One

37 1 0
                                    

"Hay..aku Cero! Boleh nggak aku nemenin kamu disini?"

"Boleh kok..aku Rachel.."

Boneka kelinci memeluk boneka kura kura yang dipegang oleh seorang lelaki berambut rapi. Terdengar suara tawa seorang gadis di tempat itu. Lelaki itu tersenyum dan meletakkan boneka kura kura mungil di pangkuan si gadis yang meraba raba sambil terkikik geli.
"Apa..ini!" Tanya si gadis di sela sela kikikannya.
"Ini Cero..boneka paling imut yang pernah aku kasih ke kamu..tekan aja bagian atas kepalanya-"
"Dan kamu bakal denger suara aku yang paling merdu!" Sela si gadis  memotong perkataan lelaki itu. Mereka kembali tertawa.
"Ya ampun..Alan! Kamu udah ngasih aku banyak boneka ginian!!" Lanjut si gadis. Lelaki yang bernama Alan tersenyum.
"Ya..gapapa kali! Kan Alan yang ganteng ini berbaik hati sama Talia imuutt!" Balas Alan sambil mencubit pipi Talia gemas. Talia tertawa puas.

Tak lama,Alan memeriksa arlojinya dan terlonjak membuat kasur yang mereka duduki bergoyang.
"Kenapa?" Tanya Talia kaget. Alan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal dan beranjak dari kasur.
"Eh..aku mau ngajak kamu ke suatu tempat!" Jawab Alan sambil nyengir. Talia mengerutkan dahinya dan ikut berdiri di samping kasur.
"Kemana?"
Entah kenapa Alan memasang senyum misterius dan menyambar sebuah tongkat panjang di tembok lalu menjejalkan ke tangan Talia. Gadis itu kembali mengernyit.
"Loh..kok pakai ini? Kan kamu biasanya nuntun aku!" Protes Talia-yang kali ini cemberut. Alan menggelengkan kepalanya.
"Aku mau ngajak kamu keluar rumah...yah ini buat jaga jaga aja!" Balas Alan kikuk. Sebelumnya memang ia tidak pernah menyuruh Talia menggunakan tongkatnya tapi apa boleh buat. Ia tidak mau gadis ini kenapa napa.

Ia pun menarik lengan kiri Talia keluar kamar. Alan menuntun Talia buat menuruni anak tangga satu persatu dengan perlahan. Hingga tiba tiba Talia terjegal kakinya sendiri dan Alan langsung menangkap tubuhnya di belakang. Wajahnya begitu dekat dengan Talia. Ia bahkan bisa menatap lekat matanya yabg memancarkan kekosongan dan seakan tidak ada kehidupan di sana. Ia bisa merasakan nafas Talia yang hangat menerpa wajahnya. Ia tersenyum tulus dan menegakkan tubuh Talia seperti semula. Talia tersenyum dan bergumam lirih. Tapi Alan mendengar nya mengucapkan terima kasih. Alan kembali tersenyum dan menuntun Talia menuruni tangga.

Kegelapan tidak selalu buruk jika ada aku Talia..

♥♥♥

"Kita mau kemana sih?" Tanya Talia yang masih penasaran. Alan yang masih fokus menyetir mobilnya hanya tersenyum tipis.
"Udah ikut aja!" Jawabnya singkat. Talia mendengus dan memeluk boneka kura kura pemberian Alan di dadanya. Alan yang melihat itu menghembuskan nafas dan memejamkan mata sekilas.

Bahkan aku bisa merasakan pelukanmu meski itu jauh...

Drrttt....
Ponsel Alan yang bergetar di saku celananya membuatnya terlonjak. Ia merutuki dirinya sendiri dan mengambil ponselnya.

Argam:Bro..hari ini  aku sama yang lain lagi di kafe..

Alan menggeleng pelan sambil tersenyum dan membalas.

To Argam:nggak bisa..ada urusan!

Tak lama setelah pesannya terkirim,ia tidak sadar jika ia sudah sampai di tempat tujuan. Ia pun segera memarkir mobil dan mematikannya. Talia yang merasakan mobil yang ditumpanginya berhenti langsung menegakkan tububnya.
"Udah sampai?" Tanyanya yang masih penasaran. Alan mengacak rambut Talia dan keluar dari mobil. Ia memutari mobilnya dan membuka pintu di samping Talia. Alan mengulurkan tangannya ke arah lengan gadis itu dan menariknya keluar mobil.
"Nah..." kata Alan sambil memandang tempat sekitar.

VioLettaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang