Sore ini Nada datang ke sekolah untuk memastikan kelulusannya. Ia tak sabar untuk mengenakan rok abu-abu. 3 tahun perjuangan semasa SMP bukanlah hal yang mudah.
Sudah banyak teman-teman Nada yang sampai di sekolah. Salah satunya adalah Ivie, teman semeja selama 2 tahun terakhir.
"Vie, duh, gue deg-deg an banget tau ga sih." Nada mengambil tempat duduk di sebelah Ivie.
Banyak murid duduk berderet-deret di samping ruangan kepala sekolah. Menunggu namanya disebut untuk mengambil surat penentu kelulusan.
"Ih, anjir. Gue juga takut kali, nad. Selama kelas 3 gue mana pernah serius belajar,"
"Ini udah sampe absen siapa, vie ?" Tanya Nada kepada Ivie yang tengah memainkan smartphone-nya.
Ivie menoleh ke arah Nada, "Udah sampe Gianina Effendi, bentar lagi gue nih. Aduh, mampus kebelet pipis."
Gianina Effendi keluar dengan sebuah amplop ditangannya. Wajahnya tampak cemas-cemas takut.
Nada dan Ivie menghampiri Gia, "Gimana, gi ?"
"Ga tau gue, ini gue mau buka di rumah aja deh. Oh iya, giliran lo, vie." Wajah Gia pucat pasi, gemetaran memegang amplop putih bersih di tangannya.
"Ivie Kaisha ?" Ibuk wakil kepala sekolah, memanggil nama Ivie dari pintu ruangan kepsek.
"Lah. Aduh, doain gue yah. Dadahhhh." Ivie berlari kecil menghampiri ruangan kepsek. Meninggalkan Gia dan Nada berdiri bersama pot bunga besar di samping ruangan tata usaha.
🎢
Nada pulang dengan angkutan umum, tidak dijemput oleh orang tuanya. Di dalam tasnya ia simpan amplop kelulusan dari sekolah. Banyak teman-teman Ivie yang memilih untuk membuka di rumah.
Tapi ada beberapa anak cowok yang langsung membuka ketika keluar ruangan. Dan berteriak senang ketika tau ia lulus. Biasanya anak-anak cowok pergi konvoy keliling kota buat ngerayain kelulusan.
Nada dan Ivie sepakat untuk tidak ikut-ikutan konvoy, maupun semprot-semprot baju. Toh, faedahnya apa ?
Sesampainya di rumah, Nada menghempaskan badannya di sofa yang berhadapan dengan TV. Rumahnya kosong. Mungkin Mama-Papa dan adiknya pergi makan di luar.
Ia tak sabar membuka amplop dari kepala sekolah. Terbayang juga nasihat saat pengambilan surat kelulusan.
"Nama kamu Nadinna Alifia Rinjana ?" Tanya kepala sekolah kepada Nada ketika Nada baru saja duduk tepat di depannya.
"Iya, pak."
"Sudah dapat sekolah yang kamu inginkan ?"
"Belum pak."
"Kamu yakin lulus ?"
"Insya Allah, pak."
"Kenapa tampak tidak yakin ?"
"Semuanya tergantung bapak dan tuhan. Saya disini sebagai murid menjalankan tata tertib sekolah."
"Bagus."
"..."
"Nadinna, kejar cita-citamu setinggi langit. Saya dulu punya anak perempuan sebesar kamu. Adenia Ristanti namanya. Ade sangat ingin menjadi pramugari. Tapi ia meninggal karena kecelakaan pesawat. Padahal tujuan awalnya adalah untuk tes sekolah pramugari."
Nada tidak dapat berucap sepatah katapun.
"Lalu, 2 bulan setelah itu istri saya mendapatkan surat dari mantan calon sekolah anak saya. Ternyata selama ini ia telah berjuang keras mendapatkan sekolah itu. Ia bisa masuk tanpa diundang."
Lagi-lagi hening.
"Begitulah. Usaha tidak pernah mengkhianati hasil. Namun memang Tuhan lebih menyayangi anak saya dibandingkan rasa sayang kami."
Tidak ada suara.
"Nadinna. Ingat semua yang saya ceritakan tadi. Jadikan motivasi. Siap ?"
"S-s.. siap, pak."
"Ini, ambil surat kamu."
Lalu Nada keluar dengan perasaan campur aduk.
Tangan Nada terulur untuk membuka amplop itu pelan-pelan.
DENGAN INI SMP NEGERI 187 JAKARTA TIMUR MENYATAKAN
NADINNA ALIFIA RINJANA
LULUS
Tidak ada yang perlu Nada pikirkan. Ia lulus. Lulus dengan hasil perjuangannya sendiri. Ia harap Ivie pun begitu.
🎢Nazstel
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello Nada
Teen FictionKata orang masa SMA adalah masa-masa terindah. Dimana kita menemukan cinta pertama. Dimana kita bebas sebagai remaja. Begitupun bagi Nada. Masa SMA-nya dimulai dengan sangat indah. Namun berakhir menyedihkan. Menurut Nada, apa yang terjadi adalah ta...