Get lost

1K 78 0
                                    

Entah sudah berapa bulan gue pacaran sama Desi. Setiap minggu kita berdua selalu ketemu dan selalu melakukan hal gila lagi dan lagi.

Sampai waktu itu, Fajar tiba-tiba ngegebrak meja gue sama Desi dan akhirnya Desi kaget. Gue mencoba menenangkan Fajar dan akhirnya gue ajak dia bicara di tempat lain.

"Ini alasan lo menghilang dari adik gue?"

Gue tahu, Fajar marah besar waktu itu. Tapi gue cukup muak karena Fajar ikut campur masalah gue. Siapa yang bisa tahan kalo pacaran harus ngumpet-ngumpet? Sama Desi, gue bisa bebas jemput ke rumahnya dan bisa ketemu sama orang tuanya.

Siapa yang tahan kalau pacaran cuma pegangan tangan doang dan harus nahan cemburu karena banyak cowok lain yang bisa ngelakuin hal itu ke cewek kita? Sama Desi, gue bisa bebas jadi diri gue sendiri. We take and give.

"Jar..."

"Lo selesein sendiri urusan lo. Jangan sampe lo bikin Ashilla nangis karena lo tau bakal berhadapan sama siapa" ancam dia terus pergi ninggalin gue

Gue balik lagi ke tempat dimana Desi nunggu gue. Sama sekali gak ada kepikiran Ashilla. Yang ada dipikiran gue adalah bagaimana pertahanin hubungan gue sama Desi.

"Kamu gak apa-apa yang?" Desi megang pipi gue

"Enggak..."

"Itu tadi siapa? Kok begitu sih?" Dan Desi menghela nafas

"Enggak bukan siapa-siapa. Temen aku aja lagi kesel kalah taruhan paling..." gue senyum ke Desi

"Dih, kok galak gitu? Kamu gak diapa-apain kan?"

"Enggak sayang..."

...

Seminggu kemudian gue ke Jakarta lagi. Dengan agenda yang berbeda tentu aja. Bukan mau ke Desi nagih jatah tapi gue diundang sama adik tingkat gue buat sparing basket.

Gue mantan kapten basket sekolah gue dulu dan beberapa alumni yang deket, temen-temen gue juga diundang. Gue dateng sendirian karena Fajar memilih dateng sama sahabat gue yang lain.

Ceritanya mau sparing lawan anak basket sekolah lain yang ternyata baru gue tahu adalah sekolahnya Andro. Berarti sekolahnya Ashilla. Gue menghela nafas dan akhirnya samperin temen-temen gue yang udah pemanasan di pinggir lapangan.

"Shilla! Cieeeee! Mau semangatin siapa sih di lapangan?"

Gara-gara suara itu, gue langsung noleh ke sumber suara dan ngeliat Ashilla lagi pakai seragam cheerleadersnya dan noleh marah-marah ke temennya. Rambutnya lagi dikuncir kuda dan pakai bandana. Warna pink itu selalu cocok di Ashilla.

"Eh! Eh! Itu kak Mario dadah dadah. Ih sapa balik sih..."

Ashilla yang gue lihat gak nyaman langsung geleng-geleng kepala dan tiba-tiba dia noleh ke gue.

Ada perasaan aneh waktu mata Ashilla menatap ke gue. Kangen? Marah? Kecewa? Entahlah

"Kalo lo gak mau sama Ashilla, yang namanya Mario siap nyamber kapan aja..." kata Andro pake nada ngancemnya dan sambil ngeremas bahu gue

Sakit. Sialan. Sejak kapan gue bisa diintimidasi anak SMA. Ini semua pasti kerjaan Andro yang mau balas gue. Dia pasti tahu dari Fajar tentang hubungan gue sama Ashilla

Battle mulai dari gue yang oper bola. Anak-anak cewek udah teriak-teriak manggil namanya Mario dan entahlah siapa.

"Kak Mariooooo! Mariooooo! Ashilla udah dateng nih kak"

Fix. Gue gak konsen main karena teriakan barusan. Entah ini ulah Andro atau bukan, tapi panasnya hati gue udah gak bisa ditahan lagi. Gue keluar dari lapangan akhirnya. Jalan dengan masa bodoh ke arah toilet dan langsung basuh muka.

Waktu gue mau balik ke lapangan, Ashilla sudah berdiri di deket pintu. Gue menghela nafas dan akhirnya pergi ninggalin dia.

...

Me : Shilla
Ashilla : Ini siapa?

Sabar Tyo, cobaan ini akibat lo berbulan-bulan gak kasih kabar ke Ashilla

Me : Pacar kamulah
Ashilla : Pacar? Masih inget punya pacar kamu?
Me : Aku mau minta maaf, ayo ketemu

Setelah mandi dan akhirnya gue siap-siap pamitan ke Tante Meta. Selama ini gue selalu pamit ke tempat Desi, tapi malem ini gue mau memastikan sesuatu dulu ke tempat Ashilla.

Mungkin gue jenuh karena backstreet terus. Mungkin gue jenuh karena Ashilla selalu sibuk sama dunianya. Mungkin. Mungkin gue sama Ashilla terlalu beda.

"Assalamualai..." salam gue mengecil karena ngeliat Andro sama temen-temennya lagi makan rujak di ruang tamu rumah Ashilla

"Loh? Bang Tyo?" Kata mereka kemudian pada nanya kenapa gue dateng kesana

Gue langsung narik Andro karena memang gue gak mau ketahuan pacaran sama Ashilla. Kenapa gue juga gak tau. "Ashilla mana?"

"Tidur" kata Andro males-malesan

"Serius lo? Gue jauh-jauh kesini bukan buat nungguin Ashilla bangun..."

"Ashilla juga gak butuh buang-buang airmata buat cowok kayak lo. Lo kenapa sih? Tadi dia nyamperin lo. Lo tuh bego ya, Yo?"

Kenapa jadi dia yang marah-marah?

"Ashilla tadi khawatir lo salah paham, ck..." Andro senyum licik ke gue, "Gak tau aja kalo cowoknya yang brengsek... Dia pikir lo marah karena kirain dia ada hubungan sama Mario. Padahal lo yang selingkuh ya?"

Gue diem aja

"Coba lo pikir, Yo? Nemu dimana cewek macem Ashilla? Dia dijaga sama bapaknya baik-baik. Lo malah rusak kebahagiaan anak orang. Masih untung kita pada diem tau lo main gila sama cewe lain...

"Gue emang brengsek Yo. Tapi gue gak macarin anak baik-baik dan nidurin pecun..."

"Berisik anjing. Kedengeran Ashilla gue hajar lo..."

"Lo kemana aja hampir setengah tahun hah? Ashilla setia bilang sama semua cowok kalo dia punya pacar tapi kelakuan lo macam bajingan kelas teri..."

Gue hampir aja mukul batang hidung Andro. "Lo yakin anaknya masih tidur?"

"Kalo dia beneran tidur lo mau ke rumah selingkuhan lo having sex sama dia?"

"Bangsat, Andro" kata gue sepelan mungkin, "Gue tungguin dia sampe bangun. Bilang gue dibawah..."

Nothing Last ForeverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang