4. Truth

181 39 1
                                    

Dua hari sebelum pernikahan adalah jadwal yang diinginkan Seokjin untuk pemotretan prewedding mereka. Lokasi yang dipilih lelaki berbahu lebar itu masih di rumah Sena, tepatnya di kolam renang pribadi rumah tersebut. Untuk kedua kalinya Yoongi dan Hoseok harus berangkat ke sana.

Biasanya Yoongi akan sibuk sendiri mengecek kesiapan kameranya dalam perjalanan menuju lokasi pemotretan. Tapi entah kenapa, kali ini dia justru sibuk melamun sambil menopang dagu.

Hoseok yang memang sangat perhatian bahkan dalam hal sekecil debu pun, tidak betah untuk tidak bertanya.

"Sedang memikirkan apa, Hyung?"

Yoongi yang sejak tadi sudah nyaris seperti patung pun menghela napas. "Aku memikirkan bagaimana rupa anakmu nanti, Seok-a. Kuharap kalau dia laki-laki, dia akan mirip denganku."

CKIIIIT!!

Yoongi sama sekali tidak terkejut ketika mobil dihentikan tiba-tiba, bahkan meskipun badannya terdorong ke depan dan nyaris kepalanya membentur dashboard mobil, tampangnya datar-datar saja saat membalas tatapan kesal Hoseok.

"Lain kali kalau kau bicara yang tidak-tidak lagi, aku akan menendangmu keluar, Hyung."

Yoongi menggendikkan bahu cuek. Kembali dia membuang pandangan keluar jendela sambil menopang dagu. "Sepertinya aku hampir gila, Seok-a."

"Kau bahkan sudah masuk taraf gila," ketus Hoseok sambil menunggu lampu lalu lintas berganti hijau.

"Ah ya ... kurasa kau benar."

Lelaki bersurai abu-abu itu menyandarkan punggungnya dengan nyaman di sandaran kursi. Tangan kirinya mengelus kameranya yang tergantung di leher. Pikirannya melalangbuana tidak mengikuti kemana arah matanya menatap. Hembusan hangat pun lolos dari katup bibirnya.

Hari ini, untuk pertama kalinya, dia berat melakukan pekerjaan ini.

Dia akan sangat bahagia melihat pasangan yang dipotretnya bahagia.

Tapi ... akankah dia juga akan bahagia nanti?

Mobil van itu kembali melaju sedang setelah lampu lalu lintas berubah hijau.

Tak lama kemudian sampailah mereka di rumah mewah bercat putih itu.

Sambil membawa alat-alat pemotretan, mereka pun bergegas memasuki rumah tersebut setelah dibukakan gerbang oleh pembantu yang sama seperti beberapa waktu lalu. Dalam jalanan setapak, Yoongi tak henti-hentinya mengedarkan pandangan. Ia mencari sosok itu. Sosok yang sama putihnya dengan warna rumah yang sedang ditujunya sekarang. Sosok itu tak terlihat di mana pertama kali dia menemukannya. Dan sosok itu juga tidak tampak di mana pun, bahkan di tempat-tempat yang berwarna sama putihnya.

Helaan napas kembali lolos dari bibir tipis Min Yoongi.

Oleh pembantu paruh baya itu, mereka dikomando menuju kolam renang. Beberapa meter sebelum mencapai lokasi, Hoseok dan Yoongi bisa mendengar alunan musik klasik yang sarat dengan makna romantisme. Suara itu terdengar makin jelas ketika mereka sampai di tepi kolam renang.

Dari sanalah suara itu berasal.

Sama halnya seperti beberapa waktu lalu ketika Yoongi mengunjungi rumah ini.

Tubuhnya terpaku di tempat.

Matanya menatap lurus ke depan pada seorang gadis albino yang telah dibalut dengan sebuah pakaian yang serupa warna dengan rambutnya.

Detak jantungnya menggila saat itu juga. Darahnya berdesir deras bak air terjun Niagara. Dadanya ... sesak.

Keanehan dalam tubuhnya makin bertambah kala seseorang yang memicu keanehan itu tengah berdansa dengan seorang pria berjas hitam rapi di seberang sana.

My Bride ; myg jhs ksj [completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang