-" baru saja Keci mau ngomong, telepon diputus oleh Berry. Kesel sih, tapi... seneng juga. Aaaaaaa, Keci gila dibuatnya! Berry nggak seperti yang dia pikir selama ini. Kira-kira, maksud Berry ini apa ya? Apa benar yang dipikirkan Keci, kalau Berry naksir dirinya?

"Bisa jadi, bisa juga nggak. Duh, itu emang kode dari Berry, atau gue yang terlalu peka?"

***

"Buruan dek! Lama banget sih kamu?!" teriak Tan sambil menggedor-gedor pintu kamar Keci. Nggak berapa lama, Keci keluar mengenakan baju kaos putih longgar dipadu dengan celana cotton warna krem, delapan senti dari mata kaki. Rambutnya dicepol, sebagian rambut halusnya dibiarkan jatuh menutupi dahi dan sisi telinganya. Manis sekali.

"Kakak ngapain sih pake ikutan segala coba?"

"Eh, Mama Papa bilang apa? Kamu nggak boleh pergi kemana-mana kalo nggak sama kakak!"

Keci RomanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang