16. Semakin Rumit

4.1K 294 188
                                    

"Hun, lagi apa? Lunch yuk!" ajak Kemal begitu masuk ke ruang kerja Vian.

Vian yang semula sibuk dengan kertas-kertas gambar, berpaling melihat Kemal yang berjalan ke arahnya dengan senyuman manis. Vian pun menyudahi pekerjaannya dan balas tersenyum pada Kemal yang kini sudah mendaratkan ciumannya di kening Vian.

"Kè, apaan sih! Nanti ada yang lihat loh!" protes Vian sembari mendorong bahu Kemal agar tidak terlalu lama mencium keningnya.

"Nggak ada, Hun. Takut banget sih? Sama pacar kamu ini. Lagian, nggak ada yang kepo juga kok," jawab Kemal acuh tak acuh.

"Tetep aja, ini 'kan di kantor. Kalau misal ada yang tiba-tiba masuk ruanganku gimana?"

"Nggak ada, Hunny! Udah ah, nggak usah ngajakin debat. Kita makan, yuk! Laper nih. Kamu nggak laper emang? Sibuk mulu dari tadi nggak keluar-keluar dari ruangan?"

"Iya, Kè. Aku lagi bikin desain baru. Soalnya, ada perubahan bagian interior-nya," ujar Vian.

"Hmm ... ya udah, nanti dilanjutin lagi. Kita makan dulu!" ucap Kemal dengan tatapan penuh cinta pada Vian.

"Emang kamu mau ngajakin aku makan di mana?" tanya Vian sembari berjalan ke arah dispenser untuk mengambil air minum lalu meneguknya hingga tandas.

"Kita makan di food court aja! Lagi males keluar nih. Di luar panas banget, macet pula," jawab Kemal sembari memeluk perut Vian dari belakang dan menyandarkan dagunya di pundak Vian.

Vian menggeliat dan melepaskan diri dari pelukan Kemal lalu meletakkan gelas minumnya kembali ke atas rak kecil di samping dispenser. Vian tak memerhatikan ekspresi Kemal yang sedikit kecewa karena Vian terlihat tak suka jika dia memeluknya.

"Ya udah, kita ke food court. Aku juga masih harus nyelesain gambar-gambar ini. Nanti sore ada janji mau pergi sama Cindy," ujar Vian sambil menyunggingkan senyuman termanis miliknya pada Kemal yang kembali bersemangat hanya karena melihat senyuman laki-laki itu.

"Oke. Yuk, caw!" ajaknya.

Vian mengangguk lalu keduanya berjalan beriringan keluar dari ruang kerja Vian menuju lantai 18 gedung perkantoran mereka--tempat di mana food court berada.

"Ngomong-ngomong, kamu nggak mau ngajakin aku ketemu Cindy nih?" tanya Kemal kemudian.

"Emang kamu mau nungguin Cindy yang lagi fitting baju? Cewek pasti lama banget kalau urusan penampilan?" tanya Vian balik.

Kemal terlihat berpikir dan menimbang-nimbang pertanyaan Vian barusan. Selama ini dia tidak pernah tahan menunggui mamanya saat pergi berbelanja yang bisa memakan waktu berjam-jam karena sibuk menawar.

Apalagi, jika dia harus menemani Cindy yang notabene seorang wanita perfeksionis. Pasti akan membutuhkan waktu yang lebih lama dari sekadar berbelanja di pasar. Dan lagi, Kemal berpikir jika hal itu akan membuang-buang waktunya saja.

"Enggak deh. Tapi--"

"Tapi apa?" tanya Vian dengan kening berkerut bingung.

"Tapi, aku mau nemenin kamu. Aku takut nggak bisa nahan kangen aku. Kamu juga pasti lama perginya," ujar Kemal bernada manja.

Vian menghentikan langkahnya dan menatap Kemal dengan tatapan aneh sekaligus terbengong-bengong karena ucapan laki-laki itu.

"Kè, aku cuma mau ketemu Cindy. Bukan mau balik ke Jerman. Dan lagi, sejak kapan sih kamu jadi protektif gitu sama aku? Kalau kamu kangen, 'kan bisa dateng ke apartemen aku nanti malem," ujar Vian sembari mengangkat satu alisnya.

BETWEEN YOU & USTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang