"Mati gue! Ngapain dia di situ? Apa dia nungguin gue? Gue harus ngapain biar dia nggak liat gue?"Alona terkejut melihat sosok cowok yang selalu menjadi momok menakutkan di kepalanya. Tanpa ia duga, Danish telah menunggunya di depan kelas. Dengan balutan hoodie abu-abu Danish menyandarkan punggungnya pada daun pintu kelas 11 IPA4. Terlihat dengan jelas bahwa kehadiran Danish di sana tengah menunggu seseorang yang sudah pasti merupakan penghuni kelas itu.
Alona berusaha untuk memikirkan cara agar bisa masuk kelas tanpa diketahui oleh Danish. Tapi tidak seperti biasanya, dimana ia selalu bisa menemukan cara untuk semua masalah. Kali ini, otaknya beku jika harus mencari cara untuk masalah yang menyangkut Danish.
"Aduhh otak, pikir dong gimana caranya! Jangan beku gini, gue butuh lo sekarang," gumam Alona sambil memukul pelan kepalanya.
"Toni, Sini deh!"
"Kenapa Al? Tumben lo manggil gue"
"Gue boleh pinjem jaket lo nggak? Bentar doang kok, cuma sampai gue masuk kelas aja. Habis itu jaket lo gue kembaliin di meja lo"
Tak ada jawaban dari Toni, ia hanya diam dengan tatapan kosong yang sungguh menakutkan Alona jika ia menolak permintaannya.
Alona memutar bola matanya, "Istirahat gue yang bayarin lo makan bakso pak Adin"
"Deal! Inget ya, balikin jaket gue. Ini jaket mujarab"
"Thank's"
Dengan segera, Alona mengambil jaket hitam Toni. Awalnya tak ada ragu bagi Alona untuk memakainya, hingga Toni pergi meninggalkannya.
Ia mencium sesuatu yang tidak enak di dekatnya, seperti bau pakaian yang terkena keringat dan tidak dicuci selama 1 bulan, tidak tapi 4 bulan.
"Bau apaan nih? Asem banget baunya?!"
Alona mengendus asal bau yang tidak sedap itu, "Gila! Parah banget baunya. Berapa tahun ini jaket nggak dicuci?! Kalo nggak buat ngehindar dari Danish, gue nggak bakal mau pakai jaket ini!"
Tanpa memperdulikan bau yang melekat pada tubuhnya, Alona berjalan menuju kelasnya dengan berhati-hati agar Danish tidak melihatnya.
Semakin lama, langkah Alona semakin dekat dengan pintu kelasnya. Ia hanya bisa mengintip sedikit ke bawah, ke arah kemana langkah kakinya itu berjalan.
Ssttt! Langkah Alona terhenti saat ada tangan lain yang menahannya.
"Tunggu,"
Terdengar suara cowok yang membuat lutut Alona lemas. Tanpa meminta izin ke pemakainya, cowok itu langsung membuka topi pada jaket yang Alona kenakan saat itu.
"Alona? Ngapain kamu ngendap-ngendap gitu? Kayak maling aja"
"E-em kak Danish? Ngapain kakak di depan kelasku?"
"Loh, kok kamu balik nanya? Tapi nggakpapa kok, aku lagi nunggu someone"
"Oh, lagi nunggu anak sini? Kalo gitu, aku masuk dulu ya kak"
"Eh tunggu,"ucap Danish sambil menahan pundak Alona.
Mati lo Al, dia nahan lo lagi.
"I-iya kak? Ada apa ya?"
"Aku ke sini nunggu kamu"
"Ha? Nunggu aku? Ada apa ya kak? Katanya tadi nunggu someone?"
Danish tersenyum tipis sambil memegang pundak Alona dengan tangan kirinya, sementara tangannya yang lain mencubit hidung Alona, "Iya, someone-nya itu kamu"
Gombalannya receh, tapi bikin lutut gue lemes. Plis stop.
"Tapi, kok tiba-tiba di sini jadi bau ya? Kamu nyium nggak?"
"Eh, bau apa loh kak?"
Danish mencoba mencari asal dari bau yang mengganggu hidungnya yang lancip itu.
"Emm Al, kayaknya baunya itu dari jaket kamu deh"
"Jaket aku?"
"Iya, jaket yang sekarang kamu pakai"
"Oh, ini bukan jaket aku. Ini jaketnya Toni, tadi aku pinjem buat nutupin muka aku biar kak Danish nggak bisa liat aku masuk ke kelas" ucap Alona polos.
Danish hanya bisa menahan tawanya setelah mendengar semua penjelasan Alona yang keluar begitu saja. Ia tak menyangka jika Alona rela untuk memakai jaket yang baunya tidak sedap itu, demi menutupi wajahnya agar tidak terlihat olehnya.
Lucu. Satu kata yang mampu mendeskripsikan kejadian saat ini.
"Kamu itu ya, lucu banget. Sampai rela pakai jaket Toni buat nutupin wajah kamu yang manis ini"
Pipi Alona seketika berubah menjadi merah. Merahnya pipi Alona itu terjadi bukan karena ia sakit demam, atau menggunakan make up. Tetapi, itu merupakan merah alami yang ia dapatkan setelah mendengar kata-kata Danish yang manis bak madu hutan.
"Oh ya, ada apa ya kak tiba-tiba nyari aku?"
"Nggak ada apa-apa"
"Loh"
"Iya, aku cuma mau lihat, sama nyapa kamu untuk pertama kalinya dihari ini"
"Yah, kalo gitu kakak telat. Aku tadi udah disapa duluan sama pak Joni"
Pak Joni merupakan salah satu dari 5 satpam yang menjaga disetiap pintu gerbang sekolah. Pak Joni, biasanya menjaga pintu gerbang utama.
"Gitu ya? Berarti aku kalah dong sama pak Joni?"
"Ya bisa dibilang gitu"
Tak terasa bel tanda mulainya pelajaran pertama berbunyi. Kini, saatnya bagi seluruh murid untuk masuk ke kelasnya masing-masing. Begitu juga dengan Danish dan Alona. Mereka berdua harus segera masuk ke kelas sebelum guru piket datang untuk melihat siapa saja yang berusaha kabur dari jam pelajaran.
"Udah bel, kamu masuk gih nanti guru piket datang. Aku juga mau balik dulu. Bye"
"Oke"
Kepergian Danish membuat Alona dapat bernafas lega. Tapi, itu semua tidak berlangsung lama. Karena, tiba-tiba ada seseorang yang berusaha mengejutkannya dari belakang.
"Cie cie, ada yang udah mulai nerima kakak karate tuh"
"Lo apaan sih Rin, sukanya bikin orang kaget aja!"
"Halah, lo ngeles aja Al. Gue daritadi ngeliatin kalian berdua tau, mulai yang lo ngendap-ngendap sampai yang kak Danish keduluan pak Joni buat nyapa lo hari ini"
Decak Alona, "Udah ah, gue mau masuk. Mau ngembaliin jaket Toni!"
"Jaket Toni ngapain lo bawa? Lo sekarang jadi tukang laundry?"
"Katanya tadi lo dengerin semua percakapan gue sama Danish? Trus, ngapain lo nanya lagi ke gue?"
Alona kembali melangkahkan kakinya menuju mejaToni, ia mengembalikan jaket Toni yang telah ia pinjam untuk menutupi wajahnya dari Danish tadi.
〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰
HolaaaIni chapt pertama dari Alolo, gimana?
Jangan lupa Vote sama CommentAku nunggu vomments dari kalian semuanya
Vote 10+ for next chapt?
I hope you like this chapt
Seeyou...
KAMU SEDANG MEMBACA
Alolo
Teen FictionDisaat Alona memutuskan untuk pergi meninggalkan kota Jakarta yang telah membuatnya kesal, dan menyesal. Pada saat itu pula Alona bertemu dengan cowok yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya. Cowok itu adalah Galang. Galang menyukai apa yang Alona t...