Aku membeku di tempatku.
Astaga, mengapa aku begini? Biasanya aku akan-
Dia bukan orang biasa, apa yang harus ku lakukan?
Aku terjebak dalam pikiranku, bertanya-tanya pada diriku sendiri.
Aku merinding, saat aku merasakan adanya sentuhan di pipiku.
"Hey, kau kedinginan. Mengapa kau tidak masuk lagi ke dalam cafe? Apakah kau ingin pulang?" Dia menanggalkan jaketnya dan memberikannya padaku.
Mengapa aku bisa seceroboh ini? Aku lupa mengambil mantelku tadi.
"Pakailah."
Aku tidak boleh terus diam.
"Kau saja."
Dia mendengus dan mengalungkan jaketnya di leherku.
"Kau ini, kau hanya memakai kemeja tipis. Aku tidak menerima penolakan."
Aku akhirnya mengangguk.
"Baiklah."
Keheningan melanda kami, aku menggunakan kesempatan ini untuk mengobservasi dirinya.
Kesepian.
Polos.
Bahagia.
Penuh semangat.
Penyayang.
Percaya diri.
Raut wajahnya menunjukkan sesuatu.
"Kau, punya pertanyaan, betul?" Aku menaikkan alis kiriku.
"Ya. Umm, wanna take a walk?" Dia tersenyum di akhir.
Dengan cepat, aku berfikir.
Ikut atau tidak.
Ikut atau tidak.
Ikut atau tidak.
Ikut atau tidak.
Baiklah, aku ikut, aku masih punya hati. Lagi pula, ia kesepian.
"Baiklah, ayo."
Ia bahagia.
"Kau mau mendengar lagu atau--"
"No songs, please."
Dia terdiam, lalu memasukkan handphonenya kembali ke dalam saku celananya. Ekspresinya sedih.
Pikiranku bergulat lagi, sesuatu di dalamku merasa bersalah dan terasa sakit saat melihatnya sedih.
"Emm.. Kau boleh memutar lagu."
Aku menyalahkan mulutku atas kata-kata yang seharusnya tidak ku ucapkan tapi ku ucapkan juga selama hari-hari kedepan, mulai dari sekarang.
Ekspresinya bahagia.
Ia langsung mengeluarkan handphonenya dan membuka aplikasi musik. Ia menawarkanku untuk memilih lagu, tapi aku menolak, karena... AKU BAHKAN TIDAK TAHU MUSIK MACAM APA YANG MEREKA DENGARKAN DI MASA INI.
Sebelum ia memencet tombol acak, aku sudah mempersiapkan diriku untuk tidak melakukan apa yang seharusnya tidak ku lakukan.
Setelah mendengar suara yang di keluarkan oleh handphonenya, aku bertanya.
"Lagu apa ini?" Aku menunduk, melihat dirinya yang tersenyum ke bawah.
Hal ini mengingatkanku pada Eurus yang selalu bersenandung.
'But when you smile at the ground, it ain't hard to tell.
You don't know oh oh, you don't know you're beautiful.'Anggap saja baris terakhir itu tidakku pikirkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Symphony // Sherlock H & John W
FanfictionMusik mengandung perasaan. Aku benci merasakan, jadi secara tidak langsung aku benci musik. Tapi setelah aku mendengar musiknya setelah sekian lama, aku langsung merasakan perasaan itu sendiri.