Both Shoulders

313 39 30
                                    

Langit jingga menemani derai tawa Jiyeon. Gadis itu memekik senang dengan sepasang sepatu skate di kedua tangannya. Dengan tergesa-gesa mengenakan sepatu putih kesayangannya, lalu mulai meluncur di atas permukaan es.

Setelah menghabiskan waktu untuk membuat boneka salju aneh di dekat pohon cemara, Jiyeon merengek untuk bermain ice skating. Tidak peduli ibunya marah-marah karena Jiyeon pulang terlambat, anak itu masih saja sempat untuk kabur dari rumah setelah membawa sepatu skatenya, bahkan dia tidak sempat untuk mengganti seragamnya.

Joshua hanya diam duduk di tepi danau memerhatikan Si Pendek yang benar-benar berisik sore ini, meski ikut mengenakan sepatu skate tidak ada sedikit pun niat untuk bergabung dengan Jiyeon. Berulang kali Joshua meringis ketika Jiyeon terjatuh, tapi gadis itu tidak juga berhenti melainkan suara tawanya terdengar semakin menjadi-jadi.

"Jo! Ayo bermain!"

Suara gesekan sepatu skate milik Jiyeon terdengar mendekat, gadis itu berhenti beberapa langkah di depannya dengan senyum lebar.

Gelengan Joshua bukan masalah besar bagi Jiyeon. Dia menarik Joshua dengan sekuat tenaga, namun naas Joshua terlalu berat dan tidak sebanding dengannya. Kaki kirinya tergelincir karena tidak dapat menahan keseimbangan, kemudian suara debuman keras terdengar.

Jiyeon meringis, merasa tubuhnya remuk karena untuk kedua kalinya terjatuh ke atas permukaan es yang keras. Hembusan napas terdengar begitu dekat dengan wajahnya, kedua matanya yang semula terpejam kini memandang ke depan.

Pandangan keduanya bertemu, mereka saling menatap untuk beberapa detik kemudian pandangan Joshua turun menuju hidung dan kedua pipi kemerahan Jiyeon; karena suhu dingin, lalu jatuh pada kedua belah bibir merah milik gadis itu.

Warnanya merah seperti bunga mawar.

Mawar merah.

Kedua pipi milik Joshua menghangat dan kedua matanya mengedip beberapa kali.

"Jo, kau sakit?" Jiyeon menyentuh kedua pipi kemerahan Joshua dengan telapak tangannya, lalu berbisik pelan, "Wajahmu memerah."

Joshua segera memalingkan wajahnya yang memerah, dengan napas tersengal laki-laki itu menyingkirkan tubuhnya dari atas tubuh Jiyeon, duduk di sisi gadis itu dengan telinganya yang ikut memerah.

Sementara itu, Jiyeon memandangi Joshua dengan satu alis terangkat. Laki-laki itu tetap mengalihkan pandangannya, kemana pun tapi bukan ke arahnya.

"Kau kenapa sih, Jo?" tanya Jiyeon sambil mendekat ke arah Joshua.

"Ja-jangan mendekat!" Dengan tangan kanannya Joshua membuat gestur menolak, tapi pandangannya masih terpaku pada pohon cemara.

Jiyeon memandang laki-laki itu dengan wajah bingung. Merasa semakin bingung ketika Joshua dengan tergesa-gesa bangkit dan bergerak menuju tepi danau, laki-laki itu mengganti sepatu skatenya dengan sneakers hitamnya.

"Ayo pulang!"

"Kau kenapa sih?!" Jiyeon memberengut kesal, bingung dengan sikap aneh Joshua, "sedang datang tamu,huh?"

Laki-laki itu mendengus, memandang Jiyeon sekilas. Wajahnya masih sama merahnya sejak beberapa menit yang lalu. "Ka-kalau begitu, aku pulang dulu!"

Jiyeon menggeleng seraya mengangkat kedua bahunya. Dia berseluncur menuju tepi untuk mengganti sepatunya, sedangkan Joshua sudah menghilang. Sementara kedua tangannya sibuk memakaikan sepatu di kedua kakinya, bibirnya bergerak menggerutu mengenai Joshua.

Aneh saja, tidak tahu kenapa Joshua tiba-tiba menjadi gugup seperti itu. Memang ada sesuatu yang terjadi? Jangan-jangan Joshua sudah kebelet buang air.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 01, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Frost Bound [On Hold]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang