2. Sebuah Alasan dan Kesendirian

7 4 1
                                    

2

Bintang dan bulan berada ditempat yang sama, hanya jarak yang memisahkan mereka, tapi mereka mempunyai persamaan yaitu; sama-sama memberikan sinarnya.

30 menit telah berlalu, suasana sekolah pun telah sepi siswa dan siswi nya telah meninggalkan sekolah untuk pulang kerumah-nya masing-masing.

Hanya tersisa 2 manusia yang sibuk dengan pekerjaan-nya masing-masing. Yang satu sedang mengepel lantai, satu-nya lagi sedang membersihkan papan tulis yang berwarna putih bersih.

Neta bersyukur dan berterima kasih dengan Rian, karena mau membantu-nya ya walaupun dirinya masih menutup mulutnya jika Rian mengajak bicara.

Setetes air mulai muncul dari kening Rian, membuat Neta merasa bersalah. "Uuh Rian sudah sini biar gua aja yang lanjutin, lo mendingan duduk aja pasti lo cape kan?" suruh Neta menghampiri Rian yang sedang berdiri dekat pintu.

"Lo nggak lihat ini udah mau selesai Neta" gumam Rian dengan menatap Neta lalu membawa ember dan pelan untuk ditaroh ke kamar mandi.

Neta langsung berlari menghampiri Rian,
"Rian tunggu dong!" teriak Neta

Sedangkan, Rian tersenyum kecil, tentu dirinya sangat senang membantu Neta untuk membersihkan kelas.

Ini yang membuat Rian menyukai Neta, sedari tadi Neta tidak mau berbicara kepada-nya, tapi tadi Neta ngajak ngomong diri-nya. Untung saja dirinya bisa mengendalikan diri. Hahaha tawa Rian.

"Hus,,hus Rian lo cepet banget sih jalannya cape tau gua" ucap Neta sambil mengelap keringat yang mengalir diwajahnya.

"Tadi katanya nggak mau ngomong tapi sekarang kayanya ada yang berubah nih." sindir Rian,

"Iya gua minta maaf ya soal tadi, dan terima kasih ya lo udah mau bantu gua." ucap Neta tulus.

"Iya" Rian mengambil sesuatu didalam kantong celana-nya, lalu membersihkan wajah lelah Neta dengan sapu tangan hitamnya.

"What the hell, ini gua mimpi apa Rian ngelapin wajah gua??"

Saling menatap, Rian dan Neta saling beradu mata dan akhirnya.

"Apaan sih lo ini, udah sini gua mau pulang udah sore soalnya." Neta langsung mengambil sapu tangan yang dipegang Rian, lalu pergi berlari meninggalkan Rian dengan campur rasa.

"Kenapa tuh anak" gumam Rian lalu pergi.

"Tadi nyaman banget tapi sih Neta malah ngacauin."



"Woy kodok balikin ciki gua, kalau mau ambil sendiri." teriak Riki saat makanannya diambil oleh Rian.

"Slow men jangan teriak-teriak nanti sih Andi bangun dari tidur cantiknya" jawab Rian sambil menunjuk Andi yang sedang enak-enak tidur di kasur empuknya.

"Bodo amat, dasar kodok" gumam Riki kembali melanjutkan main ps-nya, sedangkan Rian sedang duduk didepan meja belajar-nya sambil membaca buku.

"Mamak,,, gua kalahkan" teriak Riki saat orang yang dipainkan-nya kalah.

"Awas lo gila gara-gara games" seru Rian yang masih membaca bukunya.

"Gua mah nggak bakal bikin gila, awas malah lo yang stress nanti gara-gara baca buku terus." balas Riki yang langsung mendapat tatapan tajam dari Rian.

End of a DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang