1. Sope Photography

479 55 11
                                    

"Nona, tolong miringkan sedikit kepalamu ke kiri. Nah, bagus. Tahan."

Ckrik.

"Oke. Sekarang ... Tuan, biasakah kau rangkul pinggangnya dengan lebih erat? Ya! Bagus! Tahan!"

Ckrik.

"Saling pandang satu sama lain, nah ... bagus. Senyuuum!!"

Ckrik.

"Oke, selesai."

Pria muda bersurai abu-abu yang memegang kamera mengangguk sambil memamerkan senyum manisnya ketika pasangan yang baru menikah itu berterima kasih padanya. Ia pun menghampiri seorang pria muda lain yang sejak tadi terus memangku laptop di sebuah bangku kayu. Menghempaskan diri di sampingnya sambil menanggalkan tali kamera dari leher jenjangnya.

"Bagaimana?"

Lelaki yang memangku laptop mengangguk puas. "Kau memang yang terbaik, Hyung."

Si fotografer tersenyum lebar, menampilkan gigi-gigi kecilnya yang putih dan rata. "Tentu saja. Kau harus mengeditnya dengan baik, eo? Awas kalau kau merusak karyaku."

"Ya, ya, ya."

Ia tersenyum tipis sambil menyandarkan kepalanya di bahu kawan yang memanggilnya 'hyung' itu. "Aku lelah sekali."

"Aish, jangan begini. Kau mau orang-orang menganggap kita gay?"

Bukannya menjauhkan diri, lelaki bersurai abu-abu itu malah iseng memeluk kawannya. Ia dengan sengaja bermanja-manja sambil menggumamkan, "Hoseok-a, hyung lelah. Eotteohke? Eotteohke? Hyung butuh belaian."

Hoseok mendorong tubuh si surai abu-abu dengan wajah kesal dibuat-buat. "Menyingkir dariku, Hyung! Kalau kau mau gila jangan ajak-ajak aku! Cari istri sana, aish!"

Si fotografer yang bernama Min Yoongi itu, tertawa keras mendengar ocehan kesal kawan kerjanya. Ya, mereka bekerja di tempat yang sama. Di studio foto yang dikenal dengan nama Sope Photography. Studio foto mereka menerima berbagai macam permintaan pelanggan, seperti foto untuk buku tahunan sekolah, foto keluarga termasuk juga foto prewedding seperti yang baru saja mereka lakukan. Awalnya Sope ini dibuka hanya oleh dan dengan mereka berdua sebagai pekerjanya, tapi sekarang, para pekerja di Sope makin banyak karena banyaknya orang yang menyukai hasil-hasil foto Yoongi. Awalnya Yoongi memegang semua jenis foto, tapi sekarang karena banyaknya pelanggan yang membutuhkan jasa Sope, Yoongi memutuskan untuk fokus pada bagian foto prewedding dengan Hoseok sebagai asistennya.

"Setelah ini kita harus ke Jungnang-gu untuk bertemu dengan Tuan Kim Minseok."

"Dia yang terakhir 'kan?"

Hoseok mengangguk mengiyakan. "Hm, dia yang terakhir."

"Oke, kaja."

--

Yoongi akhirnya bisa menghempaskan tubuhnya ke ranjang kesayangan setelah melalui hari kerja yang cukup padat. Hari ini dia dapat 3 job untuk foto prewedding. Dia hanya datang ke studio untuk mengambil dan menyimpan alat-alat pemotretan serta mengadakan rapat harian singkat dengan para karyawan, sebelum berkelana keliling Seoul menyetujui permintaan pelanggan. Dan sekarang, pukul 7 malam, akhirnya dia bisa kembali juga ke apartemen tercinta.

Sebenarnya bisa saja Yoongi memberikan job itu pada anak buahnya. Toh dia adalah direktur dari Sope yang tugas sebenarnya hanya berada di ruangan sambil mengontrol kerja perusahaan kecilnya. Kalau dia adalah direktur, Hoseok adalah manajernya. Hoseok lebih talkactive dari Yoongi dan dia juga bisa membangun komunikasi yang baik dengan berbagai kalangan. Tapi karena pelanggan yang meminta Yoongi dan Hoseok untuk turun tangan sendiri, maka tidak ada yang bisa keduanya lakukan kecuali menerima permintaan mereka.

Kepuasan pelanggan adalah visi dari Sope Photography.

Karena itulah Yoongi rela membuang tenaganya dalam sehari hanya untuk para pelanggannya.

Ia berguling ke kanan dan kiri meresapi nyamannya singgasana besarnya. Penat perlahan tersedot menjauh dari tubuhnya. Tergantikan oleh rasa nyaman yang tak ingin ia lepas. Dipeluknya boneka Kumamon besar yang dibelinya melalui situs jual beli online barang-barang khas Jepang beberapa bulan lalu.

Mengenaskan.

Terlalu lama menyendiri selama 27 tahun membuatnya rela menghabiskan uang untuk membeli boneka berwarna hitam itu. Teman tidur. Teman cuddle. Karena dia memang tidak pernah punya pasangan, satu pun seumur hidupnya.

Drrrt.

Bibirnya mengerang pelan ketika suara ponsel menghancurkan momen bersantai-santainya dengan kekasih hati –read: Kumamon. Dia dengan malas membalik badannya ke kanan untuk mengambil ponsel yang sengaja dia simpan di nakas sisi kanan ranjangnya. Kedua alisnya nyaris bertemu di tengah setelah membaca sebaris nomor tanpa nama yang baru saja mengiriminya pesan.

"Ini siapa?" gumamnya sambil membuka pesan itu.

Fr: unknown

Benarkah ini dengan Suga dari Sope Photography?

Kerutan di dahi mulus Yoongi makin terlihat. Cepat-cepat dia membalasnya.

To: unknown

Ya, saya dengan Suga dari Sope Photography. Ada yang bisa saya bantu?

Suga adalah nama tenarnya sebagai seorang fotografi. Dengan nama itu dia berkarir dan membangun Sope Photography. S-ope, S-nya adalah Suga dan ope sebagai potongan dari nama tenar Hoseok, J-Hope.

Sebenarnya bukan itu yang membuat Yoongi bingung. Namanya sebagai Suga memang sudah dikenal di mana-mana. Tapi nomor ponselnya? Dia tidak pernah memberikan nomor ponselnya sebagai contact person. Jika ada pelanggan yang ingin memesan jasanya, biasanya akan diarahkan ke e-mail atau nomor telepon kantor. Sekalipun tidak ada pelanggan yang tahu nomor ponselnya.

Pesan dari nomor yang tak dikenal itu muncul lagi.

Fr: Unknown

Lama tidak berjumpa denganmu, chingu-ya. Ini aku, Kim Seokjin. Teman satu kamar asramamu sewaktu SMA.

Sekarang kerutan di dahi Yoongi hilang, lalu tergantikan dengan mulutnya yang sedikit terbuka. "Ternyata Seokjin."

Mereka pun terlibat kontak yang cukup lama. Seokjin mendapatkan nomor Yoongi secara cuma-cuma dari salah satu temannya yang menjadi karyawan Yoongi. Seokjin mengiriminya pesan karena dia ingin memesan jasa Yoongi sebagai fotografer untuk prewedding-nya. Lelaki yang Yoongi kenal memiliki wajah tampan bak artis dan bahu yang cukup lebar itu ternyata akan menikah dengan seorang gadis percampuran Rusia-Korea Selatan.

Yoongi menghela napas. Bahkan kawannya saja sudah ada yang mau menikah, tapi dia pacaran malah belum pernah sama sekali.

Ia pun mengembalikan ponselnya ke atas nakas setelah menyetujui permintaan Seokjin. Tubuhnya telentang di atas ranjang berukuran king size itu. Namun ruangan yang tersisa masih sangat banyak karena tubuhnya yang kelewat tinggi kurus. Matanya tetap terbuka lebar sembari memperhatikan langit-langit kamarnya.

Entah mengapa dia membayangkan siapa wanita yang akan menjadi calon istri Seokjin. Karena selama ini yang dia tahu, Seokjin tidak pernah sekalipun dekat dengan wanita, sama sepertinya.

Kemudian dia menyadari kalau dia telah berpikir terlalu jauh.

"Kenapa aku malah memikirkannya? Ck, bukan urusanku juga."

Segera diraihnya boneka Kumamon kemudian memeluknya sangat erat.

TBC

My Bride ; myg jhs ksj [completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang