Four

21 1 0
                                    

Keesokan harinya,pagi terasa lebih dingin dari sebelumnya. Langit tampak gelap karena awan mendung menutupnya.
Talia masih tertidur di atas ranjangnya. Tapi tidurnya gelisah. Badannya menggigil meskipun selimut sudah menutupi tubuhnya.

Tak lama pintu terbuka dan menampilkan Helen yang langsung memasuki kamar gadis itu.
"Sayang..tumben belum bangun..sarapan udah si-"
Perkataan Helen terhenti ketika ia melihat Talia menggigil. Ia langsung meletakkan telapak tangannya di kening anaknya dan memekik tertahan.
"Talia..kamu gapapa?" Tanya Helen. Talia rupanya sudah terbangun dan mengulum senyum lemah dan tipis.
"U-udah waktunya sarapan ya?" Tanyanya tetap menggigil. Helen geleng geleng kepala.
"Kamu demam kan? Mama kasih tahu Daniel supaya belajarnya ditunda..."
"TUNGGU!! " jerit Talia sambil terduduk. Helen mengernyit.
"Talia mau belajar!" Tukasnya lesu. Helen mengernyit dan duduk di sampingnya.
"Tapi kamu sakit sayang..papa kamu udah pulang nanti dia khawatir lagi!" Balas helen khawatir sambil membelai rambut coklat gadis itu. Talia langsung melebarkan matanya.
"Papa udah pulang? Talia mau ketemu sama papa!" Seru Talia sambil berdiri. Helen mengikutinya.
"Iya..tapi kamu minum obat dulu! Mama ambil di kamar mama!"
"Kan aku bisa nunggu sama papa! Plieess" ratap Talia memohon kepada mamanya. Helen kelihatan berpikir dan akhirnya mengangguk. Ia menuntun Talia turun menuju ruang makan.

"Talia sayang!" Terdengar seruan papanya memanggilnya. Talia yang sudah di anak tangga paling bawah tergesa gesa menuju kursi hingga terantuk meja. Melihat itu,Rey,papanya langsung berdiri dan menuntunnya duduk di kursi sebelahnya. Rey langsung mengernyit saat tangan anaknya itu panas.
"Sayang..kamu sakit?" Tanya Rey. Talia menggeleng.
"Nggak kok pa..cuma kedinginan aja! Aku kangen sama papa!" Jawab Talia antusias sambil memeluk papanya.

Sementara itu,mamanya datang sambil membawa sebutir pil dan segelas air putih. Talia yang masih memeluk papanya langsung melepasnya ketika mendengar suara mamanya di dekatnya.
"Udah puas kan? Nah sekarang waktunya minum obat!"
Mendengar itu Talia mendengus dan menelan pilnya yang pahit sambil mengernyit. barulah setelah ia selesai minum ia lega.
"Ma..beneran aku nggak sakit!"
Erang Talia kesal.
"Gimana kamu nggak sakit? Badan kamu aja panas kok!" Jawab Helen yang saat ini berada di dapur. Papanya kini membaca koran sambil bersandar di punggung kursi.
Talia menghela nafas berat saat sarapan sudah ada didepannya. Ia pun mulai sarapan supaya bisa ke kamarnya.

♥♥♥

Pukul 06.30 Alan sudah siap dengan baju dan tasnya. Hari ini semangatnya menguar setelah berhari hari memendamnya. Ia tidak sabar untuk melihat wajah gadis itu ceria karena kedatangannya. Dan dia bisa mengajak gadis itu ke taman lagi. Ia tersenyum sendiri di depan cermin.
"Talia...tunggu aku!"

"Mama besok mau antar Devan ke bandara! Kamu ikut?" Tanya Evan,mama Alan. Saat ini mereka berdua sedang sarapan.
Alan yang sibuk memakan sandwichnya mendongak.
"Kan aku sekolah ma!" Jawabnya dengan mulut penuh. Evan menghela nafas dan menambahkan selai nanas di atas roti panggangnya.
"Yaudah kalo gitu..."

Drrrt...
Alan terlonjak mendapati getar ponselnya di sakunya. Ia merutuki dirinya lagi. Lain kali ia akan menyetel nada dering ponselnya. Dengan kesak ia mengeluarkan benda persegi panjang itu dan membuka sebuah chat di WA.

Devan:oy..gue tunggu di taman..cepetan!

Alan mengernyit saat melihat pesan itu. Ia pun membalas tdengan tergesa gesa saat mamanya menatapnya.

Me:ngapain? Sekolag udah mau masuk!

Drrtt...
Kali ini Alan mengerang keras hingga mamanya yang masih menatapnya melotot. Alan nyengir.

VioLettaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang