SATU

2.1K 91 4
                                    

"Yang itu namanya Tam, keturunan Indo-Thai kelas XIA4 jago main gitar lho," kata Mei saat jam istirahat sambil menunjuk sosok cowok secara acak yang ada di seberang lapangan.

Arin hanya bisa tersenyum dengan sedikit bingung dengan sosok mana yang ditunjuk mei pada saat itu.

"Yang lagi ngobrol di sana itu, namanya Shin  asli Korea tapi dia tinggal di indonesia udah lama jadi bahasa indonesianya lumayan fasih, langganan peringkat 1 pararel di sekolah," kata Mei dan kali ini dengan nada lebih antusias.

"Oh..," Arin hanya bisa berkata oh mendengar Mei yang sibuk berceloteh tentang cowok-cowok di sekolahnya.

Wajar saja Arin masih belum terbiasa dengan pemandangan seperti ini karena dia masih dalam masa adaptasi di sekolah barunya. Ini adalah bulan pertama arin sekolah di jakarta tepatnya di "Wedsney International of School". Sekolah ini emang berbeda dengan sekolah pada umumnya, yang paling mencolok yaitu siswa-siswinya yang notabennya adalah anak-anak luar negeri yang dinggal di Indonesia atau yang orangtuanya merupakan warga Negara asing.

Selain muridnya yang berbeda, bangunan dan fasilitas yang ada di sekolah ini dibuat sedemikian rupa sehingga berstandart internasional. Arin yang merupakan pindahan dari kota yang agak kecil tentu saja canggung dengan keadaan sekitar kelas. Ia tak tau mengapa ayahnya ngotot untuk memasukkannya disekolah seperti ini. Arin yang biasanya mudah untuk beradaptasi kali ini jadi sedikit ragu-ragu.

Bahasa yang digunakan disekolah ini memang beragam namun dalam pelajaran belajar mengajar menggunakan bilingual dengan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Namun, untuk komunikasi sehari-hari biasanya siswa siswinya menggunakan bahasa Indonesia campur bahasa Inggris dengan logat khas negara mereka. Bukan karena Arin tak bisa menggunakan bahasa Inggris dengan baik dan benar. Hanya saja rasanya canggung.

 "Kamu tenang aja, ngak usah canggung. Nanti juga terbiasah" katanya sambil menepuk bahu Arin yang lagi bengong.

Arin hanya tersenyum.  "Loe kok fasih banget sih bahasa Indonesia. Padahal kan loe pindahan dari Jepang?"

"Emangnya perlu berapa tahun supaya bisa lancar bahasa Indonesia dan bahasa gaul di sini?" jawab Mei asal.

"Atau loe pingin gue pakai bahasa jepang?," kata Mei seraya mengucapkan kalimat dalam bahasa jepang yang ngak begitu di mengerti arin. Arin pun tertawa.  

"Ya, ngak gitu juga sih,, cuman aku heran aja,, bahasa loe itu fasih banget kayak udah jadi bahasa sehari-hari aja,"

 "Lo tau ngak sih, di kyoto, keluarga gue masih pake bahasa Indonesia untuk berkomunikasi sehari-hari di rumah. Katanya sih supaya budaya Indonesia di keluarga kita ngak ilang,".

 "Wow" puji arin. Mei hanya mengangguk sambil tersenyum.

"Eh besok lusa kita liat pertandingan basket di GOR sekolah yuk, kelas 10 lawan kelas 11 lho.. sayang kalo di lewatin"

FEELSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang