008

8.7K 558 16
                                    

Sudah 3 hari sejak insiden mengerikan di kelas Gardi. Seluruh murid SMA Harapan Jaya dikejutkan dengan pemberitahuan yang diucapkan langsung oleh sang Kepala Sekolah mereka.

Ada dua hal yang mengejutkan disini.

Pertama, Pak Haryanto selaku Kepala Sekolah mereka sendiri yang menyampaikan berita itu. Ini Pak Haryanto, loh. Tidak tau saja bahwa dia masuk ke dalam 'daftar kepala sekolah paling misterius'. Makanya, saat ia berdiri di podium aula, seluruh aula yang tadinya berisik seketika hening. Sungguh mengejutkan.

Yang kedua, berita yang disampaikan beliau adalah ditemukan mayat di hutan yang tidak jauh dari sekolah ini.

Cukup membuat syok memang. Tapi yaudah, hanya ditemukan mayat dekat hutan ini toh, apa salahnya?

"Dan dia adalah salah satu murid Harapan Jaya." Ucapan tegas Pak Haryanto membuat keheningan mencekam.

"Sayang sekali, kalian kehilangan satu teman kalian."

"Murid kelas X IPS 3 bernama Rafi Kaslavo." Entah siapa yang memulai, namun terdengar isakan kecil yang makin lama makin terdengar banyak.

Ada juga yang berbisik tidak percaya, sedangkan mereka yang tidak mengenal orang itu hanya menunduk dalam seakan ikut bersimpati. Tidak tau sungguhan atau hanya ikut-ikutan saja. Contohnya, Tika yang sungguh-sungguh merasakan kesedihan itu dan Gardi yang hanya ikut-ikutan saja.

"Untuk saat ini belum diketahui penyebab murid itu terbunuh, akan tetapi dilihat dari adanya barang yang hilang menunjukkan bahwa itu adalah perampokan."

"Dan tentu saja, orang yang melakukan hal keji itu belum ditemukan." Ucapan tajam Pak Haryanto membuat Tika mengangkat wajahnya dan menatap kepala sekolahnya.

Tatapannya menajam memandangi sesuatu, Tika pun ikut mengarahkan pandangannya. Disitu berdiri seseorang yang ia kenal memandangi Pak Haryanto dingin. Untung saja Tika tinggi, jadi ia dapat melihatnya.

Saat orang itu mengalihkan pandangannya ke arah Tika, dengan cepat Tika menunduk dan bersikap seakan-akan tidak melihat apapun.

Untuk saat ini, otak Tika dipenuhi oleh bermacam-macam dugaan. Buruk dan tidak berperasaan.

*****

Para siswa kembali ke kelas masing-masing. Dan yang tadi Tika lihat, Gardi tetap diam di tempatnya lalu Pak Haryanto seakan memberi isyarat "ikut saya" dengan menggerakan wajahnya.

"Apa? Apa ini cuma firasat gua?" bisik Tika bertanya-tanya.

Tika terus memikirkan hal itu sepanjang pelajaran berlangsung, sehingga membuatnya tidak fokus pada penjelasan guru.

Dua kali Tika ditegur guru yang sama dan saat pelajaran guru itu selesai, ia segera memanggil Tika.

"Iya, Bu?" Balas Tika ketika mendengar namanya disebut.

Hanya dengan melihat wajah guru itu saja seluruh siswa kelas itu tahu jika sang guru kesal terhadap murid yang ada di hadapannya saat ini.

"Kamu, bawa ini ke ruang BK. Jangan sampai ada yang jatuh, rusak, ataupun tertinggal." Tegas Bu Ira.

Mendengar itu Tika mengangguk paham. "Dan jangan minta bantuan siapapun." Lagi-lagi Tika mengangguk.

Dengan cepat, Tika membawa kardus berisi kertas-kertas itu ke  ruang BK.

Saat dirinya sudah tidak melihat guru menyebalkan itu, Tika menghela nafas. "Untung aja dia guru." Ucap Tika kesal. Jika bukan sudah ia maki-maki sejak tadi.

Dan sepanjang perjalanan banyak sekali yang menawarkan bantuan pada Tika. Mungkin efek kasihan. Dari yang perempuan hingga laki-laki. Adik kelas hingga kaka kelas.

Jangan tanya kenapa bisa seperti itu, tentu saja karena popularitas Gardi yang menjabat sebagai pacarnya saat ini. Tidak semua orang membenci fakta bahwa Tika adalah pacar Gardi. Ada juga yang mendukungnya dan Tika sungguh sangat mengahargai itu.

'Tok-tok-tok'

Setelag mendengar ucapan "masuk." Tika segera memasuki ruangan.

Setelah bersusah payah, akhirnya Tika berhasil meletakkan kertas-kertas itu dengan indah.

"Permisi, Bu." Tika mengangguk penuh hormat saat ingin meninggalkan ruangan.

Baru 4 langkah ia berjalan tiba-tiba terdengar bunyi gaduh dari sebelah ruangan. Tika terpaku lalu saling tatap dengan sang guru BK.

"Ruangan sebelah itu kenapa, Bu?" Tanya Tika penasaran.

"Ah, itu..." Bu Afi tersenyum segaris.

Tika mengernyit, Bu Afi melanjutkan, "Kamu diem-diem aja ya soal ini." Ucapnya pada Tika.

Meskipun tidak mengerti, Tika menjawab. "Iya, Bu."

Setelah itu Tika berjalan keluar ruangan dan menemukan bunyi itu lagi. Ah, Tika jadi penasaran karena Bu Afi berbicara seperti itu. Seandainya saja Bu Afi tidak membicarakan itu...

Akhirnya, Tika berbalik arah lalu sampailah dia pada ruang BK ini, lagi.

'Bunyinya disebelah ruangan.' Lalu Tika melihat kedua ruangan yang berada di kanan kiri ruang BK, dan dua-duanya gudang. Yang satu terpakai untuk alat olahraga dan yang satu lagi...

Ini ruang guru yang ditutup 4 tahun yang lalu. Kata kakak kelas, dulu disitu pernah terjadi sebuah insiden. Tapi tidak ada yang mengetahui insiden itu detailnya. Orang yang mengetahui pun disuruh tutup mulut oleh pihak sekolah.

Tika berdecak mengingat itu, pihak sekolah ini ga berfikir apa? Yang ditutupin begitu justru malah bikin siswa penasaran dan nyari tau.

Mengikuti insting, Tika masuk ke ruang yang sudah ditutup dan disebut 'gudang' itu. Seharusnya ada gembok di bagian kenop pintu, tapi sekarang tidak ada.

Dugaannya makin menguat. Tika langsung saja membuka pintu dengan pelan.

Semakin terbuka, mata Tika perlahan melebar hingga sempurna.

Lagi-lagi orang yang dia kenal terlibat dalam hal ini.

"Rega...?" Bisiknya terkejut.

*****

:') maaf telat apdet

My Boyfriend is PsycopathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang