Episode 3

5 0 0
                                    

Seperti hari-hari belakangan ini, Sarah bertemu lagi dengan Andre. Dan seperti biasa, di stasiun kereta. Namun kali ini Sarah menemukan Andre tidak seperti biasanya, wajahnya yang biasa seger, kali ini kusut. Bajunya yang biasanya rapi dan bersih, kali ini terlihat berantakan. Dengan cemas terjadi sesuatu, Sarah berlari kearah Andre yang menunggunya di ujung peron dengan tubuh yang terlihat lunglai.

Andre memeluk tubuh Sarah erat, seakan tidak ingin melepaskan pelukan itu. Sarah menghilang dipelukan Andre yang tinggi besar. Ada tetes air mengalir dipipi  Andre, dan ini menambah kebingungan Sarah.

"Kenapa, Ndre?" Sarah bertanya bingung.

"Katakan Sarah, kamu maukan hidup dan menghabiskan sisa hidup denganku?" Ucap Andre sambil meregangkan pelukannya. Matanya tajam menatap Sarah menunggu jawaban. Sarah terdiam mendengar pertanyaan tiba-tiba itu. "Aku ga tau gimana jadinya, kalau kamu ga ada, Sarah," Lanjut Andre sendu. bulir air mata kembali menetes dipipi Andre, dia tidak ingin menutupi rasa gelisah dan takutnya.

"Ini yang membuat kamu seperti ini?" Sarah bertanya sambil memperhatikan penampilan Andre, lalu menarik nafas dalam. Pertanyaan Andre kembali mengiang ditelinganya. Membuat Sarah kehilangan kata.

"Sarah. Kamu mau kan hidup denganku?" Tanya Andre. Kali ini lebih lembut ditelinga Sarah. "Aku teramat takut kehilanganmu." Lanjut Andre sendu. Tanpa sadar Sarah menganggukan kepalanya pelan, yang membuat Andre terlonjak dan selanjutnya menarik kembali tubuh Sarah kedalam pelukannya. Andre menciumi rambut salah dengan bahagia "Aku bagitu takut dari sejak kamu pulang kemaren, Sarah." Ucap Andre samar.

Masih dengan mendekap Sarah, seakan tidak ingin lagi Andre melepaskannya, Andre berjalan menyusuri peron. Melewati orang-orang yang sudang menanti kereta. Dan diujung peron, turun melalui tangga. Sarah tidak pernah bisa bertanya tentang perubahan yang terjadi distasiun setiap dia bersama Andre.

Sebuah cahaya terang memantul dari semacam gerbang di depan Andre dan Sarah. Andre melangkah mantap ke arah cahaya itu, walaupun merasa aneh, Sarah enggan bertanya. seratus persen, Sarah percaya pada Andre. Sesaat Andre menghentikan langkahnya, "kamu yakin mau hidup bersama ku, Sarah?" Kali ini suara Andre terdengar lebih tegas dan menuntut. "iya," jawab Sarah begitu saja. "Kita kesana ya, kita akan kukuhkan hubungan kita." Ucap Andre sambil terus melangkah.

Tiba-tiba terdengar alunan suara samar, nyaris tidak terdengar. Berlahan suara itu semangkin jelas ditelinga. Sarah merasa aneh dengan suara itu, sementara tubuh Andre gemetar hebat. Tangannya yang merangkul Sarah terasa bergetar dan semangkin erat mendekap, Sarah merasa tidak nyaman dengan rangkulan Andre saat ini, dan berusaha melonggarkan rangkulan Andre.

"Tetap bersamaku Sarah. Seperti janjimu tadi." Ucap Andre bergetar, Sarah terdiam.

Gerbang putih menghilang begitu saja, sebagai gantinya ada lobang hitam yang semangkin mendekat, karena Andre tidak ingin menghentikan langkahnya. Sementara suara yang tiba-tiba mucul tadi semangkin jelas. Dan Sarah mengenalnya. Tanpa sadar Sarah mengikuti ayat Qur'an yang mengalun di ruang dengarnya.

"Hentikan Sarah! Aku ga bisa mendengar ini! Suara mu membuat aku sangat sakit. Stop Sarah!" Andre membentak Sarah tanpa menghentikan langkahnya menuju lobang hitam didepan mereka. Sarah menghentikan langkahnya, yang mau ga mau, Andre pun menghentikan langkahnya.

"Kenapa kamu, Ndre? Apa yang salah dengan suaraku?" Sarah bertanya dengan nada tinggi.

"Bukan suara kamu, sayang. Tapi kalimat-kalimatnya." Jawab Andre menerangkan sambil merangkuh kembali Sarah dan mengajaknya kembali berjalan kearah lubang hitam yang semangkin dekat.

Sebuah benda tiba-tiba melayang kearah lubang hitam, sejenak kemudian suara dentuman keras memekakkan telinga, dan lubang hitam itu menghilang. Andre membalikkan badannya, sementara Sarah merasakan dingin yang luar biasa dari tangan Andre yang terus mendekapnya dengan kencang.

SUATU SORETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang