01

21 3 0
                                    


Detik jam berjalan lambat, seolah dosa jutaan umat membebani ujung jarumnya. Fatma masih seperti biasa, mengantuk di jam pelajaran kimia dengan pengajarnya yang seperti kura – kura, bukan wajahnya. Menjelaskan berbagai macam rumus dan senyawa dengan lambat. Cukup membuat otak cekatan Fatma menelan bosan bulat – bulat. Dengan gusar Fatma mengusap kedua bola matanya yang terbingkai kacamata, berharap rasa kantuk yang menggantung di ujung bulu matanya terlepas, jatuh meninggalkan ruang kelas. Tapi usahanya sia-sia, rasa kantuk justru menebal saat dia menahan dagu dengan tangan kanannya.

Teman-temanku tersayang, kita sudah membahas bab termokimia dua kali pertemuan. Tak bisakah quiz dilaksanakan hari ini dan kita pindah ke lain bab??

Kedua alis Fatma berkerut, menjeritkan kegusarannya dalam hati. Kemudian wajahnya tenggelam dalam kedua tangannya yang terlipat di atas meja.

"Fatma?" Fatma mendongak, kedua matanya mengerjap. Secara ajaib kantuknya hilang karena terkejut. "Kalo ngantuk cuci muka dulu. Jangan tidur di kelas."

Baru saja Fatma hendak membantah saat ide itu terbesit di kepalanya. Hei, kita bisa mengambil kesempatan ini dan kabur ke perpustakaan kan? Fatma tersenyum dalam hati, kemudian keluar kelas setelah berpura-pura menguap.

Dari pintu kelasnya, Fatma melangkah ke kiri, ke arah kamar mandi terdekat berada dan biasa dipakai teman-temannya. Tapi, bukan kamar mandi yang dia tuju, melainkan tangga yang berada tepat sebelum kamar mandi. Naik keatas, memutari koridor kemudian turun di tangga seberang lapangan, dimana kelas nya sudah tak terlihat lagi.

Dengan ringan Fatma memasuki ruang perpustakaan, tak banyak murid belajar di dalamnya, tentu saja. Ini kan jam belajar di kelas. Mungkin cuma Fatma murid yang kabur dari kelas. Fatma menyapukan pandangannya, banyak kursi kosong, tapi kursi kosong di sebelah seorang cowok –ganteng- berkacamata menjadi prioritasnya. Bukan modus yang seperti itu, Fatma tidak membawa buku ataupun pulpen, jadi dia harus meminjamnya dari seseorang. Bukankah begitu? Dan tentu saja, duduk di samping seseorang yang enak dipandang menjadi nilai tambah dan hiburan saat mata sudah lelah memahami rumus dan angka.

Setelah mengambil buku kimia dari rak, dia hendak menduduki bangku incarannya. Saat ia menarik kursi, lantai menderit. Tapi Fatma melihat bahkan cowok itu tidak meliriknya.

Konsentrasi yang bagus, man, pikir Fatma

"Eh eh.." bisik Fatma sesaat setelah duduk, cowok itu menoleh.

Wow...

Cowok itu mengangkat alisnya, bingung karena Fatma tidak segera bicara.

Side profil nya ganteng, tapi wajah keseluruhannya sempurna.

Fatma tersadar kalau cowok itu menunggunya, dia tidak boleh membiarkan cowok itu berpikir bahwa Fatma klip beberapa saat karena memandangi wajahnya, karena akan sangat aneh dan dia pasti akan Ge-er.

Bersin, dia pura-pura bersin dua kali. Cowok itu terkejut, dan seorang cewek yang duduk di depannya mendongak. Baiklah Fatma, kau menutupi keanehanmu dengan konyol. Fatma hampir merutuki kebodohannya lagi, tapi dia melihat cowok itu tersenyum, kemudian terkikik tanpa suara.


ToxicalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang