003

14.7K 802 27
                                    

Hari ini, sekolah SMA Harapan Jaya tetap terlihat seperi biasanya. Siswi-siswi tetap bergosip seperti biasanya. Sedangkan siswa tetap menggoda siswi-siswi cantik yang terkadang lewat di hadapan mereka.

Namun, ada satu hal yang berbeda.

Pria itu.

Bukan, ini bukan tentang Gardi.

Guru? Guru baru?

Saat pria itu lewat, siswa dan siswi langsung terdiam. Mungkin karena dia adalah guru baru. Mungkin karena dia sangat tampan untuk ukuran seorang guru.

Atau mungkin...

Seketika, guru tersebut melewati Tika. Setelah sebelumnya menatap Tika selama 2 detik.

... Mungkin karna aura yang dihasilkan oleh guru baru itu.

Saat melewatinya, Tika bisa merasakan aura itu bisa membawa sesuatu yang buruk. Namun juga bisa membawa sesuatu yang baik di kehidupannya.

Dan Tika hanya perlu membiarkan takdir membawanya untuk mengetahui hal apa yang akan dilakukan oleh pria itu terhadap dirinya, dan kehidupannya.

*****

"Woy!" Salah satu siswa tukang gosip di kelasnya membuka pintu dengan kasar. Nafasnya tidak beraturan, seperti baru saja melihat hantu.

"Huahh... Gila! Ada guru baru! Ganteng! Gua sebagai cowok terganteng di kelas ini merasa tersaingi! Gua gak terima lahir batin!" Dodi, nama siswa tersebut memberikan informasinya, membuat para siswi berbisik-bisik dan langsung menunjuk guru baru tersebut menjadi gebetannya.

Salah satu siswi perempuan bernama Talitha bangkit dari duduknya.

"Gua udah tau. Dan, kalian wahai para kaum hawa di kelas ini. Nyerah aja. Karna gue udah menunjuk dia sebagai gebetan gue. Dan, kalian tau 'kan kalau gue udah punya gebetan gimana? Gua bakalan singkirin orang yang ngehalangin gue, gimanapun caranya." Talitha memandang semua perempuan di kelasnya dengan senyum miring.

Lalu pandangannya tertuju pada Tika yang kini asik memainkan ponselnya. Talitha makin tersenyum. Dalam hati ia memantapkan, bahwa ia tidak akan kalah dengan Tika lagi.

"Dan untuk lo, Tika... Jangan harap lo bisa ngerebut gebetan gue lagi. Cukup Gardi aja yang bisa lo dapetin. Cukup Gardi aja yang bisa lo pelet. Asal lo gak pake pelet, gue pasti udah bisa dapetin hati Gardi, dasar jalang." Tanpa mempedulikan seisi kelas yang kini menonton mereka, Talitha tetap mengeluarkan uneg-uneg terpendamnya.

Tika mengangkat wajah dari ponselnya. "Ngomong sama gue?" tanya Tika menunjuk dirinya. Seketika itu membuat Talitha mendengus.

"Yaiyalah. Lo pikir gua ngomong sama siapa!?" Talitha menahan emosinya.

Tika hanya menatap Talitha dengan malas, lalu mengutak-atik ponselnya sejenak. Setelah selesai, ia memberikkannya pada Talitha. Melihat ponsel Tika, wajah Talitha seketika memerah.

"Halo." Gardi berucap dari ponsel Tika yang kini di loud-speaker sehingga seisi kelas dapat mendengarkan perkataanya.

"Talitha..." Gardi memanggil nama Talitha yang langsung membuat wajah Talitha semakin memerah.

"I-iya, Gar."

"Hai. Dengerin ya, Tika itu gak pernah ngasih gua pelet atau semacamnya. Dia itu udah ditakdirin untuk jadi pendamping hidup gue nantinya. Aduh, bahasa gue apa banget dah." Lalu terdengar gelak tawa dari ponsel Tika, sepertinya itu tawa dari teman-teman Gardi.

"Oke. Dengerin lagi baik-baik. Lo gak dapetin gua itu, bukan karena Tika yang pake pelet, Tha. Karna gua sayangnya sama Tika. Dan karna Tika juga sayang sama gua, iya kan Re?"

"A-ah... I-iya." Tika menjawabnya dengan malu-malu. Mukanya kini ikutan memerah.

Mendengar jawaban Tika, Gardi tertawa dari balik ponsel. "See? Oh god! Cewek gue lucu ya?" Ucapan Gardi membuat teman-teman Tika tertawa. Dan Tika menutup wajahnya dengan kedua tangannya

"Talitha. Kalaupun Tika pake pelet saat ini, gue yakin meskipun dulu dia gak pake pelet, gue bakal jadian sama dia... Itu takdir hidup gue, Tha." Tika tersenyum mendengarnya. Talitha hanya terdiam.

"Oke. Bye semua. See ya."

Tut.

Sambungan dimatikan, kini tersisa keheningan di kelas Tika.

Talitha menghampiri Tika, lalu memberikan ponselnya.

Sebelum pergi, Talitha berkata dengan pelan sehingga Tika yakin hanya dia yang dapat mendengarnya, "Setidaknya, Gardi secara gak langsung mengakui kalau lo itu pake pelet, Tik." Dengan senyum miring khasnya, Talitha berlalu dari hadapan Tika.

Tika mengehela nafas lelah, lalu tersenyum. "Keras kepala. Seperti biasanya." gumam Tika pada dirinya sendiri.

*****

A/n :

Maaf pendek.

My Boyfriend is PsycopathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang