Get drunk

1.1K 81 0
                                    

Bales dendem Ashilla ke gue itu sama sekali gak lucu dan beresiko tinggi. Iya. Bisa aja gue ngeluarin itu Anjas dari klub gue. Bisa aja gue hajar Anjas dan bisa aja dia dikeroyok anak-anak. Bisa aja gue, nyamperin Ashilla dan marah-marah sama dia.

Man. Dia masih berstatus tunangan gue dan apa? Dia deket sama Anjas? Minta dihajar terang-terangan itu Anjas.

"Shill, kamu dimana?"

Ashilla bilang dia lagi di rumah temennya, ngerjain konsep entah apa. Sejak balik dari Jerman beberapa minggu lalu, Ashilla udah sibuk cari kerja dan ikut usaha kecil-kecilan.

"Aku kau ketemu, sekarang..."

"Kamu bukannya ada..."

"Gak ada flight. Aku mau ngomong sama kamu..."

"Fine. Ketemu di tempat biasa aja, aku otw..."

Pernah gue bilang Ashilla berubah?

Sejak setahun belakangan ini, dia berubah jadi dingin. Dingin sama gue doang. Semanis apapun gue mencoba deketin Ashilla, sepahit itu Ashilla nolak gue.

Gue ajak dia married beberapa bulan lalu. Dan apa jawabannya?

"Aku masih mau cari kerja, Yo..."

"Kamu gak perlu kerja, aku bisa hidupin kita" sounds arrogant, huh? Ya, karena gue emang mampu kasih Ashilla apapun. Dia mau minta tinggal di Dubai dan jalan ke santorini tiap sore juga bisa.

Ashilla marah waktu itu, "Apa?! Aku mau kamu tau ya, Yo! Aku gak mau harus bergantung sama kamu begitu. Aku mau kerja. Aku mau kasih liat sama Mama Papa dan kakak aku kalo mereka gak sia-sia sekolahin aku jauh-jauh..."

Gue mencoba lagi jelasin ke Ashilla, "Bukan gitu, sayang. Kamu boleh kerja, aku janii aku gak akan halangin kamu buat cari mimpi kamu..."

"Aku gak siap, Yo. Aku masih mau main. Aku masih mau cari yang lain. Kalo kamu mau nikah, kamu bisa..."

"Kamu ngomong apa sih, Shill? Kalo aku bilang aku bakal tunggu sampe kamu siap ya aku tunggu. Kamu jangan coba-coba cari pengalihan biar kita pisah, deh" kata gue akhirnya motong omongan dia.

Gila. Gila emang hubungan gue sama Ashilla.

Dan akhirnya, gue sampe di cafe langganan kita. Ashilla duduk manis di tempat favoritnya dan langsung gue samperin.

"Maksud kamu apa pdkt sama Anjas?"

Ashilla noleh dan ngeliat gue, "Aku sama Anjas udah pacaran... He's cute. Aku pikir kalo kamu punya pacar, i gotta have one"

Gue gebrak meja sambil ngeliat dia, "Gak sahabat aku juga Shill"

"Ngaca pak kalo ngomong..."

Damn. Masih aja Ashilla gak bisa maafin gue. "Fine. Berapa lama kamu mau sama dia?"

"Seminggu. Terus aku selesai. Aku balik sama kamu"

Gue ngangguk aja. "Seminggu. Kita break satu minggu. Habis itu kamu balik sama aku, Shill. Udah kelar udah semua permainan ini. We will end this soon. Habis itu cuma ada aku sama kamu"

"Coba aja, Yo. Ngomong aja terus kayak gitu sampe aku dinikahin sama cowok lain"

Gue deketin muka gue ke muka Ashilla akhirnya, siapa yang gak marah kalo ceweknya ngomong gitu. "Berani ada cowok lain diantara kita, Shill. Aku bunuh dia"

"Gila kamu"

...

Gue gak bisa mikir. Gue pergi clubing dan sampe akhirnya hangover dan gue gak sadarin diri di apartemen. Gue gak tau siapa yang bawa gue pulang.

Tapi paginya gue liat ada suau hanget di meja makan dan ada sarapan.

"Kata kamu break satu minggu tapi baru beberapa hari aja udah mabok"

Gue masih terlalu pusing buat nanggepin sarkasme Ashilla pagi-pagi begini. Gue milih duduk di kursi sambil mengumpulkan fokus gue

Ashilla deketin gue dan akhirnya mijit kepala gue, "Bisa gak sih, Yo berhenti mabuk?"

Gue diem aja

"Berhenti rusak diri kamu sendiri. Pikirin kesehatan kamu sendiri, Yo"

"Makanya nikah sama aku, Shill" kata gue

Ashilla diem

"Gak? Sampe kapan Shill kita kayak gini?"

Ashilla mijit kepala gue pelan terus duduk di samping gue, "Aku tinggal dulu, Yo. Anjas udah jemput"

Sialanlah.

Nothing Last ForeverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang