Salju kembali turun pagi itu, setelah semalam udara dingin nyaris merubah Jiyeon menjadi sebongkah es rasa permen kapas. Gadis manis itu mengerang kesal dengan suara pelan, dia melirik ke arah kanan dan kiri. Jalanan terlihat begitu lengang, hanya beberapa mobil yang berlalu lalang dan nyaris tidak ada pejalan kaki yang terlihat.
Benar juga.
Lagi pula, akhir pekan dengan perkiraan cuaca buruk seperti ini tentunya orang lain lebih memilih kembali bergelung dalam selimut atau setidaknya diam di rumah dengan secangkir coklat panas.
Jiyeon menghela napas, meratapi nasibnya terdampar di halte sendirian di tengah udara dingin. Dia melirik dua kantung besar berisi roti di kedua sisinya, lalu mendengus jenuh; jika bukan karena sepupunya yang menjengkelkan itu, pastinya Jiyeon masih menikmati akhir pekannya dengan setoples kue kering ditemani siaran drama kesayangannya.
Kepalanya menunduk, dengan separuh pipinya tertutupi syal, kemudian pandangannya teralih ke arah depan. Kedua iris kecoklatannya bertemu sepasang iris kebiruan di seberang jalan. Pemiliknya berdiri di sana, mengenakan mantel berwarna kelabu dan rambutnya coklat pudar.
Warnanya biru jernih, sebiru kedua mata Boruto; tokoh anime kesukaan keponakannya, pandangannya kelam, sementara rambut coklat pudarnya terlihat lepek dengan helaian rambut jatuh menutupi keningnya.
Sesuatu menyengat hatinya, rasa dingin membekukan pikirannya lalu embun beku jatuh di dasar hatinya, ada bayangan rumah tua dan seorang anak kecil berambut hitam yang sedang bermain dengan laki-laki berambut putih seputih salju, kemudian tongkat milik yang lebih tua diangkat mengarah ke langit lalu butiran salju turun bersama senyum lebar.
Semuanya berjalan begitu cepat sampai warna langit berubah gelap, suara teriakan terdengar dan bayangan danau membeku terlihat samar, anak laki-laki itu menangis di balik pohon cemara yang membeku di dekat danau.
"Aku membencimu."
Jiyeon tersentak, kepalanya terasa pening dan dia merasa cukup mual, dengan napas tersengal dia melihat kembali ke arah laki-laki di seberang jalan. Suaranya tercekat melihat laki-laki itu jatuh ke atas trotoar. Kantung-kantung belanjaannya terjatuh di dekat bangku, sementara pemiliknya berlari menyeberangi jalan untuk mendekati laki-laki itu.
Tangannya menyentuh kulit sedingin salju, kedua irisnya memandang iris biru di hadapannya sebelum laki-laki itu sepenuhnya tidak sadarkan diri. Sejenak, Jiyeon tertegun. Dari jarak sedekat ini dia sadar, kedua mata milik laki-laki ini lebih biru dari perkiraannya, bahkan dari lautan cantik di luar sana.
Sepuluh menit setelah termenung tidak jelas Jiyeon kembali menapaki bumi, tersadar bahwa dia berada di tepi jalan dengan orang asing yang tidak sadarkan diri. Jiyeon menatap horror laki-laki itu, lalu meringis. Jiyeon pikir, ia tidak bisa merasa lebih bingung dari pada menghadapi orang asing yang tidak sadarkan diri di dekatnya.
.
A Boy with Blue eyes
.
Mudah-mudahan bisa lanjut mulai tanggal 13 ya, udah PAT 'kan free tuh :'D, jadi doain aja Girls operation sama yang satu ini bisa lanjut cepet-cepet :3

KAMU SEDANG MEMBACA
Frost Bound [On Hold]
FanfictionJoshua itu seperti cinta dalam kotak yang tertutupi embun beku. WARN! Slow Update [Kei x Joshua]