twenty nine

4K 534 29
                                    

"Tuan besar!" Panggilan itu membuat Jaehwan menolehkan pandangannya ke arah pintu kantor. Membuat sang butler yang memanggil namanya tadi segera masuk dan membungkuk sopan.

"Ada apa ribut-ribut?" Tanya Jaehwan sambil menatap butler itu.

"Mereka—mereka gagal menangkap Yoongi, Tuan Besar." Perkataan butler itu membuat Jaehwan memukul meja dengan keras. Ekspresi benci terlihat jelas di wajahnya.

"Sialan! Aku tahu ada yang tidak beres dengan gelagat si Hoseok itu." Jaehwan berdecih, lalu Ia terdiam di tempatnya. Beberapa menit kemudian senyuman licik mengembang lebar di bibirnya.

"Bakar rumah ini." Ucap Jaehwan.

"Ne, Tuan Besar?" Pelayan itu bertanya dengan pandangan bingung, membuat Jaehwan mengulang kembali perkataannya.

"Bakar rumah ini. Tinggalkan Park Jimin di dalam sana." Ucap Jaehwan sambil memakai jas-nya. "Aku tidak menerima penolakan, bakar rumah ini. Dan tinggalkan Park Jimin sendirian." Ucap Jaehwan lalu meninggalkan sang butler.

Brrmmm

Suara mobil yang menjauhi pekarangan rumah membuat sang butler makin bingung.

Park Jimin, biarpun Ia hanya anak angkat dari panti asuhan. Tapi Ia sudah menganggapnya seperti kakaknya sendiri.

Butler itu keluar dari ruangan kerja Jaehwan, dan menghampiri Youngjae yang berjaga di depan pintu kamar Jimin.

"Youngjae hyung, kesini sebentar." panggil Butler itu.

"Ah ne, Naka-kun. Ada apa?" Youngjae menghampiri Butler bernama Naka itu dengan sopan. Membuat Naka menghela nafas kasar.

"Tuan besar memintaku membakar rumah ini, dan meninggalkan Jimin aniki di dalam." Ucap Naka dengan aksen jepangnya yang kental.

"Aku tidak mau melakukan itu. Jadi—bisakah kau membantuku?" Tanya Naka dengan pandangan memohonnya.

"Hm. Baiklah. Apa yang bisa aku bantu?" Tanya Youngjae sambil menatap Naka penasaran.

"Lakukan saja seperti ini." Naka mengisyaratkan Youngjae untuk membungkukkan badannya, lalu Ia mulai membisikkan apa saja yang harus mereka lakukan.

***

"Jadi, sebenarnya ada apa?" Tanya Yoongi pada Hoseok yang masih terdiam.

"Jelaskan sejelas-jelasnya. Aku tidak mau ada satu kalimat pun yang terlewat." Ucap Yoongi dengan pandangan serius ke jalanan di depannya.

"Baiklah-baiklah." Ucap Hoseok sambil menghela nafasnya

"Jadi—"

Flashback

"Hoseok-ah. Kurasa, Jimin dan Yoongi sedang dalam bahaya, kau harus melindungi mereka." Doyeon menatap Hoseok dengan pandangan memohon, sedangkan Hoseok malah berdecih sambil memalingkan wajahnya.

"Tidak mau." Ucap lelaki dengan rambut coklat itu.

"Hoseok-ah. Aku tahu kau memiliki dendam dengan mereka berdua. Tapi—bisakah kau memaafkan mereka? Situasi ini benar-benar genting." Doyeon memijit pelipisnya lalu menatap Hoseok lagi

"Ini antara Yoongi dan Jimin. Salah satu dari mereka bisa mati, atau bahkan dua-duanya. Aku tidak mengerti lagi." Doyeon menghela nafasnya kasar.

"Park Jaehwan, laki-laki itu mengincar Min Yoongi." Doyeon menatap Hoseok dari balik kacamatanya.

"Park Jaehwan..." Hoseok membulatkan kedua matanya ketika mendengar nama itu.

"Iya, dia yang memanipulasi kematian keluarga Jimin. Orang yang pernah kuceritakan padamu dulu." Doyeon melepas kacamatanya dan menghela nafas kasar

"D-dia mengincar Y-yoongi?" Hoseok menatap Doyeon dengan pandangan gusar. Membuat Doyeon menganggukkan kepalanya.

"Dan Jimin juga." Ucap Doyeon.

"Aku yakin dia tidak akan segan-segan membunuh Jimin juga. Maka dari itu Hoseok-ah. Aku mohon, susul Jimin sekarang ke Jepang. Bawa dia kembali bersamamu kesini." Doyeon menatap Hoseok penuh harap.

"Kau adalah satu-satunya orang yang bisa kupercaya."

"Tapi—aku tidak bisa menyelesaikan ini sendirian, sajangnim."

"Kau tenang saja, 2FB akan membantumu menyelesaikan ini semua" Doyeon tersenyum tipis ke arah Hoseok.

Flashback end

"Jadi ya seperti itu." Ucap Hoseok sambil memutar-mutar pistol di tangannya.

"Apakah kau tidak takut si kakek itu akan pergi?" Tanya Yoongi dengan emosi yang membumbung

"Mau kabur kemana? Seluruh jalanan ke bandara, stasiun dan lainnya sudah disterilisasi oleh sajangnim." Ucap Hoseok sambil terkekeh

"Jungkook dan Taehyung selalu berputar di sekitar perumahan Jimin, Namjoon berjaga di stasiun terdekat, dan Jin hyung berjaga di bandara bersama beberapa polisi. Yang harus kita takutkan sekarang adalah keadaan Jimin, tapi aku sudah menangani ini semua." Hoseok membuka satu buah lolipop yang Ia ambil dari dalam sakunya. Lalu, Ia mulai memanggil satu kontak di telepon genggamnya.

"Oi Naka-kun." Hoseok membuka panggilan itu dengan akrab.

"..."

"Ah! Sedang dalam perjalanan kesana bersama dengan sang pangeran berkuda putih"

"..."

"Bawa saja dia ke café dekat perpustakaan. Kami akan menjemputnya disana."

"..."

"Hmn. Arigatou Naka-kun."

"..."

Hoseok mengakhiri panggilan itu dengan senyuman mengembang lebar. Membuat Yoongi mengerutkan keningnya.

"Ada apa?" Tanya Yoongi

"Kita langsung menuju ke café dekat perpustakaan kota, bidadarimu sudah menunggu disana~" Ucap Hoseok dengan nada jahil.

"Benarkah?" Tanya Yoongi semangat, membuat Hoseok terkekeh.

"Hmn. Makanya. Ayo—WAAA!!!!! YOONGI KAU GILA!!!!" Belum selesai Hoseok memerintah Yoongi, tapi Yoongi sudah menancap gas mobil hingga full. Mencoba menyusul Jimin secepat mungkin

Jimin-ah. Tunggu aku.

Rollercoaster ↔ Yoon.MinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang