"Terkadang semua ekspetasi tidak sesuai dengan realita"
--------------
Falencia POV
Hari ini adalah hari pertama aku masuk sma setelah libur kurang lebih 2 bulan. Wahh rasanya aku sudah tidak sabar menginjakkan kaki di sekolah baruku.
Setelah selesai mandi dan berpakaian, aku kembali bercermin lagi melihat penampilanku. Karena kurasa sudah puas dengan penampilanku, aku lekas mengambil tas ransel yang berisi peralatan tulis dan 2 buah buku saja, karena masih awal masuk, jadi belum ada mata pelajaran. Kuraih hape ku yang berada diatas nakas lalu menuju pintu kamar untuk turun.
Saat hendak keluar kamar, terdengar suara merdu mama yang berteriak dari bawah memberi tahuku untuk segera turun dan sarapan, dan tentu saja aku langsung membuka pintu dan berlari kecil menuruni tangga.
"Pagi ma, pa..." Sapaku sambil menuruni tangga dan memasang jam tangan.
Betapa kagetnya aku saat sudah berada tepat di depan meja makan, yang ternyata disana tidak hanya dihuni oleh mama dan papaku, tetapi juga ada Bian disana. Dan karena melihat dirinya yang tersenyum manis, membuatku cengo dan tak bisa berkata kata.
"Ah elah udah kali Len tuh mulut ditutup. Sampe kapan mau ngeliatin gue mulu?" Celetuk Bian sambil mengeluarkan senyum miring andalannya.
'Oh God, ngapain pake senyum kaya gitu sih lo. Makin ganteng tau ga si' batinku.
"Len udahan kali, ayo duduk, sarapan dulu" tegur mama seraya menepuk pundak ku pelan.
Aku hanya bisa mengerjap ngerjapkan mata dan memasang tampang polos sepolos polosnya, dan menganggap tidak terjadi apa apa sebelumnya.
Aku memilih duduk di sebelah mama yang langsung bersebrangan dengan Bian.
"Lah nih anak pagi - pagi ngapain kesini? Etdah bikin orang jantungan aja deh. Mana tuh gayanya cool lagi"
"Len lo bisa ga berhenti liatin gue? Gue tau gue ganteng, gausa diliatin sampe segitunya kali" ucap Bian memecah imajinasi terindahku.
"Lah? Mana ada gue liatin lo kunyuk! Ge-er amat dah lo. Lagian ngapain lo pagi pagi ke rumah gue? Ganggu pemandangan aja lo. Bikin mata gue sepet liatnya!" Cerocosku.
Mendengar cerocosanku, mama dan papaku hanya geleng geleng kepala saja, sudah merasa 'sangat' biasa dengan rutinitas kami yang isinya hanya debat gajelas.
"Gue kesini mau jemput tuan putri gue. Ada masalah?" Jawab Bian santai.
Sedangkan, apa dia tidak tahu bahwa disini jantungku sudah berdisko ria mendengar ucapannya yang sungguh santai itu.
Inilah yang tak kusuka dari Bian. Dia selalu memperlakukan ku seolah diriku adalah orang yang 'special'. Atau mungkin aku saja yang ke pd an dengan segala perlakuannya. Hahaha miris sekali. Tetapi, walaupun aku sering kesal karena ulahnya, tetap saja, dia adalah orang yang sangat berarti dalam hidupku.
KAMU SEDANG MEMBACA
KU TITIPKAN DIA PADA SENJA
Teen Fiction"Len seandainya gue bisa ngerubah jalan hidup ya Len..." "Lah emang napa kalau lo bisa?" "Gue gamau pisah sama lo Len" "Dasar bego lo! Mana mungkin kita pisah? Orang mulai dari kandungan aja udah barengan mulu" "Hehe ya kali aja Len.." "Lo ngomongi...