"Kita Nikah Besok"

2.8K 322 66
                                    

Kang Daniel x Ong Seongwoo

p.s : bahasa baku, ini Seongwoo P.O.V ya.

Dadaku bergemuruh. Nafasku menderu kencang. Tidak, aku tidak akan menyerah, apalagi menyerahkan diri begitu saja. Aku tak ingin kembali ke istana, setidaknya selama keputusan ayah untuk menikahkanku dengan pangeran yang belum pernah ku kenal sebelumnya masih belum bisa dibatalkan.

Aku terus berlari menjauhi istana di kegelapan malam. Menembus hutan. Katakan saja aku kabur. Dan aku tidak peduli dengan para prajurit kerajaan yang mengejar, mereka masih tertinggal di belakangku. Mereka menunggang kuda, sementara aku berlari biasa menggunakan kedua kakiku. Mereka hanya terlalu meremehkan kegesitanku, selama ini mereka mengira sejak kecil sampai sekarang aku hanyalah pangeran yang pendiam, padahal diam-diam aku sering menyelinap ke tempat salah satu prajurit senior kepercayaan ayah melatih anak buahnya dan meminta mengajariku cara bela diri, termasuk melarikan diri yang sulit dikejar oleh penunggang kuda sekalipun, tanpa sepengetahuan ayah. Di balik kedok pangeran yang pendiam tanpa ekspresi itu, aku berani mengacungkan pedang kepada siapapun.

Saat ini, untuk prajurit yang dibelakang tertinggal. Namun aku tak tahu, di depan telah menunggu beberapa prajurit dengan kudanya. Mereka sebenarnya penjaga perbatasan di hutan ini, juga sebagai penjaga anggota kerajaan jika bepergian lewat daerah perbatasan.

"Turunkan pedangmu Tuan Muda, mari kita berbicara baik-baik tanpa senjata apapun." seorang prajurit yang telah turun dari kudanya mencoba mendekat. Aku mengangkat pedang lebih tinggi.

"Tetap di tempatmu atau kepalamu kutebas dengan pedang ini!" aku berseru. Kesal kenapa dia begitu menjengkelkan, bukannya mundur malah kembali berbicara.

"Yang Mulia menunggu putra semata wayangnya, harap Tuan Muda bersedia untuk kembali ke istana, di sini tidak aman."

"Mundur sendiri atau pedang ini yang akan membuatmu mundur?!" aku tak takut pada siapapun, tak terkecuali perintah ayah. Prajurit ini tiada apa-apanya dengan nyaliku.

"Maaf Tuan Muda, kami diberi tugas untuk menjaga siapa pun anggota kerajaan yang melewati daerah ini termasuk Anda, kami harus membawamu kembali ke istana, kami tidak mengharapkan apapun terjadi padamu, maka sebelum itu terjadi, mari ikut kami kembali ke istana," satu prajurit lagi yang turun, aku benar-benar menyerangnya dengan pedangku. Sungguh banyak bicara. Ini menghalangi jalanku untuk pergi jauh dari istana, maka siapa pun yang berusaha menghalangiku, aku tak segan-segan membunuhnya.

"Kalian lihat teman kalian itu? Siapa pun yang berani menghalangi jalanku, berakhir sepertinya." aku menunjuk prajurit yang telah tumbang karena serangan mendadakku, kemudian mencabut pedangku dari dadanya. Kutatap tajam satu persatu sisa lima prajurit di depanku, tersirat tatapan takut di mata mereka.

"Menepi! Kalian menghalangi jalanku!" aku berteriak menyuruh mereka untuk memberiku jalan pergi. Namun, lagi-lagi ada yang berani bicara.

"Maaf Tuan Muda, kami—"

Aku menyerangnya, namun dia telah tahu gelagatku, maka pedangnya pun ia angkat. Suara pedang beradu mengusik keheningan malam. Aku menyerang prajurit lain yang telah siap dengan pedangnya. Suara pedang beradu kembali mengalahkan suara serangga malam hutan, kali ini lebih banyak. Selain mengandalkan pedangku, aku mengandalkan beberapa cara bela diriku. Pukulan melayang telak di rahang salah satu prajurit, membuatnya hilang keseimbangan yang kemudian hilang kesadaran, itulah titik kelemahan yang aku tahu. Kembali bermain dengan pedangku, aku mencari celah kosong untuk berkelit ketika dua prajurit menyerangku, dan mereka menyerang udara kosong. Aku kembali berhasil menumbangkan satu lagi prajurit setelah berkelit dari dua yang sebelumnya, ini mencari kesempatan dalam kesempitan.

Baru saja aku merasa sedikit menang karena lawanku hanya tersisa tiga dan aku yakin bisa melawannya, prajurit yang tertinggal di belakangku sebelumnya telah sampai, aku menahan nafas. Jumlahnya banyak, lebih banyak dari yang menghalangi jalanku sebelumnya. Aku tetap memberontak, aku tak peduli meskipun aku harus mati, aku lebih baik mati daripada mematuhi keputusan ayah. Tapi aku yakin mereka takkan membunuhku, mereka hanya akan membuatku tak berdaya untuk melawan dan dibawa kembali ke istana.

Ketika hampir saja aku kalah karena dikepung, seseorang berhasil masuk ke tengah, berdiri membelakangiku, aku tak tahu itu siapa, yang pasti aku tahu niatnya membantuku dari kalimat yang ia bisikkan,

"Ikuti strategiku. Kita tipu mereka dengan bergelagat kita akan menyerang, kita bergerak ke arah utara. Ketika mereka menyerang, cari celah kosong, lalu berlari, jangan sampai mereka menyadari dengan cepat, saat mereka sadar usahakan kita telah hilang. Mengerti?" dia memberitahuku strateginya. Aku hanya mengangguk. Saat ini kami memasang kuda-kuda, berjaga-jaga dengan serangan mereka.

"Menyerahlah Tuan Muda, kami tidak akan menyerangmu, mari kembali ke istana tanpa ada lagi tumpah darah."

"Maju sekarang!" pemuda di sampingku memberi aba-aba. Kami bersamaan 'berlagak' menyerang, sesuai perintahnya, arah utara. Segera setelah mereka maju, aku memasuki celah kosong yang telah kutemukan, kemudian berlari bersama pemuda ini, secepat mungkin.

"Kau bisa memanjat?" tanyanya masih berlari, aku mengangguk. Dia memberi kode untuk segera menaiki pohon terdekat, dan aku segera melakukannya, tidak sulit bagiku. Tak lama suara berseru-seru mendekat, aku tahu mereka akan segera menyadarinya. Aku melihat di atas pohon sebrang pemuda itu menyuruhku diam, aku mengangguk samar.

"Di sini tidak ada!" seru entah siapa di bawah sana.

"Bagaimana ini?"

"Mereka pasti kabur, akan sulit menemukan jejaknya dalam gelap seperti ini. Kita tunggu fajar tiba, kembali ke istana!" mungkin itu suara pemimpin prajurit. Setelahnya ia memerintah, semua berbalik arah untuk kembali ke istana.

'Kita turun sekarang?' bibirku memberi kode pada pemuda di sebrang sana. Ia mengangguk. Lalu aku turun perlahan, mencoba tak membuat suara sedikit pun, kalau-kalau ada prajurit kerajaan yang lainnya di sini.

"Kau mau ke mana? Aku sedang menuju istana, tak jauh dari sini, aku ada panggilan khusus dari raja makanya aku sendirian, dan aku melihatmu sepertinya dalam bahaya. Satu pasukan lawan satu orang, lucu sekali bukan?" dia mendekat.

"Aku bahkan kabur dari istana. Ayahku akan menjodohkanku dengan Dan Dan entahlah siapa aku lupa aku tak peduli yang jelas namanya seperti anak kerajaan luar." aku tak peduli siapapun itu yang akan dijodohkan denganku.

"Kang Daniel." ia tertawa dan menyodorkan tangannya mengajak berkenalan.

"Nah itu dia namanya! Orang yang dijodohkan—eh, apa-apaan ini?!" aku bingung, setengah kaget.

"Namaku Kang Daniel, aku tahu kau pasti putra dari Raja Ong, namamu Ong Seongwoo kan? Aku tahu dari paras manismu. Dan selamat berjumpa, aku tak menyangka kita bahkan bertemu lebih cepat, di hutan gelap seperti ini, dan aku bangga mempunyai calon pendamping hidup yang hebat sepertimu, kau tahu? Kita besok menikah!" seringainya lebar.

Setelah itu, aku tak sadarkan diri. Yang terdengar hanyalah suara samar sebelum aku benar-benar tak mendengar semuanya.

"Hei, jangan mati! Kita menikah besok!"

END.

Wkwk OngNiel rasa Joseon/? :v
Efek nonton drama saeguk mulu sih:v

PRODUCE 101 BOYS SERIESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang