EPISODE I

29 0 0
                                    

Sarah berlari menapaki anak tangga ke ruang tunggu stasiun yang berada di lantai dua. Stasiun yang saat hari kerja selalu rame dengan hilir mudik pengguna kereta dalam kota, hari ini terasa agak sepi. Mungkin karena lagi pada libur ya.

Sampai di anak tangga teratas, informasi dari pengeras suara mengumumkan, kereta yang akan di tumpangi Sarah akan segera berangkat. Sadar, ga ada gunanya terburu-buru, Sarah memelankan langkahnya, "tunggu kereta berikutnya aja lah," ucapnya dalam hati.

Sarah mengatur nafasnya yang memburu, jalan menunduk melewati gerbang tiket, tanpa sadar Sarah menabrak seseorang di depannya yang reflex menoleh ke arahnya, Sarah pun sama reflex nya mengangkat kepalanya sambil meminta maaf. Yang di tabrak hanya menoleh dan tersenyum sesaat, sisanya, terus melangkah. Sarah membalas senyum sekilas itu, kemudian kembali memperhatikan mesin pemeriksaan tiket .

Sarah melewati gerbang tiket sambil menyebarkan pandangannya, mencari sosok laki-laki yang tadi ditabraknya. Tapi, sejauh mata memandang Sarah tidak melihat sosoknya. Sarah mencoba mengingat lelaki itu. Putih, jangkung, mungkin 170-180cm, t-shirt biru dongker, matanya jenaka dengan senyum ramah tapi terkesan dingin. Ntah kenapa, Sarah dengan gampang mengingat senyum itu, padahal hanya sekilas. Tapi seperti sudah lama mengenal senyum itu, bahkan dengan mudah Sarah mengingatnya kembali.

Kali ini Sarah menggunakan escalator untuk turun menuju peron satu, peron tempat keratanya akan berhenti. Tidak berbeda jauh seperti ruang tunggu diatas, peron pun terasa lengang. Sementara matahari sore itu berlahan menyentuh titik barat untuk memulai pagi di sisi lain bumi.

Sampai di ujung bawah escalator, Sarah memilih tempat duduk disisi kanan belakang dari tangga escalator. Sejenak Sarah memandang sekelilingnya, hanya ada, mmmm...ga sampe 10 orang sepertinya. Dari ujung atas escalator pun ga terlihat ada orang yang akan turun. Sarah menunduk mengamati handphonenya, ada beberapa chattingan yang belom sempat dia baca.

"Namaku Andre, kamu yang tadi nabrak aku kan?" Sarah nyaris terlonjak dari duduknya mendengar suara itu. Sosok laki-laki yang tadi di tabraknya berdiri di depannya. Sarah terdiam dalam kagetnya, bengong.

"Hai...kok bengong? Atau emang doyan bengong?" kali ini tangan andre menepuk di depan wajah Sarah, membawa Sarah kembali sadar dari kagetnya.

"Eh, maaf. Aku ga sengaja nabrak kamu tadi." Sarah menanggapi asal, gugup jelas terlihat dari suaranya. "aku tadi mencoba nyusul, tapi kamu ga keliatan lagi." Ups! Bela diri yang salah, pikir Sarah.

"Aku tau kamu mencoba nyari aku di ruang tunggu. Bagus juga ya kita ketemu disini, jadi kamu ga dikejar rasa bersalah." Andre bicara dengan nada bercanda, dan duduk di sebelah Sarah. "kalau ga keberatan, nama kamu?" Lanjut Andre.

"Eh iya, nama aku Sarah." Sarah mengulurkan tangannya untuk bersalaman. Ragu yang dibungkus senyum manis, Andre menyambut uluran tangan Sarah.

"hahahaha. Ga perlu gugup juga. Santai aja." Ketawa renyah itu membuat Sarah terkesima, dan melupakan sesuatu yang dia rasakan saat tangannya menggenggam tangan Andre. Jelas saja membuat Sarah mangkin gugup, Andre tau kegugupan yang berusaha di sembunyikan itu.

Tiba-tiba suara kereta meluncur menjauh. Sarah kaget, sejenak kakinya ingin mengejar kereta itu, tapi segera di urungkannya. Percuma, ga bakalan kedengaran. Toh, kereta lewat setiap 15 menit kok. "Tunggu saja." Begitu kata hati Sarah.

"Ga usah buru-buru, Sarah. Kan masih banyak kereta yang lewat. Lagian masih siang kok." Andre menunjuk ke langit yang memperlihatkan cahaya matahari. Sarah mengernyitkan dahinya, lalu memandang jam di pergelangan tangannya. Bingung terlihat jelas di wajah Sarah.

"aku tadi keluar dari kantor jam setengah empat, kenapa sekarang masih tetap setengah empat ya?" Sarah menyuarakan bingungnya.

"mungkin kamu tadi salah liat jam, Sar." Andre menjawab. "kita ngobrol yo. Aku sudah lama banget ga ngobrol sama orang-orang." Lanjut Andre.

"Yah. Kereta tiap lima belas menit kok," Sarah kembali duduk disisi Andre. Tangannya merogoh ke dalam tas, mengambil botol air, dan meneguk isinya. Seakan tersadar Andre memandanginya, Sarah menawarkan botol minumnya, Andre menolak dengan gelengan kepala. "Mau ngobrol apa nih, Ndre?" Lanjut Sarah sambil mengembalikan botol air ke dalam tasnya.

"Kamu kerja apa kuliah?" Andre memulai pembicaraan lagi.

"kerja sih. Kalo kamu?"

"Sama. Kamu kerja dimana?"

Obrolan yang sangat sederhana dan ringan sebenarnya, tapi Sarah merasa asik. Dan Andre pun terlihat menikmati. Beberapa kali Sarah seperti mendengar sesuatu menderu dan angin yang tiba-tiba menerpa agak kencang. Peron itu masih kosong, dan kereta yang di tunggu belum juga datang. Tawa renyah Andre di sela obrolan selalu membuat Sarah terkesima.

Sekali lagi angin menerpa wajah Sarah, membuat Sarah merapikan kembali rambutnya yang tertiup angin. Memalingkan pandangannya sejenak ke arah kereta datang, tidak ada tanda-tanda kereta datang, lalu kembali memandang Andre yang mengikuti arah mata Sarah.

"sebentar lagi kereta mu datang. Aku juga dah harus pergi." Andre mengembangkan senyumnya. Lesung pipitnya mengundang Sarah untuk ikut tersenyum. "Maaf, aku menahan kamu kelamaan disini. Kamu benar-benar membuat aku terpesona. Besok kita ketemu lagi ya." Sarah yakin pipinya memerah, buktinya terasa hangat. Sarah bermaksud menanggapi ucapan Andre, tapi Andre menunjuk ke arah kereta datang. " Tuh keretanya datang." Serta merta Sarah mengikuti arah tunjuk Andre.

"Ketemu disini lagi, Jam bera..pa?" Sarah mengembalikan tatapannya ke Andre, dan terbata ketika ga melihat Andre di kursi sebelahnya.

"Loh? Ndre! Andre?" Sarah memanggil Andre dengan suara tertahan. Agak kaget, karena di sekitarnya tidak sesepi yang dia rasakan tadi. Ada beberapa orang yang ikut menunggu kereta.

Kebingungan Sarah ga lama-lama, tidak sampai 1 menit kemudian kereta memasuki stasiun. Hari sudah gelap, jam di pergelangannya menunjukan jam 20.30.

"jangan bengong di jalan, mba. Masih banyak yang mau naik." Suara laki-laki di belakangnya membuyarkan pikiran Sarah. Dengan bingung Sarah bergegas masuk ke dalam kereta.

--------------------------------------------------IIIIIII------------------------------------------------------------

SUATU SORETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang